NovelToon NovelToon
Tentang Dia

Tentang Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Cintapertama
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Lissaju Liantie

Rumah tangga yang telah aku bangun selama dua tahun dengan penuh perjuangan, mulai dari restu dan segala aspek lainnya dan pada akhirnya runtuh dalam sekejap mata. Aku yang salah atau mungkin dia yang terlalu labil dalam menyelesaikan prahara ini? berjuang kembali? bagaimana mungkin hubungan yang telah putus terbina ulang dalam penuh kasih. Berpaling? aku tidak mampu, segalanya telah habis di dia. Lalu aku harus bagaimana? menerima yang datang dengan penuh ketulusan atau kembali dalam rasa yang setengah mati ini? aku hancur dalam cintanya, segala hal tentang dia membuat aku hancur berantakan...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lissaju Liantie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab_027 Cemburu

Sean langsung berlari untuk bergabung dengan keempat adiknya yang sedang romantisan diatas tempat tidur sana. Dengan cepat tangan Sean langsung memeriksa keadaan luka yang ada pada dada Anand.

"Dimana lagi yang luka? Kenapa tidak ke rumah sakit, kamu harus di rawat dengan baik!" Jelas Sean dengan mata yang terus menelusuri seluruh tubuh Anand, ia sedang berusaha untuk mencari-cari kalau-kalau ada luka lainnya lagi.

"Ciiiih, awas...!" Gumam Anand yang cepat-cepat menghentikan aksi tangan Sean yang mencoba melepaskan baju yang ia kenakan.

"Kamu pasti menyembunyikan luka lainnya kan?" Tanya Sean yang masih begitu khawatir ia bahkan tidak menyadari saat yang lainnya menatap horor pada kelakuannya.

"Apa kamu sedang menyumpahi ku agar terluka lebih banyak lagi?" Tanya Anand.

"Berhenti berbicara omong kosong! Ayo ke rumah sakit!" Tegas Sean yang segera bangun, ia mencoba untuk meraih tangan Anand namun ia segera menghentikan niatnya itu saat menyadari bahwa sejak tadi Hanin, Heri dan Arman sedang menatap dirinya.

"Perasaan yang dokter aku deh bukan abang..." Ujar Hanin.

"Kenapa abang Sean heboh banget? Toh abang Anand sudah mendapat perawatan intensif dari dokter terbaik di rumah sakit abang Sean." Jelas Heri.

"Kami bahkan tidak kelihatan dimata abang, padahal abang Anand hanya terluka secuil doang." Jelas Arman.

"Lebih baik kita pulang aja..." Ujar Heri.

"Lah emang sebaiknya kalian semua pulang aja deh biar aku bisa istirahat dengan tenang..." Jelas Anand.

"Ogah, aku juga mau istirahat disini, lebih nyaman..." Ujar Hanin yang kembali merebahkan tubuhnya disamping Anand.

"Aku juga lelah banget, capek latihan siang malam butuh asupan tidur yang cukup!" Ujar Heri lalu ikut berbaring di sisi Hanin.

"Aku capek sama kelakuan kalian semua, lakukanlah apa yang kalian suka, jangan ganggu aku..." Tegas Anand yang akhirnya menyerah pada ketiga adiknya.

Arman diam-diam juga ikut berbaring di samping Anand, lalu mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan segera membuka chat yang baru saja masuk.

Mata Anand ikut menatap layar ponsel milik Arman ya sedang menampilkan sebuah foto yang terlihat cukup membuat Anand kesal.

"Siapa yang mengirimnya?" Tanya Anand dengan suara tegas.

"Kenapa abang melihat ponsel ku tanpa izin?" Tanya Arman yang langsung mematikan layar ponselnya.

"Apaan?" Tanya Sean yang ikut nimbrung.

"Cepat buka lagi, abang ingin melihatnya dengan jelas, foto siapa itu?" Tanya Anand.

"Bukan foto siapa-siapa, abang aja yang salah lihat!" Tegas Arman.

"Emangnya foto siapa sih? Kenapa kalian jadi marah-marah gini?" Tanya Hanin yang ikut penasaran.

"Biar abang yang lihat..." Tegas Sean yang langsung mengambil ponsel Arman dari tangan sang pemiliknya lalu segera membukanya hingga muncullah foto yang tadi mereka bicarakan.

"Kak Ria..." Ujar Hanin dengan mata terbelalak saat melihat foto Ria yang sedang diapit oleh Dariel dan Syakeel.

"Kenapa rupanya? Toh itu hak kak Ria mau jalan sama cowok manapun." Cetus Heri sekenanya.

"Kamu cemburu?" Tanya Sean memastikan keadaan Anand yang terlihat tidak baik-baik saja setelah melihat foto tersebut.

"Cemburu? Jangan gila. Yap, seperti yang Heri katakan, itu hak dia toh dia bukan lagi siapa-siapanya aku." Tegas Anand lalu segera memejamkan matanya.

"Aku heran, kenapa di zaman sekarang masih ada orang yang mau membohongi dirinya sendiri! Jika itu aku, meskipun dunia hancur porak poranda sekalipun, aku tidak akan meninggalkan orang yang aku cintai." Tegas Heri dengan ucapan yang cukup menyentil perasaan Anand.

