NovelToon NovelToon
Mimpi Buruk Clara

Mimpi Buruk Clara

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Teen School/College / Keluarga / Persahabatan / Cinta Murni / Chicklit
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

Dua tahun. Dua sahabat. Satu cinta dan satu hati. Clara dan Sarah, terikat oleh persahabatan yang tak tergoyahkan sejak dua tahun persahabatan mereka di bangku kuliah, menghadapi badai kehidupan bersama. Namun, kedamaian itu hancur ketika sebuah kerikil kecil—sejumlah tokoh antagonis, masing-masing dengan segudang niat jahat—muncul secara tiba-tiba. Serentetan jebakan dan intrik licik memicu serangkaian kejadian di antara Sarah dan Clara: salah paham, pertengkaran, dan pengkhianatan yang tak terduga. Apakah persahabatan mereka cukup kuat untuk menghadapi cobaan ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 30. Mamaku Juga Mama Kamu

"Kalau seingatku sih kakek dulu meninggal karena umur. Karena udah tua aja gitu. Kalau nenek sih... Ehm, setelah Kakek meninggal... nenek suka kepikiran sama kakek. Kayak...bayangan kakek tuh selalu ada di pikiran nenek. Nenek nggak bisa ikhlas dan ngerelain kepergian kakek.

Bahkan, sering loh Nenek bilang sama kami kalau arwah kakek itu masih ada di rumah. Sampai akhirnya tiba-tiba meninggal. Nggak ada sebabnya gitu, langsung aja meninggal. Semuanya kan jadi panik ya.

Mereka udah panggilin dokter keluarga buat periksa nenek. Tapi nggak nemuin gejala apapun. Terus Papa yang nggak mau ribet langsung aja ngurus semua pemakaman nenek," kenang Clara, raut wajahnya berubah sendu. Tatapannya kosong, melayang ke masa lalu, di mana Kakek dan Neneknya masih hidup dan sehat walafiat.

Sarah menggenggam tangan Clara dengan erat, matanya memancarkan ketulusan, senyumnya menawan namun menenangkan. "Mereka udah tenang di surga. Kamu dan semua yang masih hidup di dunia harus setia mendoakan Mereka dan sering-sering ke kuburan mereka buat jengukin mereka.

Apalagi Papa sama Mama kamu kan orang sibuk ya, lain kali kamu ingetin mereka lah terus ajakin mereka ke makam kakek dan nenek kamu. Mereka udah lama nggak ke sana kan?" tanyanya kemudian.

Clara menatap Sarah, menggeleng pelan. Wajahnya masih tampak sendu. "Aku bahkan gak ingat loh kapan terakhir kali mama sama papa itu ke makam kakek sama nenek. Kayaknya udah lama banget mereka nggak ke sana. Sibuk sama urusan masing-masing.

Mereka bahkan lupa sama aku kan, secara aku itu anak mereka? Percuma aja kalau aku itu ingetin mereka dan ajakin mereka, pasti mereka bakal nolak dengan alasan pekerjaan. Jadi mending... aku sama kamu aja ya ke makam kakek sama nenek. Kamu mau kan nemenin aku?" tanyanya, sedikit memohon, matanya berkaca-kaca.

Tanpa keraguan sedikit pun, Sarah mengangguk, senyumnya merekah. Ia sangat cantik, meskipun riasan dan penampilannya sangat sederhana. "Kapanpun kamu minta aku siap nemenin kamu. Bahkan sekarang pun aku mau kok nemenin kamu ke makam. Cuma sekarang kan udah sore ya, kalau ke makam sore-sore gini kan agak serem.

Ehm, gimana kalau besok aja? besok siang setelah kita masak-masak di rumah? katanya kamu mau belajar masak," ujar Sarah, mengingatkan.

Clara mengangguk, senyumnya merekah malu-malu. "Iya dong, kan aku pengen bisa masak kayak kamu. Masa iya aku tiap hari makan mie instan mulu, atau enggak go-food. Buang-buang duit. Mending aku masak sendiri makanan yang lebih sehat. Iya kan?" tanyanya, suaranya riang, seperti anak kecil. Sarah gemas setengah mati mendengar suara ceria Clara dan ekspresi wajahnya yang dibuat semanis mungkin.

