NovelToon NovelToon
Aku? Jadi Suami Pengganti?

Aku? Jadi Suami Pengganti?

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nur dzakiyah

ig: nrz.kiya

Farel Aldebaran, cowok yang lebih suka hidup semaunya, tiba-tiba harus menggantikan posisi kakak kembarnya yang sudah meninggal untuk menikahi Yena Syakila Gunawan. Wanita yang sudah dijodohkan dengan kakaknya sejak bayi. Kalau ada yang bisa bikin Farel kaget dan bingung, ya inilah dia! Pernikahan yang enggak pernah dia inginkan, tapi terpaksa harus dijalani karena hukuman dari ayahnya.

Tapi, siapa sangka kalau pernikahan ini malah penuh dengan kekonyolan? Yuk, saksikan perjalanan mereka!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur dzakiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20: Destinasi Pengantin Baru

Keesokan paginya, sinar matahari yang hangat menyelinap masuk melalui celah tirai kamar hotel. Yena masih terlelap dengan posisi meringkuk di sisi ranjang, sementara Farel sudah bangun lebih dulu. Dia duduk di sofa, menatap ponselnya sambil sesekali menguap.

Farel menoleh ke arah Yena yang masih tidur nyenyak, wajahnya tampak damai. "Kayaknya semalem capek banget," gumam Farel pelan. Dia berdiri, berjalan ke arah ranjang, lalu membungkuk sedikit.

"Yen... bangun, udah pagi," katanya sambil menggoyangkan pelan bahu Yena.

Yena menggeliat sedikit, mengerjap pelan sebelum akhirnya membuka matanya. "Hah... pagi ya?" gumamnya setengah mengantuk.

"Ya iyalah. Lo mau lanjut tidur atau sarapan?" tanya Farel sambil melipat tangannya.

Yena duduk perlahan, mengusap wajahnya. "Sarapan aja deh. Tapi gantian lo yang nyiapin, gue masih lelah," ucapnya setengah bercanda.

Farel tertawa kecil. "Santai, gue udah pesan makanan ke room service tadi. Lo tinggal cuci muka aja, nanti makanannya datang."

"Serius? Tumben lo perhatian gini," goda Yena sambil tersenyum tipis.

"Yah, sekali-sekali gue bisa lah jadi suami teladan," jawab Farel sambil nyengir, membuat Yena tertawa kecil.

Tak lama kemudian, bel kamar berbunyi, menandakan makanan mereka telah datang. Farel mengambilnya dan menata hidangan di meja kecil di dekat balkon.

"Ayo sini, sarapan di balkon aja. View-nya bagus," ajak Farel.

Yena bangkit, berjalan pelan menuju balkon. Ketika dia melihat pemandangan pagi itu, mata Yena berbinar. "Wow, indah banget," katanya, kagum.

Farel menarik kursi untuknya. "Lo duduk, gue yang ngurus. Hari ini kita santai aja dulu, baru nanti lanjut ke tempat wisata berikutnya."

Yena duduk dan menatap Farel yang terlihat lebih santai dari biasanya. "Lo serius mau jadi suami teladan, ya?" tanyanya, setengah menggoda.

Farel hanya tersenyum kecil. "Gue nggak janji bakal selalu kayak gini, tapi kalau lo happy, kenapa nggak?"

Ucapan itu membuat Yena terdiam sesaat, tetapi senyuman di wajahnya tak bisa disembunyikan. Pagi itu terasa begitu menyenangkan bagi keduanya, seolah semua kekhawatiran semalam telah menghilang sepenuhnya.

Setelah selesai sarapan, Yena bergegas kembali ke kamar untuk bersiap, sementara Farel masih bersantai di balkon, menikmati angin pagi yang segar. Ketika Yena keluar dari kamar mandi dengan pakaian kasual dan rambut yang masih sedikit basah, Farel menoleh dan bersiul kecil.

"Wow, lo udah siap aja. Cepet amat!" ucapnya sambil nyengir.

Yena menggeleng pelan. "Kalau nunggu lo siap, bisa sampai siang kali kita baru jalan."

