Demi menyelamatkan perekonomian keluarganya, Herlina terpaksa menikah dengan Harlord, seorang CEO muda yang tampan, namun terkenal dengan sifat dingin dan kejam tanpa belas kasihan terhadap lawannya.
Meski sudah menikah, Herlina tidak bisa melupakan perasaannya kepada George, kekasih yang telah ia cintai sejak masa SMA.
Namun, seiring berjalannya waktu, Herlina mulai terombang-ambing antara perasaan cintanya yang mendalam kepada George dan godaan yang semakin kuat dari suaminya.
Harlord, dengan segala daya tariknya, berhasil menggoyahkan pertahanan cinta Herlina.
Ciuman Harlord yang penuh desakan membuat Herlina merasakan sensasi yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
"Entah kenapa aku tidak bisa menolaknya?" Herlina terperangah dengan perasaannya sendiri. Tanpa sadar, ia mulai menyerahkan diri kepada suami yang selalu ia anggap dingin dan tidak berperasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noona Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Herlina terus melangkah tanpa tujuan yang jelas. Langkah kakinya terasa berat, seolah-olah dunia ini terlalu luas untuk dijelajahi sendiri. Ia berusaha mengingat kembali rute-rute yang biasa dilalui bersama George, namun terasa asing tanpa kehadiran pria itu di sisinya.
Air mata mulai mengalir di pipinya. Ia merasa begitu kesepian, sore ini tak banyak orang berlalu lalang di sekitaran trotoar, suasana jadi sepi, mungkin karena hari sudah akan berganti malam.
Merasa takut, Herlina jadi ingin berbalik saja kembali ke pulang rumah orangtuanya. Tetapi hatinya tak bisa mengabaikan perasaan yang terus menerus ingin bertemu George.
Herlina ingin mendengar suara nyanyian George yang menenangkan, ingin melihat senyum kekasihnya yang selalu membuat suasana hatinya terasa lebih baik.
Saat Herlina sedang larut dalam pikirannya, tiba-tiba...
Splash..!!
Sebuah mobil retro melaju kencang, menghantam genangan air di pinggir jalan, dan mengguyur tubuh Herlina dengan air kotor bercampur lumpur. Tubuhnya basah kuyup, bajunya kini berubah menjadi coklat kehijauan akibat lumpur yang menempel.
Herlina terkejut, seketika itu juga ia merasa marah, perasaan yang semula hampir hilang kembali muncul. Ia mengibaskan tangan, mencoba menghapus lumpur yang membasahi wajahnya. Tanpa pikir panjang, ia memandang mobil yang baru saja lewat, melaju dengan cepat tanpa sedikit pun berniat mengerem.
"HEI..!!! JANGAN LARI, PENGECUT..!!!" teriak Herlina dengan marah, menunjuk ke arah mobil yang semakin menjauh. Hatinya memanas, perasaan tidak adil, perasaan kesal, semua bercampur dalam satu letupan. Ia berlari mengejar mobil itu, meskipun kakinya terasa berat dan tubuhnya masih basah kuyup.
Ngiiiikk!!
Mobil itu langsung berhenti mendadak dan menepi ke pinggir jalan, mengerem dengan keras. Pintu mobil terbuka, dan seorang pria berjanggut tebal keluar dengan langkah tegap.
Pria itu tampak besar dan kekar, mengenakan jaket kulit hitam, matanya tajam menatap Herlina yang sudah berdiri, masih basah kuyup dan marah.
Buukk!!
Tanpa memberi kesempatan pria itu berkata apa pun, Herlina langsung menghampirinya dan memukul tubuh pria itu dengan tas kecil yang ia genggam erat.
Namun Pria itu hanya diam, tak bergeming. Hanya menatap Herlina dengan pandangan datar, seolah tidak terpengaruh oleh pukulan tersebut. Janggut tebalnya bergerak-gerak, namun wajahnya tetap tak menunjukkan ekspresi apa pun.
"CEPAT MINTA MAAF PADAKU..!!!" teriak Herlina, suaranya semakin meninggi, semakin kesal. Ia terus memukulkan tas kecil itu ke tubuh pria besar itu, namun pria itu tak menunjukkan reaksi apa pun.
Mendengar teriakan Herlina, pria berjanggut itu akhirnya membuka mulut, suaranya dalam dan tenang. "Memang salah aku apa?" Ujar pria itu dengan nada yang arogan, sambil melipat kedua tangan.
Herlina tercengang, terkejut karena pria itu tidak tahu sudah membuat dirinya kotor terkena lumpur.
Dengan tatapan mata berapi-api. "Liat bajuku! Jadi kotor semua gara-gara kamu dan mobilmu!!" teriak Herlina, sembari memperlihatkan jaket dan dress polkadot merah yang banyak noda lumpur ke pria asing itu.
Pria itu tidak meminta maaf, tapi malah mengeluarkan isi dompetnya. "Ya sudah, ini silahkan ambil uangku, belilah pakaian yang baru." Pria itu memberikan beberapa lembar uang kertas.
Herlina terpana sesaat, namun kemarahannya justru semakin membara. Ia menatap uang itu dengan pandangan tajam, seolah uang itu adalah bentuk penghinaan.
"AKU GAK BUTUH!!" Herlina menepis tangan pria yang memberikan uang padanya, ia masih punya harga diri, dirinya hanya mau menuntut permintaan maaf dari mulut pria asing yang membuat bajunya kotor terkena lumpur.
Namun...
Hujan yang awalnya hanya rintik-rintik, berubah menjadi deras begitu cepat. Dalam hitungan detik, Herlina dan pria berjanggut itu sudah basah kuyup, tubuh mereka penuh dengan air yang menggenang di jalanan.
Tanpa bicara banyak, pria itu langsung menarik tangan Herlina kencang dan memaksanya untuk masuk ke dalam mobil.
"Ayo masuk ke dalam mobilku," katanya tegas, nada suaranya berubah dari yang sebelumnya dingin menjadi sedikit lebih mendesak.
Herlina terkejut sangat. "Lepaskan!" teriaknya, berusaha menarik tangannya dari genggaman pria itu.
"Aku tidak ingin!"
Tapi pria itu mendorongnya masuk ke mobil.
"AAAGGHH TOLONG!! AKU DI CULIK!!" didalam mobil, Herlina berteriak ketakutan, seorang pria asing brewokan yang baru saja ia temui di jalan, tiba-tiba saja membawanya pergi entah kemana.
.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️
**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**