Tangan Sarah terangkat, mengacak lembut rambut Clara. "Kamu jadi anak kecil aja deh, Ra. cocok kamu!" katanya, lalu tertawa lepas.

Clara mengerucutkan bibirnya, matanya menyipit tajam namun tetap terlihat menggemaskan di mata Sarah. Tangannya lalu terangkat meraih tangan Sarah yang tengah mengacak-acak rambutnya. "Ngejekin aku, kamu?! Huhh!" protesnya, cemberut, tangannya terlipat di depan dada.

Sarah menggeleng, tangannya yang masih berada di kepala Clara perlahan turun. Tawanya berganti senyum manis. "Kamu itu lucu banget. Gemes aku sama kamu. Lihat deh, ekspresi muka kamu itu kayak anak kecil yang lagi ngambek. Jadi pengen peluk kamu, aku atau cubitin itu pipi kamu biar merah, hahaha," Sarah lalu tertawa.

Clara semakin cemberut, pipinya menggembung lucu. "Terus habis itu aku yang bakal cubitin pipi kamu biar pipi kita sama-sama merah!" sahutnya, nada suaranya sedikit lebih tinggi.

Clara dan Sarah terus mengobrol di sana, tertawa dan membahas banyak hal. Dari hal-hal sepele hingga topik-topik serius yang baru pertama kali mereka bahas, waktu terasa berlalu begitu cepat. Tanpa terasa, langit telah menggelap dan jam menunjukkan pukul tujuh malam.

Sarah terkejut, tangannya reflek menepuk kening. Ia segera meraih ponselnya untuk menghubungi Mamanya.

....

"Halo Ma," ucap Sarah, lalu berdiri, berjalan sedikit menjauh.

"Kamu dimana, kok belum pulang? Ini udah gelap loh,"

Suara ibunya dari telepon terdengar khawatir, membuat Sarah merasa sedikit bersalah.

"Maaf ya Ma aku belum sempat kabarin Mama kalau aku nggak pulang malam ini. Aku mau nemenin Clara di rumahnya, orang tuanya lagi keluar kota, dia sendirian jadi aku mau nemenin dia," jelas Sarah.

"Nggak papa kan aku nginap di rumah Clara malam ini?" lanjutnya.

Terdengar helaan nafas dari seberang, lalu mamanya menjawab.

"Nggak papa dong, emang harusnya gitu. Kamu nemenin Clara. Kasihan dia sendirian di rumah. Harusnya sebelumnya kamu bilang dulu sama mama biar mama nggak khawatir. Mama lagi nungguin kamu di ruang tamu, tapi kok kamu nggak pulang-pulang. Terus kamu telepon ini."

Sarah sekilas menoleh ke Clara yang sedang menatapnya, lalu dengan cepat mengalihkan pandangan dan melanjutkan pembicaraannya di telepon.

"Maaf ya Ma tadi Sarah belum sempet kabarin Mama soalnya Clara juga bilangnya dadakan."

"Ya udah nggak apa-apa tapi kamu hati-hati ya di sana. Kalian itu perempuan. Apalagi di rumah sendirian dan rumah Clara itu besar banget kayak istana. Nanti tidurnya jangan malam-malam."

Sarah tersenyum manis mendengar nasehat-nasehat mamanya. Ia mengangguk perlahan.

"Iya Ma, nanti kami tidurnya nggak malam kok. Ya udah aku tutup dulu ya," izin Sarah.

"Iya, selamat malam anaknya Mama, mimpi indah."

Suara mamanya terdengar sangat lembut, membuat pipi Sarah perlahan bersemu merah. Ia sangat bahagia.

"Malam juga Mamaku sayang. Mimpi indah."

Sarah mengakhiri panggilan, lalu kembali menghampiri Clara, duduk di sampingnya. Clara tampak melamun, tatapannya kosong. Sarah menepuk pelan pundak Clara, sedikit membuatnya terkejut.

