NovelToon NovelToon
Between Our Heart

Between Our Heart

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ayu Anfi

Ashana Keyra Zerrin dan Kafka Acacio Narendra adalah teman masa kecil, namun Ashana tiba-tiba tidak menepati janjinya untuk datang ke ulang tahun Kafka. Sejak saat itu Kafka memutuskan untuk melupakan Asha.

Kemana sebenarnya Asha? Bagaimana jika mereka bertemu kembali?

Asha, bukankah sudah kukatakan jangan kesini lagi. Kamu selalu bertindak sesuka hati tanpa memikirkan orang lain. Aku butuh privasi, tidak selamanya apa yang kamu mau harus dituruti.” Ucapakan Kafka membuat Asha bingung, pasalnya tujuannya kali ini ke Stanford benar-benar bukan sengaja menemui Kafka.

“Tapi kak, Asha ke sini bukan sengaja mau menemui kak Kafka. Asha ada urusan penting mau ke …” belum selesai Asha bicara namun Kafka sudah lebih dulu memotong.

“Asha, aku butuh waktu untuk menerima semua ini. Walaupun untuk saat ini sebenarnya tidak ada kamu dalam rencanaku, semua terjadi begitu cepat tanpa aku bisa berkata tidak.” Asha semakin tidak mengerti dengan yang diucapkan Kafka.

“Maksud kak Kafka apa? Sha tidak

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 29. Aku bukan lagi Ashana

Asha saat ini masih menjalani operasi akibat luka benturan di kepalanya, Alvaro juga mengatakan pada dokter bahwa Asha pernah mengalami cidera trauma pada salah satu kakinya akibat kecelakaan saat masih kecil. Asha di pindahkan ke ruang ICU setelah 20 jam menjalani operasi, dia masih harus mendapatkan pantauan dari masa kritisnya. Dua jam kemudian Maira dan Ze sudah sampai di rumah sakit, mereka masih belum di ijinkan melihat Asha karena masih dalam pantauan selama 24 jam.

“Tante, kami teman Asha selama di sini,” Amoora dan Argan mendekat pada Maira dan menyerahkan tas Asha padanya.

“Trimakasih sudah ada untuk Asha,” Maira memeluk Amoora yang sudah menangis. Bagaimanapun selama beberapa tahun ini mereka bertiga berjuang bersama. Amoora dan Argan kemudian pamit pulang dulu untuk menyelesaikan tahap registrasi intership mereka bertiga, mereka akan kembali besok.

Dua minggu berlalu Asha sudah melewati masa kritisnya, namun dia masih belum sadar dari komanya. Dari hasil pemeriksaan seharusnya dia sudah sadar dari minggu lalu, namun entah apa yang membuatnya sampai hari ini masih belum bangun dari koma. Maira saat ini di temani Amoora dan Argan yang datang bergantian, Ze dan Alvaro sudah pulang tiga hari yang lalu untuk mengurus keberangkatan Rion dan Cia ke Cambridge.

“Tante makan dulu. Oora bawakan makan,” Amoora memindahkan makanan yang dia bawa ke dalam piring.

“Terimakasih Oora,” Maira berpindah ke sofa untuk mengisi energi, dia tidak boleh tumbang selama menunggui putrinya. Oora duduk di samping ranjang Asha, Argan juga sudah sampai di sana.

“Tante sebaiknya pulang dulu keapartnya Asha. Istirahat dulu sejenak,” Argan baru saja datang, melihat wanita paruh baya itu membuatnya merasa iba. Belum lama kehilangan suaminya dan sekarang dia harus melihat putri sulungnya terbaring tak sadarkan diri.

“Iya tan, biar kami yang jaga Asha. Argan anterin tante Maira pulang,” Amoora tidak mungkin membiarkan Maira pulang sendirian, terlebih Maira sudah terlihat lelah. Maira sejenak berpikir sebelum akhirnya mengikuti permintaan mereka.

“Tante titip Asha sebentar ya, Amoora? Nanti malam mungkin adik-adiknya akan sampai,” Maira berpamitan pada Amoora dan tidak menolak permintaan Argan untuk mengantarnya.

