NovelToon NovelToon
Pewaris Terhebat

Pewaris Terhebat

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Menantu Pria/matrilokal / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: BRAXX

Datang sebagai menantu tanpa kekayaan dan kedudukan, Xander hanya dianggap sampah di keluarga istrinya. Hinaan dan perlakuan tidak menyenangkan senantiasa ia dapatkan sepanjang waktu. Selama tiga tahun lamanya ia bertahan di tengah status menantu tidak berguna yang diberikan padanya. Semua itu dilakukan karena Xander sangat mencintai istrinya, Evelyn. Namun, saat Evelyn meminta mengakhiri hubungan pernikahan mereka, ia tidak lagi memiliki alasan untuk tetap tinggal di keluarga Voss. Sebagai seorang pria yang tidak kaya dan juga tidak berkuasa dia terpaksa menuruti perkataan istrinya itu.

Xander dipandang rendah oleh semua orang... Siapa sangka, dia sebenarnya adalah miliarder terselubung...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4 Pertemuan

"T-Tuan Mason..." gumam Declan dengan suara bergetar. Keringat dingin mulai membasahi dahinya.

Seluruh anggota keluarga Voss terperangah mendengar ucapan pemimpin mereka. Bahkan Evelyn, kini menunjukkan raut keterkejutan di wajahnya. Ia bisa melihat jelas ketakutan yang bersarang di mata Declan.

Uang dua puluh juta dolar adalah jumlah yang sangat besar, bahkan bagi keluarga Voss yang terpandang. Mason, dengan wajah masih dipenuhi amarah, merapikan jasnya yang kusut.

Ia melangkah mendekati tiga pengawalnya yang masih tergeletak lemah di lantai. Dengan satu gerakan kasar, ia menendang salah satu dari mereka.

"Bangunlah, sialan! Aku tidak membayarmu untuk berbaring di lantai rumah orang lain!" bentaknya dengan suara lantang.

Victor, yang selama ini selalu mendukung Mason, mencoba membela diri.

"T-Tuan Mason, ini bukanlah kesalahan kami! Pria sampah itu bukanlah bagian dari keluarga kami. Kami semua berlepas diri dari semua perbuatan yang dia lakukan." katanya, berusaha terdengar meyakinkan.

Namun, Mason tidak peduli. Ia menatap Victor dengan tajam, membuat pria itu terdiam seketika.

"Meski kalian menyangkalnya, dia tetaplah bagian dari keluarga Voss."

"Jika kalian tidak bisa membayar ganti rugi, aku akan memastikan keluargaku memutus seluruh kerja sama dengan keluarga kalian. Tidak hanya itu, aku juga akan menyebarkan kabar ini kepada keluarga lain di seluruh kota. Bayangkan betapa buruknya reputasi keluarga kalian setelah malam ini." Balas Mason dengan nada penuh penekanan.

Ucapan Mason membuat suasana semakin mencekam. Beberapa anggota keluarga Voss senior tampak panik. Mereka saling berpandangan, lalu secara hampir bersamaan berkata dengan nada penuh kecemasan. "Tuan Mason..."

Namun, tatapan mereka segera beralih ke arah Xander. Kali ini, tidak ada rasa hormat lagi di mata mereka. Yang ada tetaplah kebencian dan penghinaan.

"Lihat apa yang sudah kau lakukan, Xander! Kau telah membawa kehancuran bagi keluarga ini. Kenapa kau tidak pergi saja dari awal?" ucap salah satu paman Evelyn dengan nada dingin.

Xander berdiri diam di tempatnya, menatap Mason yang masih dipenuhi kemarahan. Meskipun ia merasa tidak bersalah karena hanya melindungi istrinya, ia tidak bisa mengabaikan fakta bahwa tindakannya telah memicu kekacauan ini.

"Lihatlah apa yang sudah kau lakukan!" suara Declan menggema di seluruh ruangan.

"Kau membuat semuanya menjadi bertambah kacau! Pencapaian yang sudah kita dapatkan dengan susah payah hancur hanya karena satu malam!"

