Hijrah Cinta Annisa
Karena Tak semua Kata, Bisa mewakili rasa, Maka biarlah hati ini menentukan Pilihannya, Diantara Suka,Duka, dan Air Mata.
***
Aku yang di tolak oleh calon suamiku, tepat di hari pernikahan kami, demi wanita masa lalu yang tiba tiba datang untuk memintanya kembali.
Namun Disaat Bersamaan Aku dipertemukan dengan jodoh yang tidak ku duga sebelumnya, Meminang ku, dan Menikahi Ku di waktu yang sama.
Ya. Dia Seorang CEO Emran Company, CEO dingin dan Arogan.
Akankah Cinta bersemi diantara kami.
Nantikan Kisahnya hanya di HIJRAH CINTA ANNISA !!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nabila.id, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Permintaan Tamara
...Dunia ini hanyalah mimpi, dan kau akan terbangun ketika kau telah mati...
...🍁...
Meski Annisa begitu terkejut dengan kedatangan Tamara, namun dia tidak lantas menatap jeli pada Tamara, seperti yang di lakukan Tamara terhadap dirinya.
Hening.
"Apa kau tidak ingin menanyakan kabarku ?" Tanya Tamara pada Annisa, dengan senyuman seolah di buat begitu ramah.
Annisa tersenyum dengan tulus pada teman lamanya. "Aku tidak hanya akan menanyakan kabarmu , aku juga sudah mendoakanmu" Ucap Annisa dengan senyuman di wajahnya.
Mendengar hal itu Tamara hanya menautkan kedua alisnya, merasa bingung dengan ucapan Annisa.
"Assalamualaikum Tamara " Ucap Annisa mengulangi ucapan sebelumnya, dengan suara lembut.
"Oh. Iya. Waalaikumsalam" ucap Tamara gagap. Annisa pun tersenyum setelahnya.
"Omong-omong ada tujuan apa tam kamu berkunjung" tanya Annisa yang menyimpan tanya, perihal kedatangan Tamara yang terkesan mendadak.
Tamara hanya bergeming dengan mata yang sibuk meneliti ke setiap sisi kediaman Annisa, kesan pertama yang tertangkap oleh mata Tamara adalah dekor pelaminan yang terlihat begitu indah, sederhana namun tetap elegan.
"Tam !" Panggil Annisa
"Oh , iya. Maaf " Ucap Tamara gagap.
"Nis Aku tidak suka berbasa basi, aku tau kita teman lama, aku juga tau kau orang yang baik " Ucap Tamara.
Annisa hanya diam dang mendengarkan ucapan demi ucapan yang di sampaikan oleh Tamara.
"Tujuan ku kesini adalah untuk meminta kembali Zyan dari mu, aku memintanya dengan baik Nis " Ucap Tamara dengan suara lantang.
"Aku dan Zyan saling mencintai " Ucap Tamara lagi.
Deg.
Annisa merasa sangat terkejut dengan ucapan teman lamanya, bagaimana bisa dia datang dan tiba-tiba meminta calon suaminya untuk kembali pada mantan kekasihnya.
Bagai tersambar petir di siang bolong, namun itulah kenyataan, Annisa hampir saja tidak percaya jika itu adalah ucapan dari teman lamanya.
Ingin Annisa menolak ucapan teman lamanya, namun hati berkata lain, seolah memang ini telah di takdirkan, dan Annisa berada dalam kisah cinta yang rumit Seperti ini.
Siapa yang tidak tahu mengenai hubungan Tamara dan Zyan, selain Tamara merupakan model terkenal, orang tua Zyan juga merupakan pejabat pemerintahan yang tentu saja banyak orang mengenalnya.
Begitu juga dengan Annisa yang meski berada di luar negeri namun dia juga tahu bagaimana hubungan antara calon suaminya dan sang mantan kekasih, Annisa tahu jika keduanya telah berpisah. Namun nyatanya saat ini Tamara datang dan dengan tegas meminta calon suaminya untuk kembali padanya.
"Tam , Ini tidak benar " Ucap Annisa lirih, dengan mata mulai berkaca-kaca
"Apa nya yang tidak benar, Zyan milikku, dan akan selalu seperti itu " Ucap Tamara dengan meninggikan suaranya satu oktaf.
Annisa menggelengkan kepala, menolak ucapan Tamara, satu kenyataan yang datang begitu saja padanya, begitu mengoyak hati dan pikirannya saat ini.
"Kami saling mencintai, dan akan seperti itu, Please Nis tinggalkan Zyan" Ucap Tamara dengan suara melemah.
"Aku mohon ! , Ada sesuatu yang tidak bisa aku jelaskan, namun aku harap kau mempertimbangkan ucapanku" Pinta Tamara dengan suara serius.
