Fariq Atlas Renandra seorang pria yang berprofesi sebagai mandor bangunan sekaligus arsitektur yang sudah memiliki jam terbang kemana-mana. Bertemu dengan seorang dokter muda bernama Rachel Diandra yang memiliki paras cantik rupawan. Keduanya dijodohkan oleh orangtuanya masing-masing, mengingat Fariq dan Rachel sama-sama sendiri.
Pernikahan mereka berjalan seperti yang diharapkan oleh orang tua mereka. Walaupun ada saja tantangan yang mereka hadapi. Mulai dari mantan Fariq hingga saudara tiri Rachel yang mencoba menghancurkan hubungan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naga Rahsyafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lima Belas
"Mami ..."
Vina pulang ke rumah, hari liburnya malah menjadi kacau karena saudara tirinya tadi. Walaupun begitu dia tidak akan mengurungkan niatnya untuk berhenti mengejar Fariq.
"Kenapa sayang?"
Seorang wanita paruh baya menghampiri Vina yang sudah duduk di sofa ruang tengah.
"Rachel."
"Kenapa sama Rachel?" tanya Ratna.
"Rachel ngeselin tau."
"Coba cerita sama Mami."
"Males, ah. Vina capek banget."
Vina tidak jadi bercerita, ia pasti tau bahwa ibunya akan menyalahkan dirinya. Karena yang Vina tau, ibunya tetap berbaik hati pada Rachel. Tidak seperti dirinya yang membenci saudara tirinya tersebut.
X X X
Malam ini tepatnya disebuah cafe, Rachel sedang mendorong kursi roda milik calon suaminya dari arah parkiran. Ia sengaja membawa pria itu jalan-jalan malam supaya Fariq tidak terlalu bosan berada di dalam rumah.
Belum masuk ke dalam cafe itu, Rachel berhenti mendorong kursi tersebut membuat Fariq mendongak keatas menatap tunangannya.
"Kenapa, Hel?"
"Tas aku tinggal di mobil. Mas tunggu dulu ya."
"Jangan lama," ucap Fariq.
Beberapa detik setelah Rachel berlalu, seseorang sudah berdiri di hadapan Fariq. "Fariq."
"Tantri."
"Kamu kenapa?" tanya wanita itu. Tantri langsung berjongkok supaya sejajar dengan Fariq. "Kenapa pakai kursi roda."
"Aku kecelakaan."
Tantri langsung memeluk Fariq dengan sangat erat. "Aku kangen sama kamu."
"Tantri jangan gini, lepasin aku."
"Kamu nggak kangen sama aku?" tanya wanita itu.
"Jangan peluk aku, Tantri."
"Aku kangen, Ariq."
Wanita itu melepaskan pelukannya. "Kenapa sih kamu nggak mau memperjuangkan aku. Harusnya kalau kamu cinta sama aku-"
"Cukup Tantri ... Aku nggak mau lagi bahas tentang kita."
"Tapi kenapa?" tanyanya. "Kamu harus bisa meyakinkan Tante kalau pekerjaan ku sama sekali nggak berhubungan dengan hal-hal yang ia pikirkan itu."
"Udah lah Tantri. Kita memang nggak berjodoh."
"Kamu ke sini sama Tante?" tanya Tantri. "Aku harus temui dia. Aku harus bilang sama Tante kalau dia nggak berhak melarang kita berhubungan."
"Tantri cukup."
"Kamu itu laki-laki kenapa nggak tegas sama permasalahan kita?" tanya Tantri, mantan kekasih Fariq Atlas Renandra.
"Aku udah tegas Tantri ... Aku memutuskan untuk mengikuti apa kata Mami. Lebih baik kamu cari laki-laki lain."
"Nggak Ariq ... Aku cinta sama kamu. Dan aku nggak yakin kalau kamu udah lupain aku begitu aja ... Secara aku orang pertama yang berpacaran dengan kamu."
"Tantri aku mohon. Kamu nggak perlu ungkit hubungan kita lagi."
Kembali wanita itu memeluk Fariq.
"Tantri lepas."
