Aaron, seorang duda dengan dua anak, di mintai pertolongan oleh kedua sahabatnya yang ada di depannya. Dan permintaan dua orang di depannya ini, adalah sebuah permintaan yang tidak pernah ia bayangkan seumur hidupnya.
Apakah jawaban yang akan di berikan Aaron?
Seperti apakah kehidupan Aaron setelah memberikan jawaban?
Ayo langsung saja baca ceritanya!
NOTE*
mohon dukungannya dengan menonton iklan,like dan komen sebagai dukungan untuk saya☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erlangz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Raya Salah Paham
Bab 11.Raya Salah Paham
Di sekolah, di dalam kelasnya, Raya sedang memegangi perutnya yang rata, mukanya terlihat pucat dan terlihat murung.
Dan semua itu tidak luput dari pandangan Fika, sahabat yang Raya punya di sekolah.
Mereka berdua sudah bersahabat dari mulai kelas satu SMP sampai sekarang kelas tiga SMA.
Fika dan Raya sangat akrab, Fika juga sangat paham dan tau betapa polosnya sahabatnya ini yang terkadang lemot dan membuatnya kesal sendiri, seperti sekarang ini.
"Perut kamu kenapa Ray, kok dipegang terus, kamu sakit?" tanya Fika khawatir kepada Raya.
"Kok, Fika bisa tau perut Raya lagi sakit?" bukannya menjawab, Raya malah balik bertanya yang membuat Fika jadi sedikit emosi.
Fika hanya bisa menghela napasnya, inilah kebiasaan Raya yang sering membuatnya jadi emosi, Raya itu orangnya lemot, Fika sampai tidak tega memberitahunya.
"Ya kan, aku lihat kamu dari tadi pegang perut terus, wajah kamu juga kelihatannya pucat begitu, emangnya sakit banget ya? Kita ke UKS aja kalo sakit," kata Fika.
"Kamu sok tau nih, Raya nggak sakit kok," jawab Raya.
Ucapan Raya membuat Fika menjadi semakin jengkel saja, ia pun hanya bisa menghembuskan napasnya dengan kasar.
"Terus, kenapa lo pegang perut lo terus dari tadi sih?" ucap Fika tanpa menggunakan aku-kamu lagi karena sedang kesal dengan jawaban Raya.
Raya jadi bingung dan resah, ketika bangun dari tidurnya ia sudah gelisah seperti ini, apalagi ketika ia bangun, yang ia lihat pertama kali adalah wajah seseorang yang tertidur di sampingnya.
Raya pun mengedarkan pandangannya ke sekitarnya, melihat apakah ada orang lain di kelasnya. Sepi hanya ada mereka berdua, temannya yang lain pasti sedang ke kantin untuk istirahat dan makan. Aman pikir Raya dalam hatinya.
Fika yang melihat Raya celingak-celinguk melihat ke sekitar, membiarkan saja apa dilakukan Raya, ia tahu Raya pasti ingin menceritakan sesuatu tanpa ada orang lain yang tahu.
"Udah belum celingak-celinguk nya?" tanya Fika tak sabar.
Raya mengangguk dan mulai mendekatkan mulutnya ke telinga Fika, Fika yang penasaran mendengarkan dengan seksama.
"Kayaknya di perut Raya ada adek bayinya deh, Fika," bisik Raya di telinga Fika.
Fika yang mendengar bisikan Raya mendadak merasa bahwa otaknya mulai melemah dalam berpikir, ia tidak paham dengan apa di ucapkan Raya.
"Maksud lo, kaya gimana Ray?" ucap Fika bingung dan kesal.
"Ih,Fika kenapa jadi lemot begini sih?" ucap Raya yang membuat Fika tambah jengkel di bilang lemot oleh Raya.
"Raya takut, Raya kayaknya hamil deh, Fika," ucap Raya.
"Hah? hamil?" ucap Fika semakin bingung.
Fika tahu Raya itu tidak terlalu pintar, tapi apakah ia bisa sampai berpikir dan mengucapkan sesuatu seperti itu.
