Ketika dunia manusia tiba-tiba terhubung dengan dimensi lain, Bumi terperangkap dalam kehancuran yang tak terbayangkan. Portal-portal misterius menghubungkan dua realitas yang sangat berbeda—satu dipenuhi dengan teknologi canggih, sementara lainnya dihuni oleh makhluk-makhluk magis dan sihir kuno. Dalam sekejap, kota-kota besar runtuh, peradaban manusia hancur, dan dunia yang dulu familiar kini menjadi medan pertempuran antara teknologi yang gagal dan kekuatan magis yang tak terkendali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rein Lionheart, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 8. Kebenaran di Balik Celah
Ceryn menyilangkan tangan, wajahnya menunjukkan keraguan. "Tidak semudah itu. Banyak yang telah mencoba, termasuk aku sendiri. Tetapi setiap kali kami mencoba menutupnya, sesuatu yang jauh lebih berbahaya muncul. Celah ini adalah bagian dari sesuatu yang disebut Jaring Dimensi, dan jika kau menghancurkannya dengan cara yang salah, kau bisa memicu keruntuhan semua dimensi yang terhubung."
Kael menghela napas panjang. "Kalau begitu, kita tidak punya pilihan lain. Aku tidak bisa membiarkan dimensi ini—atau dunia lain—terus dihancurkan oleh makhluk-makhluk itu."
Ceryn menatap Kael dengan tajam. "Kau berbicara seperti seseorang yang punya rencana. Tapi lihat di sekitarmu. Dunia ini sudah berada di ambang kehancuran. Penyintas semakin sedikit, sumber daya hampir habis, dan setiap malam, makhluk-makhluk itu semakin kuat."
"Justru karena itu aku ada di sini," Kael menjawab tegas. "Aku tidak tahu banyak tentang Celah ini, tapi aku tahu apa artinya mempertaruhkan segalanya untuk harapan."
Ceryn memperhatikan Kael untuk sesaat yang panjang, lalu akhirnya mengangguk. "Baiklah. Kalau kau benar-benar serius, aku akan menunjukkan sesuatu. Tapi jangan menyesal ketika kau melihatnya."
Ceryn membawa Kael ke dalam lab bawah tanah yang tersembunyi di bawah reruntuhan kota. Lab itu masih berfungsi sebagian, dengan layar holografik berkedip-kedip dan suara mesin yang berdengung pelan. Di tengah ruangan, sebuah portal kecil berwarna ungu berputar pelan, memancarkan energi yang tidak stabil.
"Itulah fragmen Celah," kata Ceryn, menunjuk ke portal itu. "Kami mencoba meneliti cara untuk menutupnya tanpa memicu kehancuran, tapi sejauh ini, kami belum menemukan jawabannya."
Kael mendekat dengan hati-hati. Ia bisa merasakan energi dari fragmen itu, seperti tarikan yang sama yang ia rasakan ketika melawan Nyx. "Ini terasa… familiar. Sama seperti kekuatan Nyx, tapi lebih liar."
Ceryn mengangguk. "Celah ini tidak hanya menghubungkan dimensi. Ia juga menarik esensi kegelapan dari setiap dunia yang terhubung. Semakin lama dibiarkan, semakin kuat ia menjadi, sampai akhirnya ia akan mengonsumsi segalanya."
Kael menyentuh kristal biru di dadanya, yang mulai bersinar samar. Ia merasa bahwa ada sesuatu di dalam dirinya yang selaras dengan energi dari Celah. "Kristal ini," katanya pelan. "Aku merasa bisa menggunakannya untuk menstabilkan energi itu. Tapi aku tidak yakin bagaimana caranya."
Ceryn memperhatikan kristal itu dengan penuh minat. "Kristalmu berbeda. Aku belum pernah melihat energi seperti itu sebelumnya. Jika itu benar-benar bisa digunakan, kita mungkin punya kesempatan. Tapi kau perlu tahu apa yang kau hadapi."
Ceryn menyalakan layar holografik besar yang menampilkan peta dimensi yang rumit. "Jaring Dimensi," katanya, menunjuk ke jaringan cahaya yang saling terhubung. "Setiap dunia, setiap dimensi, dihubungkan oleh simpul-simpul ini. Celah adalah salah satu simpul yang rusak, dan jika kau mencoba menutupnya tanpa memulihkan keseimbangan, seluruh jaringan bisa runtuh."
Kael memperhatikan peta itu dengan perhatian penuh. "Jadi, untuk menghentikan Celah ini, aku harus memperbaiki simpulnya?"
"Ya," Ceryn menjawab. "Tapi itu tidak mudah. Setiap simpul terhubung dengan inti energinya sendiri, dan inti itu dijaga oleh makhluk yang lebih kuat dari apa pun yang pernah kau hadapi. Mereka disebut Penjaga Kegelapan."