"Aku kangen sama kamu, sayang."
Tiba-tiba tubuh Tantri terlepas dari Fariq, seseorang menarik lengannya dengan paksa.
"Rachel."
"Kamu siapa? Ngapain kamu gangguin kami."
"Kamu yang siapa? Ngapain kamu peluk calon suamiku?" tanya Rachel.
Tantri menoleh kearah Fariq. "Ariq. Maksudnya apa?"
"Dia calon istriku."
"Calon istri. Semudah itu kamu melupakan aku?" tanyanya. "Padahal kita putus cuma karena nggak disetujui sama Tante."
Tantri menoleh kearah Rachel. "Kamu harus tau ya. Ariq masih cinta sama aku ... Aku sama dia putus bukan karena udah nggak ada rasa. Tapi karena terhalang restu Tante, Rita."
"Mas, Ariq," lirih Rachel.
Dia tidak percaya akan pengakuan gadis itu.
"Jangan dengerin dia," ucap Fariq.
"Ariq! Aku tau kamu masih cinta sama aku."
"Maaf, Mbak. Lebih baik Mbak pergi, sekarang Mas Ariq itu calon suami ku. Dan kami udah bertunangan." Rachel menunjukkan cincin di jari manisnya.
"Aku nggak percaya. Kamu pasti disuruh Tante 'kan, supaya aku nggak deket-deket lagi sama Ariq."
"Mbak nggak percaya?" tanya Rachel.
"Nggak!"
Rachel memandang Fariq, ia mendekati pria itu. Sambil membungkukkan badan, Rachel menangkup wajah Fariq.
Cup!
Fariq dan Tantri membulatkan mata, dengan berani Rachel melakukan hal tersebut. Fariq, dia malah menikmati perlakuan Rachel kepada dirinya.
"Gimana, Mbak? Sekarang percaya?" tanya Rachel.
Fariq Atlas Renandra masih menatap calon istrinya sambil mengusap bibirnya.
"Berani sekali kamu. Aku akan pastikan kamu menyesal karena udah bermain-main sama aku."
Tantri berlalu pergi dia kesal dengan Rachel. Wanita itu akan berusaha kembali merebut Fariq untuknya. Dia tidak akan melepaskan Fariq, mengingat perpisahan mereka hanya karena tidak direstui oleh Rita.
X X X
Di dalam restoran, Fariq merasa gelisah, dari tadi Rachel memang memperhatikan tunangannya itu. Namun ia tidak sempat bertanya karena terlalu fokus menyantap makanan.
"Mas kenapa sih?" tanyanya. "Keringatan gitu lagi."
"Rachel ... Eummm, Mas mau lagi."
"Mau apa?"
"Cium."
"Iiih ... Apaan, tiba-tiba minta cium."
"Gara-gara kamu juga tadi. Sekarang Mas mau lagi, yang tadi tanggung."
"Enggak, ah. Tadi 'kan cuma buat yakinkan cewek itu. Kalau Mas memang calon suamiku."
"Please ... Mas mau lagi."
"Tempat umum tau. Enggak-enggak."
"Rachel ..."
"Enggak. Mas makan aja itu." tolak Rachel Diandra.
"Ayo lah, Rachel. Sebentar aja."
"Enggak."
Fariq diam tak berkutik, dia tau bagaimana pun ia memaksa Rachel. Tetap saja wanita itu tidak akan menggubris dirinya. Sedangkan saat ini, dia menginginkan hal itu lagi.
"Pantesan gelisah gitu."
"Iya lah, tang tadi tanggung Rachel. Mas nggak tenang kalau belum dikasih."
"Jangan pikirin itu. Mending Mas makan, biar nggak kepikiran kearah sana."
"Sebentar aja Rachel. Jangan buat Mas gelisah."
"Nanti aja. Kalau udah nikah."
Alhasil Fariq terdiam, memaksa gadis itu tidak akan membuahkan hasil apa-apa. Bahkan sebaliknya, bisa saja Rachel akan marah kepada dirinya. Karena yang ia tau Rachel jenis wanita yang teguh pendiriannya.