"Pergilah sejauh mungkin dan lupakan bahwa kau pernah melahirkan anak untuk suamiku!"
Arumi tidak pernah menyangka bahwa saudara kembarnya sendiri tega menjebaknya. Dia dipaksa menggantikan Yuna di malam pertama pernikahan dan menjalani perannya selama satu tahun demi memberi pewaris untuk keluarga Alvaro.
Malang, setelah melahirkan seorang pewaris, dia malah diusir dan diasingkan begitu saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maafkan aku sudah membohongimu satu tahun ini!
Yuna memijat pelipisnya sendiri. Sambil meringis, ia memasang wajah seolah sedang kesakitan.
"Kepalaku sedang terasa berat, Elina. Aku tidak bisa menggendong Aika sekarang. Kau urus dia sendiri dulu, ya."
Ucapan Yuna membuat Elina kembali terheran. Sebab selama ini tak pernah satu kali pun majikannya itu mengabaikan putrinya. Yuna yang biasanya akan cepat menuju kamar Aika begitu mendengar suara tangisan, bahkan di larut malam sekalipun.
"Baik, Nyonya. Istirahatlah dulu. Saya akan mencoba menidurkan Nona Kecil."
Yuna menyembunyikan seringai. Ia segera menuju kamar yang berada tak jauh dari kamar Aika, karena merasa tak tahan mendengar suara tangisan bayi.
"Huh, siapa juga yang mau merawat bayi? Bukankah dia punya pengasuh? Lalu untuk apa pengasuh itu digaji mahal kalau aku masih harus turun tangan?"
Begitu membuka pintu, pandangan Yuna meneliti seisi kamar. Sebuah figura besar yang menampilkan potret bahagia Rafli, Arumi dan bayi mereka menjadi sambutan pertama baginya.
Yuna menyeringai sambil menatap figura yang melekat di dinding.
"Saudara kembarku yang malang. Maafkan aku sudah membohongimu. Terima kasih karena sudah menyelamatkan posisiku sebagai istri Rafli Dylan Alvaro. Semoga kau bahagia di tempat yang baru."
*
*
*
Arumi melangkah dengan tergesa-gesa melewati ruang tunggu bandara. Pandangannya menyapu ke sekitar. Ia sedang terburu-buru mencari toilet. Sejak 10 menit lalu ia merasakan bagian dadanya nyeri dan penuh, karena sudah hampir 4 jam tidak menyusui Aika.
Begitu menemukan toilet, wanita itu bergegas masuk dan mengeluarkan breast pump yang tadi dibelinya dari sebuah swalayan. Ia lantas membuka jaket dan melihat kemeja bagian depannya basah akibat lelehan ASI yang meluap.
Cairan bening menggenang di bola mata Arumi. Hatinya terasa perih. Ini adalah pertama kali ia terpisah selama berjam-jam dengan putri kecilnya. Beruntung sebelum keluar dari rumah tadi, Arumi sudah menyiapkan ASI yang cukup untuk Aika hingga esok hari. Sehingga baby sitter hanya perlu menghangatkan sebelum diberikan kepada Aika.
"Aika anakku, mommy sangat merindukanmu."
Beberapa menit dihabiskan Arumi di dalam toilet. Menangisi perpisahannya dengan Rafli dan Aika. Setelah mampu meredam tangis dan berganti pakaian, ia segera keluar. Sebab jam keberangkatannya sudah hampir tiba.
Bruk!
Tanpa sengaja, Arumi yang berjalan tergesa-gesa menabrak punggung seorang pria, hingga tas miliknya terjatuh dan isinya terburai keluar. Wanita itu bergegas menunduk, memunguti barang-barang dan memasukkan ke dalam tas.
"Maaf, aku tidak sengaja menabrakmu. Kau tidak apa-apa?"
Arumi tersentak. Tanpa melihat wajah sang pemilik suara yang baru saja menyapa, ia telah mampu mengenali lewat suaranya yang familiar.