Raven menatap Xander dengan penuh kebencian, seolah ingin melahap pria itu hidup-hidup. "Kau benar-benar pembawa bencana!" pekiknya dengan nada menyindir.

"Astaga," ucap salah seorang wanita dari keluarga Voss, kemudian menundukkan wajah di kursinya, tidak berani ikut campur. Beberapa anggota keluarga yang lain tampak cemas, namun tak ada yang berani berbicara.

Di sisi lain, Avery memanfaatkan momen ini untuk membisikkan sesuatu ke telinga Evelyn. "Evelyn, segeralah bujuk Tuan Mason untuk membatalkan ancamannya. Jika kau berhasil membebaskan kita dari masalah ini, anggota keluarga yang lain akan menganggapmu sebagai penyelamat. Kedudukanmu akan lebih tinggi dari sebelumnya."

Evelyn menatap Avery dengan ragu. Meski ia merasa ucapan itu ada benarnya, hatinya enggan untuk berpihak pada Mason. Ia tahu betapa arogannya pria itu, dan meminta belas kasihan darinya bukanlah sesuatu yang mudah.

"Ingatlah! Semua masalah ini terjadi karena sampah yang masih menjadi suamimu itu." lanjut Avery dengan nada mendesak.

Evelyn mengangguk lemah. Meski hatinya tidak sepenuhnya setuju, ia merasa tak ada pilihan lain selain mencoba berbicara dengan Mason.

Namun sebelum Evelyn bisa membuka mulutnya, Xander berbicara dengan nada tegas. "Aku akan bertanggung jawab."

Semua mata kini tertuju padanya. Evelyn menatap suaminya dengan bingung, sementara Declan dan yang lainnya menunjukkan ekspresi tidak percaya.

"Tapi aku tidak akan minta maaf padamu atas perbuatanku tadi,"

"Anggap saja itu peringatan dariku karena kau sudah berani mengganggu dan bertindak kurang ajar pada Evelyn." lanjut Xander, tatapannya diarahkan langsung kepada Mason.

Ucapan itu membuat Mason terdiam sejenak. Namun, hanya sesaat. Ia kemudian tertawa keras.

"Kau akan bertanggung jawab?" ulang Mason dengan nada mengejek.

"Kau benar-benar tidak tahu malu! Hampir semua orang di kota ini tahu bahwa kau hanyalah menantu tidak berguna yang tidak bisa melakukan apa pun."

"Kau bahkan mendapatkan uang dari dompet istrimu,"

"Lalu bagaimana mungkin kau bisa membayar uang sebanyak itu? Kepalamu saja tidak akan lebih mahal dari biaya listrik bulanan di rumah keponakanku." Ucapnya panjang lebar.

Penghinaan itu membuat darah Xander mendidih. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat, berusaha menahan amarah yang hampir meledak.

Ruangan terasa semakin sunyi ketika Evelyn tiba-tiba berbicara. "Tuan Mason."

"Aku mohon maafkan Xander dan semua tindakannya. Aku tahu dia bodoh dan tidak berguna, tapi aku yakin dia melakukan itu karena janjinya pada kakekku, Ethan." ucapnya sambil melangkah maju.

Namun, Mason tampaknya melunak. Tatapannya berubah menjadi lebih lembut, bukan karena kata-kata Evelyn, melainkan karena pesona kecantikan wanita itu. Ia mendekati Evelyn, mengelus rambutnya dengan lembut, senyumnya muncul dengan penuh kepuasan.

"Aku tahu kau orang baik, Tuan! Jadi aku mohon, lupakan masalah ini. Biar aku dan keluarga Voss yang menghukum Xander." Evelyn melanjutkan dengan suara lembutnya.

Mason tersenyum semakin lebar. Ia tidak melepaskan tangannya dari kepala Evelyn, terus mengelus rambut wanita itu seperti ia sudah menganggapnya miliknya sendiri.

Melihat pemandangan itu, Xander tidak bisa lagi menahan diri. Ia melangkah maju dengan tangan terkepal, "Aku yang akan bertanggung jawab, Evelyn."