Farel tertawa kecil. "Oke, oke, gue nyerah. Lo tunggu sini aja, gue mandi bentar. Jangan komplain kalau kelamaan."

"Kalau kelamaan, gue tinggal ya," balas Yena, setengah bercanda.

Setelah Farel selesai bersiap, mereka memutuskan untuk mengunjungi destinasi selanjutnya di daftar Yena, yaitu Pantai Pink yang terkenal dengan pasirnya yang berwarna merah muda. Dalam perjalanan menuju ke sana, Farel terlihat sangat bersemangat, bahkan dia yang lebih banyak berbicara di dalam mobil.

"Eh, Yen, beneran tuh pasirnya pink? Jangan-jangan cuma efek cahaya doang," ucap Farel sambil menyetir.

Yena menoleh, matanya berbinar penuh antusiasme. "Nggak, beneran pink! Itu karena serpihan karang merah yang bercampur sama pasir putihnya. Makanya warnanya jadi unik."

"Wih, keren juga. Lo jago juga ya soal beginian," kata Farel sambil tersenyum kecil.

"Makanya lo harus bersyukur punya istri pinter," balas Yena sambil tertawa kecil.

Setibanya di Pantai Pink, pemandangan yang memukau langsung menyambut mereka. Air laut yang jernih berpadu dengan pasir merah muda menciptakan suasana yang sangat indah.

Farel menatap pantai itu dengan kagum. "Gila, ini keren banget sih. Gue nggak nyangka bakal sebagus ini."

Yena tersenyum puas. "Makanya gue masukin tempat ini ke daftar kita."

Tanpa pikir panjang, Farel melepas sepatunya dan berjalan ke tepi pantai. "Ayo, Yen! Lo harus ngerasain langsung pasirnya!" serunya.

Yena mengikuti, meski awalnya ragu untuk melepas sandalnya. Saat kakinya menyentuh pasir, dia tersenyum lebar. "Wow, lembut banget!"

Mereka menghabiskan waktu dengan bermain di pantai, mengambil foto, dan menikmati suasana santai di sana. Ketika matahari mulai bergerak ke arah barat, Farel dan Yena duduk di atas tikar kecil yang mereka sewa, menikmati kelapa muda segar.

"Eh, Yen, gue jadi mikir. Kalau pernikahan kita nggak kayak gini, kira-kira lo bakal gimana?" tanya Farel tiba-tiba, nadanya lebih serius.

Yena menatap Farel sejenak sebelum menjawab. "Entahlah... mungkin gue bakal sibuk kerja aja, nggak pernah kepikiran nikah secepat ini."

Farel mengangguk pelan. "Gue juga. Tapi ya... ternyata nggak buruk-buruk amat."

Yena tersenyum kecil. "Tergantung gimana kita jalaninnya. Kalau lo masih suka bikin masalah, ya bisa jadi buruk banget."

Farel tertawa kecil. "Oke, catatan buat gue. Jangan bikin masalah. Deal?"

"Deal," balas Yena, lalu mereka saling tertawa.

Momen itu terasa ringan namun penuh makna, seolah-olah perjalanan mereka mulai membuka lembaran baru dalam hubungan yang sebelumnya dipenuhi ketidaksukaan dan ketidakpastian.

Setelah matahari mulai tenggelam, mereka memutuskan untuk kembali ke hotel. Perjalanan di dalam mobil cukup hening, mungkin karena lelah setelah seharian bermain di Pantai Pink. Namun, Yena tak bisa menyembunyikan senyum kecil yang terus muncul di wajahnya.

"Lo kenapa senyum-senyum gitu? Ada yang lucu?" tanya Farel tiba-tiba sambil melirik sekilas.

"Nggak ada. Gue cuma... merasa hari ini menyenangkan aja," jawab Yena, nadanya ringan.

Farel mengangguk. "Bagus kalau lo senang. Ternyata lo gampang bahagia juga, ya. Gue kira lo tipe yang susah puas."