"Rafli? Kenapa dia ada di sini?" gumamnya dalam hati. Arumi semakin menunduk untuk menyamarkan wajahnya.
"Ehm ... ti-tidak apa-apa," balas Arumi, lalu buru-buru bangkit. Berjalan dengan tergesa-gesa tanpa menoleh kepada pria tersebut.
Benar dugaan Arumi, sosok lelaki yang tanpa sengaja ditabraknya memang Rafli. Sekarang Rafli hanya mematung menatap punggung wanita yang sepintas dari belakang sangat mirip dengan istrinya.
"Kenapa aku merasa seperti melihat Yuna?" gumam laki-laki itu, lalu melirik ke lantai. Tubuhnya membungkuk demi meraih sebuah botol kecil berisi susu, yang kemudian ia yakini adalah ASIP, setelah melihat bentuk botolnya sama persis seperti yang biasa digunakan istrinya di rumah.
"Nona, ini ketinggalan!" panggilnya dengan mengangkat botol di tangannya. Tetapi, wanita itu seolah tak mendengar dan malah mempercepat langkah. Hingga sosok mirip Yuna menghilang di antara lautan manusia.
"Hey Keong, kenapa kau melamun di sini?" Pertanyaan itu membuyarkan lamunan Rafli. Ia melirik sosok lelaki yang baru saja menyapa.
"Evan? Kau sudah datang?" tanyanya, lalu kembali mengalihkan perhatian demi mencari wanita tadi.
Evan adalah sahabat dekat Rafli sejak kecil. Ia juga juga berprofesi sebagai seorang dokter. Karena dekatnya, mereka akhirnya mendirikan Keong Kembar Group bersama.
"Apa yang kau lihat?" tanya lelaki itu.
"Tidak ada. Aku merasa seperti melihat Yuna tadi. Tapi sepertinya aku hanya salah lihat."
"Memangnya Yuna ke mana?"
"Beberapa jam lalu dia meminta izin keluar untuk membeli sesuatu, tapi mungkin sudah pulang ke rumah. Dia 'kan tidak pernah lama meninggalkan Aika."
Evan mengangguk paham. "Oh ya, aku penasaran sekali mau melihat putrimu. Dia pasti sangat cantik."
"Tentu saja. Dia cantik seperti mommynya."
Keduanya lantas berjalan menuju parkiran. Entah mengapa Rafli kembali menoleh ke arah jalan yang dituju wanita tadi. Separuh hatinya merasa ada yang memanggil dari sudut sana.
Benar saja, di sana sedang ada Arumi yang bersembunyi di balik sebuah pilar. Ia hanya dapat menatap Rafli yang sudah beranjak pergi bersama Evan. Wanita itu tak dapat membendung perih di hati. Mungkin ini akan jadi pertemuan terakhirnya dengan laki-laki yang selama satu tahun ini mengisi hari-harinya.
"Maafkan aku, Rafli. Aku sudah membohongimu selama setahun ini. Semoga kau dan Aika selalu berada dalam lindungan Tuhan. Aku berharap suatu hari kita akan bertemu lagi dalam keadaan yang lebih baik. Maaf, aku harus pergi."
*
*
*
Kegelapan mulai menyelimuti Bumi saat Rafli tiba di rumah. Ia baru pulang setelah menghadiri pembukaan cabang baru kafe miliknya bersama Evan.
Kedatangannya pun langsung disambut oleh Yuna. Wanita itu terpaku memandangi Rafli dari ujung kaki ke ujung kepala. Pertama kali bertemu setelah satu tahun berpisah, Rafli tak banyak berubah dari segi fisik. Malah semakin memesona dan tampan.
"Sayang, kau sudah pulang?" sapa Yuna, langsung menyambut Rafli dengan pelukan.
Rafli terdiam di tempat. Tak pula membalas pelukan Yuna. Entah mengapa ia merasa tubuh yang memeluknya sekarang sangat asing.
"Yuna, kenapa aroma parfummu berbeda?"
...****...
Catatan :
Breast Pump : Alat Pompa Asi