"Diamlah dan berhenti membuat masalah, Xander!" bentaknya.

Xander berhenti seketika. Tubuhnya menegang, dan matanya menunduk, menyembunyikan perasaan sakit yang mendalam di balik wajahnya yang tetap tenang.

"Baiklah, aku setuju," Mason akhirnya berkata dengan nada puas, sambil menatap Xander dengan ketus.

Hampir semua anggota keluarga Voss tampak bernapas lega mendengar itu. Declan, yang sejak tadi diam karena tegang, kini tersenyum tipis.

Namun, di sudut ruangan, Selene tetap acuh, hanya menggumam pelan, "Dia pasti akan semakin besar kepala."

Namun Mason belum selesai. Ia melangkah mundur, menarik perhatian semua orang. "Tapi aku ingin kalian mengabulkan syarat-syarat yang aku ajukan."

Declan buru-buru menyambut. "Apa itu, Tuan Mason? Tolong katakan pada kami agar kami bisa segera memenuhinya."

"Pertama, aku ingin kalian mengusir sampah bernama Xander itu dari keluarga kalian selamanya. Tidak ada satu pun dari kalian yang boleh berhubungan lagi dengannya setelah ini." ucap Mason dengan tegas.

Declan tersenyum tipis, hampir lega mendengar permintaan itu. "Itu syarat yang mudah bagi kami, Tuan! Sejak awal kami sama sekali tidak pernah menerima kehadirannya di keluarga kami meski dia datang bersama ayahku sekalipun. Selain itu, Evelyn juga sudah mengakhiri hubungan pernikahannya dengan sampah itu dan hanya tinggal menunggu proses resminya. Jadi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi."

Xander berdiri diam, matanya terpaku pada lantai. Namun, di dalam dirinya, amarah dan rasa sakit bercampur menjadi satu, membakar setiap sudut hatinya.

Evelyn melirik Xander sekilas, ada sedikit rasa bersalah di matanya. Namun, ia tidak mengatakan apa pun.

Mason menatap Declan dengan senyum licik, kemudian menambahkan, "Ada satu syarat lagi yang ingin aku sampaikan pada kalian."

Semua orang terdiam, menunggu kalimat berikutnya dari Mason.

Ia berjalan mendekat ke arah Xander, disertai ketiga pengawalnya yang kembali berdiri di belakangnya.

"Aku ingin menikah dengan Nona Evelyn satu bulan ke depan," katanya sambil tersenyum lebar dengan penuh kesombongan.

Ruangan yang semula tenang kembali dipenuhi ketegangan. Semua anggota keluarga Voss terkejut mendengar pernyataan Mason yang penuh dengan kesombongan. Bahkan Xander, yang biasanya tenang, tidak mampu menyembunyikan keterkejutannya. Wajahnya mengeras, sementara tangannya terkepal erat, menunjukkan bagaimana perasaan batinnya berkecamuk.

Xander merasa harga dirinya benar-benar diinjak-injak oleh Mason. Bukan hanya sebagai seorang laki-laki, tetapi juga sebagai seorang suami. Mason, dengan kekayaan dan kekuasaannya, begitu mudah merebut Evelyn darinya, seolah-olah Xander tidak memiliki nilai apa pun di mata dunia.

Di sisi lain, Evelyn tampak gelisah. Perasaan tidak menentu menyelimuti dirinya. Meski ia mencoba terlihat tenang, beberapa kali matanya melirik Xander yang masih berdiri mematung di sudut ruangan. Ia tahu pria itu sedang terluka, tetapi ia tidak punya pilihan lain selain menyelesaikan masalah ini secepat mungkin.

Akhirnya, Xander berbicara, suaranya keras dan tegas. "Aku sama sekali tidak setuju."

Semua mata tertuju padanya, termasuk Evelyn dan Mason.

"Aku sudah berjanji untuk menjaga Evelyn, dan aku—"

Evelyn tidak membiarkan Xander menyelesaikan kalimatnya. Dengan suara tajam, ia menyela, "Xander, diamlah!"