"Tidak bisa kau ceritakan ?" Ucap Annisa mengulangi kalimat Tamara.
"Tam kau datang dan mengacau, mengatakan sesuatu yang tidak ingin aku dengar, sementara kau pun memiliki alasan yang tidak bisa kau jelaskan, lalu bagaimana aku bisa mempercayaimu ?" Tanya Annisa lirih namun dengan suara menekan.
Hening
Annisa hanya menatap tidak percaya pada sosok wanita yang tengah duduk di hadapannya. Sementara Tamara hanya duduk dengan pikiran yang juga sudah kalut.
Tamara merupakan Seseorang yang dulu pernah satu angkatan dengan Annisa, dan sama-sama menjadi adik kelas dari Zyan.
Annisa masih bergelut dengan otak dan pikirannya yang entah apa saat ini.
"Tidak tapi kenapa ?, Kenapa baru saat kau datang dan, dan mengacaukan semuanya" tanya Annisa dengan menyeka Air mata yang mulai membanjiri pipi nya.
"Karena aku juga baru mengetahuinya Annisa !" Ucap Tamara dengan suara memekik.
Annisa terdiam dengan ribuan tanya yang begitu memenuhi otaknya.
Tidak mungkin bagi Annisa untuk mencari informasi berkaitan dengan kebenaran ucapan Tamara, sementara esok sudah merupakan hari pernikahannya dengan Zyan.
Annisa tidak ingin mengabaikan begitu saja, siapa yang akan tahu jika Tamara jujur ataukah berbohong. Dan hal ini perlu Annisa buktikan.
Namun mengingat kembali jika esok merupakan hari pernikahannya dengan Zyan, lalu bagaimana dirinya bisa menyelidiki semuanya.
Annisa bagaikan telur di ujung tanduk, bimbang, ya itulah yang saat ini tengah Annisa rasakan.
Kini sudut mata indahnya telah menghangat, menciptakan embun-embun di sana yang siap untuk terjun bebas
"Brak !"
Suara gebrakan pintu yang terdengar begitu kerasa. Hingga nyaring terdengar di telinga Annisa maupun Tamara yang tengah serius dalam perbincangan nya.
Annisa dan Tamara begitu terkejut dan seketika Mendongakkan kepala.
Terlihat beberapa orang datang mengenakan kemeja serba hitam, yang seketika itu masuk.
Tidak ada tingkah urakan atau pemaksaan, tidak ada juga keributan, mereka datang dengan baik-baik, hingga para santri dan bapak-bapak yang berada di luar rumah mengizinkan mereka masuk.
Selain itu juga karena kebanyakan orang yang ada di sana tengah berada di masjid bersama para santri untuk mengadakan kajian dan doa bersama untuk kelancaran acara Annisa dan Zyan esok hari.
"Maaf Nona, kami diperintahkan untuk membawa anda" ucap seorang berpakaian hitam dan bertubuh gempal berdiri tepat di samping Tamara duduk.
Tamara masih duduk bengong dengan perasaan tidak percaya. Terlebih Tamara juga tidak mengenal satupun dari mereka.
Tidak hanya Tamara yang merasa terkejut, Annisa pun juga tidak kalah terkejut dengan kedatangan orang-orang tersebut ke rumahnya.
"Nona jangan menolak, jika tidak ingin kami memaksa " Ucap nya lagi dengan tegas dan tatapan mengarah pada Tamara.
"Tidak. Untuk apa aku ikut dengan kalian, Aku saja tidak tahu siapa kalian" ucap Tamara tidak kalah tegas.
Di sini Annisa hanya diam menatap orang-orang di hadapannya yang datang begitu saja dan seolah terasa mengacaukan semuanya.
"Ada apa ini ?" Ucap Annisa setelahnya, tidak tahan melihat wanita di perlakukan secara tidak baik, Annisa pun angkat bicara.
"Bukan urusan anda Nona, kami hanya diperintahkan untuk membawa nona Tamara" ucap orang tersebut.
"Jelas ini urusan saya, anda mengacau di rumah saya " Ucap Annisa tegas. Meski hatinya masih terasa begitu sakit, namun Annisa tetap tidak bisa mendiamkan Tamara yang terpojok oleh aksi orang-orang berbaju hitam ini.
"Mari nona Tamara , kami hanya diminta untuk membawa anda. Kami tidak akan menyakiti anda " Ucap orang tersebut.
Namun bagaimana Tamara bisa mempercayai ucapan mereka sementara mereka tiba-tiba datang dan memaksanya untuk ikut.
Terlihat sudut mata Tamara yang seolah takut, dan memelas memohon pertolongan dari Annisa. Annisa pun menyadari hal itu.
***