Kalau ada yang dengar, Raya bisa jadi bahan omongan orang yang jahat dan tidak suka padanya.
"Yang benar aja Ray, jaga ucapan lo, jangan ngomong sembarangan gitu!" ucap Fika sedikit keras, ia tidak suka mendengar sahabatnya mengucapkan kalimat tidak berbobot begitu.
"Enggak sembarangan Fika, Raya beneran takut ham-" ucap Raya belum selesai karena mulutnya di tutup oleh tangan Fika.
Fika tidak suka, setiap Raya mengucap kata hamil, ia takut ada yang mendengarkan. Ia tahu, Raya sedang bersedih karena harus kehilangan kedua orangtuanya, dan ia juga tahu bahwa Raya adalah orang tegar karena, baru sehari orangtuanya dimakamkan ia sudah kembali bersekolah.
Tapi, Fika tidak pernah menyangka kalau Raya bisa mengalami halusinasi separah ini karena kehilangan kedua orangtuanya.
Memangnya, siapa yang mau menghamili Raya, Fika berpikir tidak ada.
"Kamu dengar ya Raya, hamil itu untuk perempuan yang udah menikah aja, Raya," ucap Fika menjelaskan dengan kalimat yang ia buat sederhana karena ia berpikir, Raya tidak bisa diberitahu dengan kata-kata yang terlalu frontal seperti hamil itu terjadi setelah berhubungan badan antara laki-laki dan perempuan.
"Ih, iya Raya juga tau kok, makanya Raya takut sekarang!" ucap Raya sedikit kesal karena berpikir, Fika mengira dia tidak tau akan hal itu.
Raya kemudian mendekatkan mulutnya ke telinga Fika lagi.
"Raya udah nikah tau!!" bisiknya.
"Hah, udah nikah?!" ucap Fika sedikit keras karena kaget dengan ucapan Raya.
"Ih, jangan keras-keras dong Fika!" ucap Raya.
"Jangan bilang, lo lagi bercanda ya, Ray!" ucap Fika memperingati.
"Ih Fika, Raya serius tau!" ucap Raya karena Fika tidak percaya.
Fika tidak tahu, bagaimana bisa Raya berhalusinasi hingga menjadi separah ini.
"Tapi elo kan masih sekolah Ray, lo juga kan belum pernah pacaran, terus lo nikahnya sama siapa?!" tanya Fika dengan cepat.
"Iya, ini Raya emang mau cerita kok sama Fika," ucap Raya.
"Ya, elo emang harus cerita sekarang!" Kata Fika.
Setelah itu diceritakan lah awal mulanya tentang Raya yang menikah dengan Aaron, pesan dan nasehat orang tuanya sebelum pernikahan mereka hingga saat ini.
"Jadi sekarang kamu udah nikah?" tanya Fika setelah tidak emosi lagi, sehingga menggunakan aku-kamu lagi.
Sekarang ia mengerti kenapa Raya bicara soal hamil dan pernikahan.
Fika sebenarnya masih ragu, bahwa Raya sudah menikah. Tetapi ia lebih ragu lagi kalau Raya berbohong padanya. Fika tidak menyangka, Raya sahabatnya yang polos dan lemot ini ternyata sudah punya suami.
Tapi Fika masih ragu, apakah Raya benar sudah hamil atau tidak, karena Raya masih baru menikah, apa iya bisa langsung hamil secepat itu.
Fika berpikir karena Raya sudah menikah, artinya sahabatnya itu sudah tidak polos lagi. Ia jadi tidak ragu lagi mencemari otak Raya dengan kata-katanya yang sedikit kasar.
"Berarti, kamu udah nggak perawan lagi dong!" ucap Fika.
Enak aja, Raya masih muda, emangnya Raya udah tua apa?!"
ucap Raya yang mengira kalau, sudah tidak perawan itu artinya sudah tua dan tidak muda lagi.
Fika hanya bisa menghela napas panjang, ternyata kemampuan otak Raya masih sama seperti sebelum menikah.