"Eh, jangan salah. Gue cuma gampang bahagia kalau orang di sekitar gue nggak bikin ribet," balas Yena, melirik Farel dengan senyum menggoda.

"Lo ngomongin gue?" Farel pura-pura tersinggung.

"Yup," jawab Yena santai, membuat Farel terkekeh.

Setibanya di hotel, mereka langsung menuju kamar. Yena segera duduk di sofa, sementara Farel menjatuhkan dirinya di tempat tidur.

"Capek juga ya, ternyata. Tapi besok gue masih semangat buat ke destinasi selanjutnya," ucap Farel sambil menggeliat.

"Baguslah kalau lo semangat. Besok kita ke Kawah Ijen, siap-siap bangun subuh," ujar Yena mengingatkan.

Farel menoleh dengan ekspresi kaget. "Subuh? Serius lo? Liburan kok harus bangun subuh?!"

"Ya iyalah. Kalau mau lihat api biru di Kawah Ijen, kita harus berangkat pagi-pagi buta," jelas Yena santai.

Farel mendesah panjang. "Kenapa gue merasa ini lebih kayak lomba ketahanan fisik daripada liburan?"

"Karena lo nggak biasa liburan yang aktif. Kalau liburan lo cuma tidur di hotel, ya jelas nggak seru," balas Yena sambil tertawa kecil.

"Fine, fine. Gue nurut deh," ujar Farel akhirnya sambil memejamkan mata, menyerah pada rencana Yena.

Namun sebelum benar-benar tidur, Farel menoleh ke Yena yang sedang sibuk menyiapkan tas kecil untuk keperluan esok hari.

"Eh, Yen," panggilnya tiba-tiba.

"Hm?" Yena menoleh.

"Thanks ya, udah repot-repot buat liburan ini. Gue nggak pernah mikir bakal liburan seru kayak gini bareng istri... yang awalnya gue nggak mau nikah'in," ucap Farel dengan nada pelan.

Yena berhenti sejenak, lalu tersenyum kecil. "Lo bilang apa tadi? Gue nggak kedengeran."

Farel mendengus. "Lupakan. Selamat malam."

Yena terkekeh pelan. "Selamat malam, Rel."

Kamar itu kembali hening, hanya suara detak jam yang terdengar samar. Tapi bagi keduanya, keheningan itu terasa lebih hangat dari biasanya.

1
Angel Ine
semangat terus, ceritanya gak berhenti bikin ngakak, selalu mendukung karya k.thor
Angel Ine
Lanjut terus k.thor semangat dalam berkarya
Ana
Pokonya baca semua karya kakak, bisa jadi inspiratif yg baik, karya yg ini tema beda tapi tdk jauh banget dri ciri khas kakak,, ngakak abiss jg bacanya
El
Mampir lagi.. seperti biasa karya kakak luar biasa, apa lgi kali ini tema berbeda..
El
Bener" yee nih farelll...🤦🏻‍♀️😂
Ddek Aish
ada2 aja grup anak spesial. kirain anak disabilitas yang spesial taunya 😂😂😂
ᏦᎨᎽᎯ~: hahaha.. 🤣🥰
total 1 replies
Agnan
Kocak sih ini, keren.. keren..
ᏦᎨᎽᎯ~: terima kasih kak, atas dukungannya dan komen positifnya🥰🫶🏻🦭
total 1 replies
PuputMega Shelviana SuJanii
bahasanya kurang ngena thor, masa ank ngomong nya gue2 k ayahnya, giliran ayahnya jh bz sopan pakex saya
ᏦᎨᎽᎯ~: wajar sih kak, melihat sifat farel ya gtulah.. adapnya kurang🤣 jdi mon maap klw krng nyaman🙏🏻 tp terima kasih udh baca🫶🏻
total 1 replies
Ddek Aish
mampir lagi
ᏦᎨᎽᎯ~: terima kasih ya kak, atas dukung setiap karyaku, bakal semakin semngt nihhh🥰🫶🏻🦭
total 1 replies
Agnan
Haha Kocak si farel😂😂
ᏦᎨᎽᎯ~: beh gercep ya, tenkyu
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!