Nada setengah membentak itu membuat Xander terdiam, tapi bukan karena takut. Ia hanya menatap Evelyn.

Evelyn menghela napas, mencoba menenangkan dirinya, lalu kembali berkata. "Tuan Mason, aku setuju dengan syarat yang kau berikan."

"Hanya saja, berikan aku kesempatan untuk berbicara dengan Xander sebentar saja. Tolong jangan salah sangka, ini hanya sekadar ucapan perpisahan."

Evelyn buru-buru menarik tangan Xander. Sentuhan itu terasa berbeda bagi pria yang selama ini hanya mendambakan cinta dari istrinya. Xander menoleh, melihat Evelyn yang melirik gugup ke arah keluarganya. Wajah-wajah keluarga Voss tampak sumringah, sementara Mason di kejauhan terlihat memerah karena amarahnya. Evelyn tidak peduli. Ia terus menggenggam tangan Xander dengan erat hingga mereka tiba di halaman depan.

Ketika sudah cukup jauh dari semua pandangan, Evelyn melepaskan genggamannya.

Evelyn berdiri di hadapannya, menarik napas panjang sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. “Dengarkan aku, Xander. Sesuai dengan perkataanku tadi, aku sudah memutuskan untuk mengakhiri hubungan pernikahanku denganmu.”

"Evelyn, aku sudah berjanji pada kakekmu untuk menjagamu."

Evelyn mengangguk kecil, senyum tipis yang pahit menghiasi wajahnya. "Aku tahu."

"Kau sudah menjagaku cukup baik selama ini, Kau juga sudah bertanggung jawab atas janjimu pada kakekku. Kau pria yang baik, Xander. Tapi aku juga tidak bisa memungkiri kenyataan bahwa kau telah menghancurkan hidupku selama dua tahun terakhir." lanjut Evelyn.

Evelyn menarik napas panjang, matanya kembali bertemu dengan mata Xander. Ada rasa bersalah yang begitu besar di wajahnya, tetapi ia mencoba untuk tetap tegar. "Pernikahan kita adalah kesalahan. Kesalahan yang disengaja oleh kakekku. Aku tidak pernah mencintaimu, Xander. Meski begitu, aku bukan orang sekeji itu untuk merasa bahagia melihatmu menderita. Aku hanya ingin kita menyudahi semua ini."

Xander akhirnya berbicara dengan lirih. "Evelyn."

"Keluarga Mason adalah keluarga kelas atas di kota ini. Mereka bisa dengan mudah menghancurkan keluarga Voss dalam sekejap, terlebih kau yang tidak memiliki apa pun dan siapa pun di kota. Aku mohon jangan melawannya. Kau tidak akan pernah menang darinya."

Evelyn kemudian dengan perlahan mengangkat tangannya, menggenggam cincin pernikahannya yang telah menjadi simbol hubungan mereka. Dalam hati, ia merasa sangat berat melepaskannya, namun keputusan harus tetap diambil.

"Aku melepaskanmu, Xander," katanya pelan, sambil melepas cincin itu dan menaruhnya di telapak tangan Xander.

"Aku berharap hidupmu bisa menjadi lebih baik dibanding saat kau masih berada di keluarga Voss. Kau sudah bebas dari janjimu pada kakekku. Jika kau membutuhkan uang untuk keperluan hidupmu, datanglah ke tempat Ziva dan ambillah uang seperlumu. Aku yang akan membayarnya nanti. Anggap saja itu balasan atas semua kebaikanmu padaku."

Tetapi saat ia hendak melangkah pergi, tangannya tiba-tiba digenggam dengan erat oleh Xander. Rasanya seperti ada sesuatu yang menyentuh hatinya begitu dalam—sesuatu yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

Cinta?

Penyesalan?

Atau sekadar rasa kehilangan yang mendalam? Semua perasaan itu campur aduk dalam dadanya.

Xander menarik napas dalam-dalam, mengunci pandangannya pada Evelyn dengan tatapan yang penuh perasaan.

