Sejak paham akan jati dirinya, Ringgo berontak dan menjadi 'liar' hingga 'Papa' terpaksa 'mengkarantina' dirinya hingga menjadi seorang perwira. Hatinya pernah patah karena kekasihnya mencintai Rudha, 'kakaknya sendiri'.
Kericuhan masih belum usai saat tanpa sengaja dua gadis hadir dalam hidup Letnan Ringgo dan Letnan Arre tanpa ada hati pada dua gadis malang tersebut. Kelakuan bengal mereka nyaris membuat dua wanita nyaris bunuh diri hingga mereka harus menanggung sesuatu atas keadaan.
Ujian Tuhan belum terhenti hingga petaka datang dan mengubah jalan hidup mereka melalui hadirnya Letnan Ribas.
Akankah hati mereka bersatu atau malah akan menjadi masalah pada akhirnya dan di saat yang sama, seorang wanita itu menggoyahkan perasaan para pria??
SKIP yang tidak tahan dengan KONFLIK. PENUH KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Produk tali satu.
"Kalau begini sama aja kita bikin camp militer. Kenapa tidak pakai tenda saja?" Gerutu Bang Arre karena akhirnya harus membabat habis area belakang pekarangan Bang Ribas karena adiknya itu membuatkan gubug kecil untuk Niken dan Dara.
"Mereka ingin menyatu dengan alam. Nggak apa-apa sekali-kali mereka merasakan menjadi tentara. Kalau bosan mereka akan merengek pulang." Jawab Bang Ribas dengan niatnya.
Sengaja Bang Ribas 'menghukum' Niken dan Dara agar keduanya merasa kapok dan tidak ingin lagi bermain di luar.
"Benar juga. Dara dan Niken lumayan penakut. Mereka tidak akan betah main di luar lama." Bang Arre pun ikut antusias.
:
Bang Ribas memasak rica ayam dan tumis daun pakis di saat Niken dan Dara sibuk membuat laporan kegiatan kepengurusan cabang. Dirinya sungguh tidak membiarkan kedua gadis menyentuh lagi benda yang menurutnya berbahaya.
Begitu pula dengan Bang Arre yang sibuk mempersiapkan tempat santai para bumil. Kejadian tadi sempat membuatnya 'tremor'.
Sempat terdengar percakapan para istri. Terdengar sangat dewasa untuk pembahasan masalah keuangan.
"Dara, saat ini kita berada dalam urusan keuangan kepengurusan istri anggota Batalyon. Perputaran uang disini lancar tapi cukup lambat. Banyak ibu-ibu berpotensi dalam hal memasak dan membuat beberapa bentuk kerajinan tangan tapi tidak terlihat oleh Batalyon." Kata Niken bersemangat menjelaskan.
"Begitu rupanya.. sayang sekali ya, Ken." Dara terdiam sejenak. "Bagaimana kalau kita yang memulai lebih dulu. Mungkin ibu-ibu yang lain jadi bisa punya semangat untuk jualan. Nantinya mereka yang punya sosial media akan bisa mencontoh kita." Ide Dara membangun semangat.
Bang Ribas dan Bang Arre tersenyum bangga pada istri mereka. Tak menyangka di balik kerandoman tingkah serta pikiran Niken dan Dara, mereka punya jiwa pemecahan permasalahan yang baik.
"Kita jual apa nih??" Imbuh Dara lagi.
"Kita pernah berjaya jual barang itu, jadi kita jual itu saja." Jawab Niken bersemangat.
Kali ini senyum Bang Ribas dan Bang Arre sedikit memudar. Agaknya mereka mulai waspada tipe satu.
"Barang apa?? Jangan macam-macam. Ribas sudah menyelesaikan masalah kalian dan membekukan seluruh penjahat yang membuat kalian celaka." Tegur Bang Arre.
"Iihh.. kami tau, Bang. Makanya kami mau jual barang yang tidak berbahaya."
"Jual apa??" Tanya Bang Ribas.
"B*a." Jawab Niken dan Dara bersamaan.
Seketika bola mata Bang Ribas membulat besar. Bang Arre sungguh kaget tapi tidak dengan Bang Ribas, pria itu dua kali lipat lebih dari syok berat.
