Hidup Kirana Tanaya berubah dalam semalam. Ayah angkatnya, Rangga, seorang politikus flamboyan, ditangkap KPK atas tuduhan penggelapan dana miliaran rupiah. Keluarga Tanaya yang dulu disegani kini jatuh ke jurang kehancuran. Bersama ibunya, Arini—seorang mantan sosialita dengan masa lalu kelam—Kirana harus menghadapi kerasnya hidup di pinggiran kota.
Namun, keterpurukan ekonomi keluarga membuka jalan bagi rencana gelap Arini. Demi mempertahankan sisa-sisa kemewahan, Arini tega menjadikan Kirana sebagai alat tukar untuk mendapatkan keuntungan dari pria-pria kaya. Kirana yang naif percaya ini adalah upaya ibunya untuk memperbaiki keadaan, hingga ia bertemu Adrian, pewaris muda yang menawarkan cinta tulus di tengah ambisi dan kebusukan dunia sekitarnya.
Sayangnya, masa lalu keluarga Kirana menyimpan rahasia yang lebih kelam dari dugaan. Ketika cinta, ambisi, dan dendam saling berbenturan, Kirana harus memutuskan: melarikan diri dari bayang-bayang keluarganya atau melawan demi membuktika
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meyakinkan
Malam itu, setelah mereka pulang dari pesta, suasana rumah terasa hening. Kirana langsung melepas sepatu hak tinggi dan duduk di sofa, menghela napas panjang. Arini tampak gelisah, tetapi berusaha menyembunyikan kegugupannya. Ia tahu ini momen yang tepat untuk membicarakan rencananya dengan Kirana.
“Kirana, ada sesuatu yang ingin mama bicarakan,” ujar Arini, duduk di sebelah putrinya.
Kirana menatap ibunya dengan lelah. “Apa lagi, Mah? Kalau soal pesta tadi, aku rasa sudah cukup untuk hari ini.”
“Ini bukan soal pesta, sayang,” kata Arini, suaranya mencoba terdengar meyakinkan. “Mama dapat kabar baik. Mama bertemu seseorang yang bisa membantu kita.”
Kirana mengangkat alis. “Membantu apa?”
Arini mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab. “Namanya Haryo. Dia seorang pengusaha kaya raya. Dia punya koneksi besar, dan dia bilang bisa membantumu mendapatkan pekerjaan atau bahkan beasiswa untuk kuliah di luar negeri.”
Kirana terlihat ragu. “Beasiswa? Memangnya dia siapa sampai bisa begitu?”
“Haryo ini orang yang sangat berpengaruh,” kata Arini, suaranya penuh antusias. “Dia punya relasi di mana-mana. Banyak anak muda berbakat yang dia bantu sampai sukses. Ini kesempatan besar yang tidak boleh kamu lewatkan, Kirana.”
Kirana memiringkan kepala, tidak sepenuhnya percaya. “Lalu, apa yang dia minta sebagai imbalan? Tidak mungkin dia membantu tanpa alasan, Mah.”
Arini tersenyum kecil, mencoba menenangkan putrinya. “Tentu saja tidak ada yang gratis, sayang. Tapi dia tidak minta apa-apa yang aneh. Dia hanya ingin bertemu denganmu besok, berbicara langsung, mengenalmu lebih dekat. Dia bilang dia ingin memastikan bahwa kamu memang pantas mendapatkan bantuan darinya.”
“Besok?” Kirana menatap Arini dengan curiga. “Kenapa tiba-tiba sekali? Dan kenapa dia tidak bicara langsung dan datang kesini kalau memang niatnya baik?”
“Sayang, ini dunia orang-orang kaya. Mereka selalu punya cara sendiri untuk melihat potensi seseorang,” jawab Arini, suaranya mulai terdengar memaksa. “Haryo hanya ingin memastikan kamu nyaman. Dia pria yang sangat profesional.”
Kirana terdiam sejenak, lalu bertanya, “Di mana aku harus menemuinya?”
Arini menghela napas lega, merasa setengah langkah lebih dekat dengan tujuannya. “Di hotel bintang lima. Dia akan menunggumu di restoran di lantai atas. Dia ingin berbicara sambil makan malam. Mama akan memastikan kamu terlihat cantik dan percaya diri. Ingat, ini bukan hanya tentang kamu, tapi juga tentang kita. Dia bisa menjadi penyelamat kita.”
“Hotel?” Kirana terlihat semakin tidak nyaman. “Kenapa bukan di kantor atau tempat yang lebih formal?”
“Sayang, ini hanya makan malam,” kata Arini, mencoba mengendalikan nada suaranya. “Mama tahu ini terdengar aneh, tapi kamu harus percaya pada Mama. Mama tidak akan menempatkanmu dalam situasi yang membahayakan.”