"Terkadang ada hal lain yang harus kita pikirkan berulang-ulang kali untuk membuat sebuah keputusan, meski pada akhirnya keputusan itu merenggut separuh dari hidup kita." Jelas Hanin dengan begitu bijak.

"Ada kalanya dunia tidak bisa kita ubah sebagaimana kehendak kita, aku rasa doa abang Anand terkabul, lihatlah! Kak Ria terlihat bahagia dengan kedua dokter itu..." Jelas Arman.

"Bagus lah, biar aku pun bisa cepat-cepat mendapatkan pasangan baru!" Tegas Anand.

"Mau aku bantu carikan?" Tanya Sean yang mencoba mengalihkan suasana yang terasa mulai mencengkam dalam perasaan yang terabaikan.

"Haaaah, wajah ku bahkan bisa menarik ratusan gadis untuk mengantri menjadi pacar ku!" Cetus Anand dengan penuh kesombongan.

"Ciiiih! Ngaca!" Seru Sean kesal.

"Lah aku memang setampan itu kali..." Cetus Anand.

"Sungai!" Gumam Sean.

"Laut..." Seru Hanin.

"Teluk..." Cepat-cepat Arman meneriakkan lanjutannya dengan lantang.

"Kalaaaaah!" Seru Hanin dan Arman yang langsung menyerang Heri secara membabi buta.

Kelakuan ketiganya membuat Anand dan Sean tertawa lepas, seolah semua masalah tadi hilang tak tersisa.

~~

"Dokter baik-baik saja?" Tanya Syakeel saat mendapati Deria yang sedang berjalan dengan memegang dinding di sepanjang jalur menuju ruang kerjanya.

"Hmmmm, aku baik-baik saja." Jawab Deria dengan suara lemah.

Syakeel mengikuti langkah pelan Deria dari belakang secara pelan-pelan. Hingga setelah beberapa langkah kedua ya berjalan tiba-tiba tubuh Deria hilang kendali dan hampir saja terjatuh jika saja Syakeel tidak cepat-cepat menolongnya.

"Dokter..." Ujar Syakeel dengan raut wajah yang begitu khawatir, ia mencoba untuk memapah tubuh lemah Deria.

"Ria, dokter Ria kenapa?" Tanya Dariel yang muncul dari arah depan lalu segera memberi bantuan.

Dariel membantu memapah Deria dari sebalah kiri.

"Aku hanya pusing aja kok, mungkin karena efek bergadang semalam, bisa tolong antarkan aku ke ruangan ku?" Jelas Deria.

"Ayo..." Ujar Dariel.

Dariel dan Syakeel segera membantu Deria hingga sampai tepat di depan pintu ruang kerja milik Deria.

"Kamu kembalilah bekerja, biar aku yang urus dokter Ria." Jelas Dariel.

"Baik dok!" Jawab Syakeel lalu meninggal Dariel dan Deria didepan pintu.

"Ayo aku bantu..." Ujar Dariel dengan tangannya yang langsung membuka pintu.

"Aku bisa sendiri kok, terima kasih sudah mengantarkan aku sampai sini, kamu pasti lagi banyak kerjaan kan...?" Jelas Deria karena merasa tidak enakan.

"Kamu harus di periksa Ria. Masuklah...!" Tegas Dariel yang langsung membawa Deria masuk.

Setelah menuntun Deria untuk duduk disofa, Dariel segera mengecek kondisi Deria yang mana kini wajahnya terlihat begitu pucat.

"Aku akan memasang infus." Jelas Dariel yang hendak bangun untuk mengambil peralatan untuk pemasangan infus.

"Tidak perlu, aku masih kuat, paling istirahat sebentar juga bakal kembali sehat." Jelas Deria.

"Ria, kondisi kamu lemah banget, kamu butuh cairan yang cukup untuk bisa kembali berjalan dengan kokoh." Jelas Dariel.

"Tapi...." Keluh Deria.

"Tidak ada tapi! Aku akan segera kembali, jadi tetap disini, jangan kemana-mana." Tegas Dariel.

Dariel berlari dengan cepat untuk mengambil peralatan yang ia butuhkan, hanya butuh waktu beberpa menit kini ia telah kembali, lalu segera memasangkan infus pada tangan Deria.

"Selesai, sekarang istirahat lah!" Pinta Dariel setelah beberapa menit melakukan pemasangan infus.

Dariel membantu Deria untuk rebahan di sofa, lalu menyelimuti dengan selimut yang terlipat rapi di ujung sofa sana.

"Terima kasih banyak!" Ucap Deria.

"Istirahat dengan cukup, aku akan kembali untuk mengecek kondisi mu nanti, aku ada jadwal operasi sekarang, jadi jika ada apa-apa segera hubungi Syakeel, aku akan minta tolong ke dia buat jagain kamu. Opsssds tidak terima kata protes!" Jelas Dariel saat mendapati Deria yang mulai menggerakkan mulutnya untuk bicara lalu berakhir dengan kembali diam.

"Aku permisi!" Lanjut Dariel dengan senyuman dan segera keluar dari ruangan tersebut.

~~

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!