"Aku mencintaimu, Evelyn," katanya dengan tulus, suaranya bergetar sedikit.

Evelyn menarik tangannya dengan lembut, mencoba tersenyum meski hatinya terasa pecah. "Aku tahu," balasnya pelan, suara yang penuh emosi, dan senyum tipis itu hanya untuk Xander. Tanpa berkata lebih banyak, Evelyn berbalik dan berlari kecil menuju pintu rumah keluarga Voss.

Xander hanya berdiri di sana, memandang kepergian wanita yang telah menjadi bagian dari hidupnya. Matanya berkaca-kaca, dan dadanya terasa sesak, seperti ada sesuatu yang menghimpit hatinya. Ia belum siap kehilangan Evelyn, namun kenyataan itu datang dengan sangat cepat—ketika Evelyn tersenyum padanya, di saat itulah wanita itu memilih untuk pergi dari hidupnya.

Xander berdiri di sana beberapa menit, terdiam. Pikirannya berkelana, terjebak dalam kenangan yang tak bisa ia lepaskan. Perlahan, ia memasukkan cincin pemberian Evelyn ke dalam saku celana. Tangannya bergerak ke bagian dalam bajunya, di mana sebuah cincin lain tersimpan—cincin yang ia jadikan liontin. Dengan perlahan, ia memerhatikan ukiran pada cincin itu, seolah mencari arti di balik semua yg kenangan yang terukir di sana.

Tangan Xander menggenggam cincin itu sejenak, merasakan beratnya dunia yang baru saja ia hadapi. Ia kembali memasukkan cincin itu ke tempat semula, di dekat dada.

FLASHBACK OFF

Xander memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Guntur menggelegar memekakkan telinga, seolah langit ikut merasakan amarah dan kesedihannya. Hujan tiba-tiba turun dengan deras, menciptakan tirai air yang membatasi pandangannya.

Tiba-tiba, dari kejauhan, beberapa cahaya lampu kendaraan terlihat mendekat dengan cepat. Dalam waktu singkat, sebuah mobil berhenti tepat di depannya, diikuti oleh deretan mobil lain yang mengerem hampir bersamaan.

Xander mundur satu langkah, bingung dengan apa yang sedang terjadi. "Apa yang terjadi?" tanyanya, suaranya nyaris tenggelam oleh suara hujan dan guntur.

Dari mobil paling depan, seorang pria berjas rapi keluar dengan langkah cepat, meskipun hujan terus mengguyur tanpa ampun. Di belakangnya, belasan pria berpakaian serupa menyusul, berjalan dengan ritme yang terkoordinasi. Xander merasa ada sesuatu yang aneh, tetapi ia tidak bergerak, hanya memperhatikan mereka dengan dahi berkerut.

Pria itu berhenti beberapa langkah di depan Xander. Tanpa berkata sepatah kata pun, ia tiba-tiba saja berlutut, membungkuk dengan penuh hormat. Aksinya langsung diikuti oleh semua pria di belakangnya.

"Tuan Alexander Ashcroft, akhirnya kami menemukan Anda."

1
Was pray
keluarga voss keluarga yg terlalu menuhankan harta, sehingga rela menjadi anjing asal dpt harta
Was pray
cinta buta xander pd evelyn akan merendahkan martabat keluarga besarnya,bagaimana mau dpt cinta sejati dan tulus jika penampilan xander saja masih menunjukan dia anak orang kaya, dan sikap balas dendam dg cara menunjukan prestasi lebih elegan dan terhormat dimata org yg pernah merendahkannya,cari wanita yg lebih segalanya dari evelyn itu lebih bermartabat daripada balikan sama evelyn yg telah mencampakkanya
Was pray
xander terlalu ceroboh dlm bertindak, mau menyembunyikan identitas tapi ceroboh dlm bertindak
Was pray
xander terlalu PD, dua arti PD percaya diri dan pekok Dewe( bodoh sekali)
Anton Lutfiprayoga
up
Anton Lutfiprayoga
up...👌👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!