Kirana memandang ibunya dengan tatapan penuh keraguan. “Tapi, Mah… aku tidak yakin. Rasanya semua ini terlalu cepat dan mencurigakan.”
Arini meraih tangan Kirana, memandangnya dengan tatapan penuh harap. “Mama hanya ingin yang terbaik untukmu, Nak. Tolong percayalah pada Mama kali ini. Haryo bisa membuka pintu-pintu yang selama ini tertutup untuk kita. Dia bisa mengubah hidup kita.”
Kirana menghela napas panjang, pikirannya berkecamuk. “Baiklah, Mah. Tapi kalau aku merasa ada sesuatu yang salah, aku akan pergi dari sana.”
“Tentu, sayang. Mama hanya ingin kamu mencoba. Percayalah, ini untuk masa depanmu,” kata Arini sambil tersenyum, meskipun dalam hatinya ada rasa bersalah yang ia coba abaikan.
Kirana bangkit dari sofa dan menuju kamarnya, meninggalkan Arini yang merasa lega tetapi juga semakin tertekan. Besok adalah awal dari rencana besar ini, pikir Arini, mencoba meyakinkan dirinya bahwa ia melakukan hal yang benar demi masa depan mereka.
...****************...
Arini duduk di ruang tamu yang sepi, mengangkat teleponnya dan mengetikkan nomor Mirna. Tangannya sedikit gemetar, tetapi ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa ini adalah langkah yang tepat. Ketika sambungan tersambung, suara riuh bar terdengar di latar belakang.
“Halo, Mirna?” suara Arini terdengar pelan, tetapi jelas.
“Arini! Ada apa? Kamu sudah siap?” tanya Mirna dengan nada bersemangat di tengah kebisingan di bar tempat ia berada.
Arini menarik napas panjang. “Iya, aku sudah bicara dengan Kirana. Dia akan datang besok untuk menemui Haryo.”
Mirna tertawa kecil. “Bagus, Rin! Itu langkah yang tepat. Haryo pasti sangat senang. Anakmu cantik, dan ini pertama kalinya dia berurusan dengan gadis perawan. Harganya sudah pasti sesuai.”
Arini terdiam sejenak, lalu berkata dengan nada cemas, “Mir, aku hanya ingin memastikan satu hal. Tolong pastikan Haryo memperlakukan Kirana dengan lembut. Dia… dia belum pernah melakukan ini sebelumnya, dan aku tidak ingin dia trauma.”
Mirna mendengus, meskipun ada sedikit simpati dalam suaranya. “Tenang saja, Rin. Haryo mungkin pria yang kasar dalam dunia bisnis, tapi dia tahu cara memperlakukan gadis muda. Dia menyukai kesan polos dan lembut. Aku pastikan semuanya berjalan lancar. Jangan khawatir.”
Arini masih merasa gelisah. “Aku hanya tidak ingin dia merasa sakit… atau ketakutan.”
Mirna tersenyum kecil, meskipun Arini tidak bisa melihatnya. “Aku sudah sering menangani kasus seperti ini, Rin. Kamu harus percaya padaku. Lagipula, gadis perawan seperti Kirana itu istimewa, dan Haryo tahu betul bagaimana menghargainya.”
Arini menutup matanya, mencoba menenangkan pikirannya. “Baiklah. Tapi aku ingin memastikan dia tampil sempurna untuk Haryo. Kamu tahu, aku hanya ingin semuanya selesai dengan baik.”
Mirna terdengar puas. “Itu memang keharusan. Pastikan dia memakai baju yang sexy tapi tetap elegan. Haryo sangat menyukai gadis yang punya bentuk tubuh menarik. Jangan lupa dandaninya dengan makeup tipis, ya. Dia suka kesan polos, jadi jangan terlalu menor.”
Arini mengangguk meskipun Mirna tidak bisa melihatnya. “Aku akan memastikan semuanya. Kirana akan tampil cantik dan sesuai keinginan Haryo.”
Mirna tertawa kecil. “Bagus. Jangan lupa, Rin, ini kesempatan besar untuk kalian. Kalau semua berjalan lancar, bukan hanya Haryo yang akan memberi kalian uang, tapi juga kesempatan untuk mendapatkan lebih banyak koneksi.”
Arini tidak menjawab, hanya menggumamkan persetujuan. Ia merasa sesak di dada, tetapi angka 5 miliar yang terus terngiang di kepalanya membuatnya mencoba melupakan rasa bersalah.
“Besok aku akan hubungi kamu lagi untuk memastikan semuanya berjalan sesuai rencana,” ujar Mirna.
“Baik,” jawab Arini singkat sebelum menutup telepon.
Setelah sambungan terputus, Arini menatap ke arah kamar Kirana yang pintunya tertutup rapat. Ia tahu, langkah ini akan mengubah segalanya. Semua demi masa depan kami, pikirnya, mencoba meyakinkan dirinya sendiri.