"Nggak ada..!!! Kau tidak ingat kejadian waktu itu, dek??? Kau yang rebutan B* sama Momon, saya yang malunya sampai Afrika bagian kulon. Jual yang wajar saja. Masa istri perwira jual begituan." Tolak Bang Ribas mentah-mentah.
Hanya Bang Arre saja yang masih ternganga bingung sendiri dengan permintaan Niken dan Dara.
"Ini wajar, Mas. Tidak ada wanita dewasa yang pengen jadi wewe gombel. Semua perempuan wanita juga pakai." Kata Niken.
"Tau.. saya tau. Tapi apa yang mau kamu bilang????? Ayo ibu-ibu.. b*a nya bagus lho, import dari luar negeri, tersedia dalam berbagai warna dan ukuran, silakan nomer berapa 36B, 38C." Oceh Bang Ribas sembari mencibir Niken.
Dara sudah melipir duduk di belakang punggung Bang Arre. Mereka hanya melihat perdebatan pasangan suami istri di hadapannya tersebut.
"Barang yang tidak terlihat tidak perlu di obral. Mau seberapa indahnya b*a tetap tidak untuk di pertontonkan di muka publik..!!!" Ucap Bang Ribas menolak dengan tegas.
"Untuk suami lah, Mas. Kalau Niken pakai apapun jelas untuk menyenangkan hati Mas Ribas. Begitu pula dengan ibu-ibu pasti paham fungsinya." Jawab Niken.
"Nggak, dek..!!! Saru..!!!!!"
"Kalau begitu, Mas punya ide apa buat memajukan perputaran ekonomi???" Tanya Niken.
Bang Ribas mengurut pangkal hidungnya. Entah kenapa masalah ibu-ibu jadi beralih pada pikirannya. Pekerjaannya sudah menumpuk di batang otak tapi kini masih harus memikirkan masalah yang tidak rumit tapi akhirnya menjadi rumit.
"Kita mau ada acara pameran dan jalan sehat Batalyon. Kamu masuk di bazar, ijin dulu sama Ibu Danyon. Tapi ingat dek..!! Kalau di ijinkan, di bungkus yang rapi. Jangan di gelar seperti cabai di pasar." Kata Bang Ribas.
"Benar di ijinkan, Mas????" Tanya Niken memastikan.
Bang Ribas mengangguk pelan. Niken pun langsung memeluk Bang Ribas.
"Terima kasih, Mas."
"Iya." Bang Ribas mengecup puncak kepala Niken dengan sayang.
:
"Kenapa kamu ijinkan???" Protes Bang Arre.
"Belum tentu di ijinkan juga sama Bu Danyon. Pihak atas pasti mikir lah Bang. Kalau kita terang-terangan menolak lebih frontal lagi, bumil pasti akan sangat kecewa. Abang dengar sendiri, saya adu urat leher sama Niken. Yang penting kita tetap nasihati, memantau dan mengarahkan perlahan." Jawab Bang Ribas.
Bang Ribas dan Bang Arre melihat kedua bumil sangat semangat membuat konsep dagangan mereka.
Bang Arre hanya bisa membuang nafas berat sedangkan Bang Ribas menggeleng sembari kembali mengurut pangkal hidungnya.
"Bajiruuuuuttttt..!! Ngeres siang bolong kan, jadinya." Bang Ribas tersenyum geli sendiri melihat keributan hari ini.
"Abaang.. mau lihat produk kami atau tidak??" Tanya Dara pada Bang Arre.
"Coba seperti apa??" Kata Bang Arre akhirnya mau tidak mau harus menanggapi semangat Dara.
Dara memutar layar laptop nya agar Bang Arre bisa melihatnya.
"Bagus atau tidak, Mas??"
Bang Arre dan Bang Ribas saling pandang sejenak. Tiba-tiba wajah Bang Arre memerah.
"Hmm.. gimana ya, apa ada sample nya?? 'Produk tali satu' nya harus kamu pakai dulu, Neng." Jawab Bang Ribas mengambang.
"Ada, kami punya." Sambar Dara dan Niken mengangguk mantap membenarkan dengan wajah polosnya.
Bang Ribas menarik senyum yang sulit untuk di artikan.
.
.
.
.
petinggi ma anak buah jg tenang
😂😂