"Kamu lagi ngelamunin apa? nggak baik loh ngelamun sore-sore," tegur Sarah lembut.

Clara menggeleng pelan, raut wajahnya tetap datar. "Nggak ada kok. aku cuma... iri aja lihat kamu sama mama kamu," jawabnya lirih, suaranya sedikit bergetar.

Sarah mengerutkan kening, bingung. "Iri kenapa?" tanyanya dengan nada yang lebih lunak.

Clara berusaha tersenyum, tapi Sarah tahu itu hanya dipaksakan. Ada kesedihan yang terpancar dari sorot matanya, kesedihan yang membuat Sarah penasaran.

"Kamu tahu kan kondisi keluargaku gimana? Aku pengen juga punya orang tua kayak orang tua kamu. Punya mama yang sayang dan perhatian kayak Mama kamu. Mama kamu itu sayang banget sama kamu. Beda sama Mama aku yang gak peduli.

Aku pengen juga Sar, jadi anggota keluarga kamu. Meskipun nggak kaya, aku nggak masalah. Bagiku semua harta dan kekayaan ini nggak ada gunanya. Aku cuma butuh kebahagiaan. Sementara kebahagiaan itu nggak pernah datang di hidupku.

Sampai akhirnya aku ketemu sama kamu," Clara bercerita panjang, tatapannya tak lepas dari Sarah. Ia menggenggam tangan Sarah erat.

"Kalau seumpama aku minta sama Tuhan buat takdirku itu berubah, bisa nggak ya? kayak aku tuh minta buat jadi anggota keluarga kamu.

Aku capek, Sar. Capek!" Air matanya jatuh membasahi pipi. Sarah terkejut melihat Clara menangis. Ia memeluk Clara, mengusap rambutnya dengan lembut, berusaha menenangkannya.

"Ssstt! nggak boleh ngomong gitu. Orang tuamu kan sibuk juga buat kamu. Mereka bekerja sangat keras, hingga ke luar kota biar kamu bisa hidup enak kayak sekarang. Coba deh bayangin, kalau mereka nggak bekerja sekeras ini, mungkin kamu nggak bakal punya semua ini.

Udah ah, jangan nangis. Mamaku juga Mama kamu, kok. Anggap aja Mamaku Mama kamu sendiri. Mama udah bilang ke aku kalau dia sayang banget sama kamu, kayak anaknya sendiri. Jadi, kamu nggak perlu sungkan kalau mau manggil Mama aku itu mama, kamu boleh kok ngelakuin apapun.

Mau itu peluk, cium pipi, atau apapun, Mama akan selalu welcome. Pun aku juga nggak keberatan, Ra. Aku ikut bahagia kalau lihat kamu bahagia. Aku sayang banget sama kamu," ujar Sarah lembut, menghibur Clara.

Air mata Clara masih mengalir, ia begitu bersyukur dipertemukan dengan Sarah dan keluarganya. Kebaikan mereka membuatnya ingin menjadi bagian dari keluarga itu, meskipun ia tahu itu mustahil.

"Tuhan, jika diperbolehkan tolong ubah takdir hidupku. Izinkan aku menjadi anggota keluarga Sarah. Aku ingin menjadi keluarga mereka, Tuhan, merasakan kehangatan pelukan Mama Sarah dan kebahagiaan di keluarga itu.

Aku menginginkan semua itu Tuhan. Tolong kabulkanlah doaku yang sangat mustahil ini," batin Clara. Suaranya bergetar, sebuah permohonan tulus yang dipanjatkan dengan penuh harap, meski ia tahu itu mungkin sulit terjadi.

Bersambung ...

1
Pena dua jempol
aku kasih 🌹 supaya semangat author nya 💋
Pena dua jempol
biasanya yang nuduh justru yang selingkuh /Sob/
Yokai-nya Rena
Nyess banget jadi Clara
◍•Grace Caroline•◍: Eh dah rilis ternyata 😍 makasih dah mampir kakk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!