Cia dan Rion sudah sampai di Cambridge, bi Ana dan pak Maman juga ikut menemani. Mereka sudah mandi hendak istirahat sejenak, namun Maira meminta semuanya bergegas berangkat ke rumah sakit. Argan baru saja mengabarkan kalau Asha baru saja sadarkan diri dan mencari bundanya.

Argan terlihat mondar mandir di luar ruang rawat Asha saat Maira dan yang lain tiba. Maira yang melihat merasa khawatir dengan kondisi Asha. Argan segera menghampiri Maira saat melihat wanita paruh baya itu berjalan kearahnya.

“Sebaiknya tante dulu yang masuk, yang lain biar di luar dulu tan,” Argan sedikit menjelaskan kondisi Asha ketika baru sadar tadi. Saat itu sedang terjadi hujan dan petir, tiba-tiba tubuh Asha gemetar ketakutan mendengar petir dan melihat hujan yang turun dari balik kaca jendela ruang rawatnya.

Maira yang mendengar penjelasan Argan bergegas masuk, sementara yang lain berada di luar menanti dengan cemas. Argan yang tak tega melihat raut kecemasan dari Cia dan Rion akhirnya membuka sedikit pintu ruang rawat Asha, agar mereka bisa sedikit melihat kakaknya. Betapa hancurnya hati Cia saat itu, betapa marah dan sakit hati Rion melihat dan mendengar kakaknya.

“Bunda,” bulir bening kembali lolos dari mata indah Asha saat melihat Maira berjalan kearahnya.

“Alhamdulillah, sayang. Akhirnya kamu bangun,” Maira memeluk putrinya, di kecupnya kening juga pipi putri sulungnya dengan wajahnya yang masih ada luka memar.

“Key kira tidak akan pernah lihat bunda dan adik-adik lagi,” dia mengeratkan pelukannya pada Maira.

“Key?” Maira dan Amoora saling bertukar pandang, Rion dan Cia juga yang lain masih menguping pembicaraan dari balik pintu yang sedikit Argan buka tadi.

“Karena Ashana sudah tidak ada lagi. Dia terkubur membawa kenangan pahitnya tentang Kafka bersama mobilnya saat itu, aku adalah Keyra Zerrin. Sakit sekali bun di sini,” dengan tangannya dia menyentuh dadanya. Petir kembali menggelegar membuat tubuhnya kembali bergetar hebat, kepala semakin terasa sakit dan dia mulai histeris sambil meracau tidak ingin bertemu Kafka lagi.

Sakit, itulah yang Maira rasakan saat ini. Entah apa yang sudah terjadi antara putrinya dengan Kafka, apakah Keputusan untuk menikahkan mereka saat itu adalah kesalahan. Hati dan pikiran Maira benar-benar terluka melihat putrinya saat ini. Key sudah lebih tenang dan saat ini tertidur setelah dokter memberikan obat penenang. Dokter menjelaskan pada Maira kemungkinan putrinya mengalami trauma setiap menghadapi hujan dan petir pasca kecelakaan.

Sementara di Standford Kafka sudah menyelesaikan ujian step 3 nya dan berhasil mendapatkan lisensinya. Revan mengingatkan Kafka pertengakarannya dengan Asha tiga minggu yang lalu.

“Kaf sudah hubungi Asha?” Kafka menggeleng.

“Aku sedang berusaha menghubunginya. Tapi tidak aktif,” Kafka menunjukkan ponselnya sedang melakukan panggilan, pesan chat yang di kirimnya juga hanya cek list satu.

“Kenapa tidak tanya mamamu saja?” Kafka sama sekali tidak terpikirkan hal itu, memang sepertinya akan lebih mudah jika mamanya yang membantu.

“Terimakasih Van,” mereka sudah selesai operasi sore itu dan pulang keapart masing-masing. Kafka memutuskan untuk menghubungi Tiara karena sampai saat ini tak dapat menghubungi Asha.

“Ma, bisa minta tolong? Aku tidak bisa menghubungi Asha, bisa mama tanyakan ke bunda?” Tiara yakin pasti ada sesuatu yang di sembunyikan putra sulungnya itu.

“Kafka kamu tidak bertengkar dengan Asha kan? Nak, ingat sekarang dia istrimu” Tiara mengingatkan Kafka bahwa Asha sekarang sudah menjadi tanggung jawabnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!