Kael merasakan sesuatu yang berat di dadanya. Pertarungan melawan Nyx sudah hampir membuatnya kehilangan nyawa, dan kini ia harus melawan makhluk-makhluk yang mungkin jauh lebih kuat.
"Berapa banyak Penjaga yang harus kita hadapi?" tanya Kael.
"Setidaknya tiga," jawab Ceryn. "Dan mereka berada di dimensi yang berbeda. Jika kau benar-benar ingin memperbaiki jaringan ini, kau harus melakukan perjalanan ke setiap dimensi dan mengalahkan mereka satu per satu."
Kael mengangguk perlahan. Ia tahu ini bukan perjalanan yang mudah, tetapi ia juga tahu bahwa ia tidak bisa mundur. "Kalau begitu, kita mulai dari mana?"
Ceryn menekan beberapa tombol di konsolnya, dan peta holografik menunjukkan sebuah titik merah yang berkedip. "Ini adalah dimensi pertama yang perlu kita kunjungi. Penjaga di sana dikenal sebagai Ravok, makhluk yang bisa mengendalikan waktu. Dia akan menjadi ujian terberatmu."
Kael mengepalkan tangannya, menatap titik merah itu dengan tekad. "Aku siap."
Ceryn tersenyum tipis. "Kita lihat saja nanti."
Dengan bantuan Ceryn, Kael menggunakan kristalnya untuk membuka portal menuju dimensi pertama. Sebelum melangkah, ia menoleh ke Ceryn. "Kau ikut denganku, kan?"
Ceryn mengangkat senjatanya dan tersenyum tipis. "Kau pikir aku akan membiarkanmu menghadapi ini sendirian? Jangan mati di sana, pahlawan."
Kael mengangguk, lalu melangkah ke dalam portal, diikuti oleh Ceryn. Mereka tidak tahu apa yang menunggu di sisi lain, tetapi mereka tahu satu hal: ini adalah langkah pertama menuju melindungi semua dimensi.Dan di kejauhan, di kedalaman Celah yang gelap, sesuatu sedang mengawasi mereka.
Kael dan Ceryn melangkah keluar dari portal dan mendapati diri mereka di tempat yang aneh. Langit di atas mereka tidak tetap—warnanya berubah-ubah dari biru, oranye, hingga gelap seperti malam. Di kejauhan, sebuah kota terapung terlihat seperti mozaik yang hancur, dengan bagian-bagian bangunannya melayang di udara tanpa pola yang jelas.
Namun yang paling mencolok adalah waktu. Kael merasakan waktu tidak mengalir seperti biasanya. Terkadang gerakan tangannya terasa melambat, terkadang terlalu cepat.
"Dimensi ini…" Kael bergumam sambil berusaha menstabilkan dirinya. "Waktu di sini rusak."
Ceryn mengangguk, matanya waspada pada lingkungan sekitar. "Ravok adalah Penjaga Waktu. Ini adalah wilayahnya, dan dia mengendalikan segalanya di sini."
Mereka mulai berjalan menuju kota terapung itu. Setiap langkah terasa seperti perjuangan karena gravitasi dan waktu terus berubah-ubah. Ada saat ketika mereka merasa seperti melayang, lalu tiba-tiba tubuh mereka terasa berat seolah terjebak dalam pasir hisap.
Namun, hal itu bukan satu-satunya ancaman. Makhluk-makhluk aneh mulai muncul dari bayangan—siluet kabur yang tampak seperti manusia tetapi dengan bentuk yang terus berganti.
"Bayangan Waktu," bisik Ceryn sambil menyiapkan senjatanya. "Mereka adalah pecahan dari jiwa-jiwa yang terjebak di sini. Mereka akan menyerang siapa saja yang mencoba mendekati Ravok."
Kael mengeluarkan energi dari kristalnya, membentuk pedang cahaya biru di tangannya. "Kalau begitu, kita hancurkan mereka."
Pertempuran melawan Bayangan Waktu adalah pengalaman yang aneh. Setiap kali Kael menyerang, waktu di sekitarnya berubah. Serangan yang harusnya cepat menjadi lambat, dan terkadang makhluk-makhluk itu bergerak terlalu cepat untuk diikuti.
"Fokus!" teriak Ceryn sambil menembakkan peluru-peluru energi dari senjatanya. "Jangan hanya mengandalkan refleksmu. Rasakan aliran waktu di sekitarmu!"
Kael mencoba mengikuti instruksinya. Ia menutup matanya sejenak, mencoba merasakan bagaimana waktu berubah di sekitarnya. Ketika ia membuka mata, semuanya tampak lebih jelas. Gerakan Bayangan Waktu menjadi lebih mudah diprediksi, dan ia mulai menyesuaikan serangannya dengan aliran waktu itu.
Satu per satu, Bayangan Waktu berhasil mereka hancurkan. Ketika pertempuran berakhir, keduanya berdiri terengah-engah di tengah medan yang dipenuhi kabut hitam sisa-sisa makhluk itu.