Disarankan baca "Dear, my first love" dulu ya🙃
"Kalo jalan yang bener, pake mata dedek."
Tangan Shawn setia berada di pinggang Zuya agar gadis itu tidak terjatuh dari tangga. Dan lagi-lagi gadis itu menatapnya penuh permusuhan seperti dulu.
Pertemuan secara kebetulan di tangga hari itu menjadi awal hubungan permusuhan yang manis dan lucu antara Shawn dan Zuya, juga awal dari kisah cinta mereka yang gemas namun penuh lika-liku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18 - Zuya kaget
Hening.
Suasana yang tadinya ribut di meja itu akibat ulah Zuya, mendadak hening dengan kedatangan seorang gadis mungil yang tinggi badannya mungkin hanya sekitar 150 cm, tapi wajahnya cukup imut. Menurut Zuya sih. Gadis itu dengan beraninya mengajak seorang Aska kenalan. Hanya kenalan. Zuya pikir tadi mau nembak. Kalau beneran mau nembak sih tuh cewek salah tempat.
Setelah tiga bulan ini Zuya tahu jelas betapa dinginnya seorang Aska sama yang namanya perempuan, jadi pasti bakalan langsung di tolak. Jadi kalau mau nembak tuh cowok di keramaian, ujung-ujungnya cuma bikin malu.
"A ... Aku sudah lama pengen kenalan sama kamu, ta ... Tapi jarang banget keliatan, makanya pas liat kamu hari ini aku langsung ambil keputusan bu ... buat kenalan."
"Jarang keliatan? Aku liat terus kok di kolam renang." kata Zuya refleks. Keno yang berdiri di dekatnya dengan tangan yang masih setia di kepala gadis itu cepat-cepat menghentikan Zuya bicara.
"Tuh cewek yang jarang liat, kamu kan selalu datengin Bow-bow. Jadi bisa liat si Aska terus." bisik Keno di telinga Zuya. Zuya pun diam. Benar kata Keno. Mereka melihat ke cewek yang berdiri di sebelah Aska lagi.
Zuya menatapi wajah Aska yang tak ada ekspresinya sama sekali. Ternyata bukan dia doang yang diperlakukan dingin sama tuh cowok, perempuan lain juga.
"Hmm, bisa kan kalau aku bilang aku mau lebih dekat sama kamu?" kata Nindy lagi. Aska masih tidak bicara dari tadi. Bahkan tak melirik cewek itu. Pandangannya malah lurus ke Zuya.
Saat Zuya menyadari lelaki itu sedang menatapnya, ia pun tersenyum lebar menampakkan gigi-gigi putihnya yang berbaris rapi. Sesaat kemudian Aska berdiri.
Cewek yang sedang berdiri itu mendadak keliatan mungil sekali saat Aska berdiri. Gimana nggak, tinggi badan Aska mencapai 191 cm. Beda sekitar 30 cm sama tuh cewek, jelaslah si cewek jadi keliatan pendek banget. Kesannya kalau mereka pacaran, nggak cocok banget.
Bukannya Zuya merendahkan, dia saja kalau berdiri di dekat Aska keliatan mungil banget, apalagi tuh cewek. Ketiga sahabatnya pun tinggi-tinggi semua. Tapi Aska yang paling tinggi di antara mereka semua. Bowen tinggi badannya 188 cm, Keno 184 cm, sedang Igo 183 cm. Sudah tinggi banget juga untuk ukuran tinggi cowok Indonesia.
Eh, kok malah jadi bahas tinggi badan sih? Zuya kembali fokus ke depan. Penasaran Aska mau bilang apa sama tuh cewek.
"Gue nggak ada waktu dekat sama orang asing. Sorry, gue harus pergi." kata Aska. Suaranya datar, apalagi wajahnya. Setelah itu dia pamit pergi ke Bowen dan yang lain. Pandangannya berhenti lagi ke Zuya, menatap gadis itu cukup lama, lalu lanjut pergi meninggalkan kantin.
Nindy malu sekali. Aska sangat tega ternyata membuat dia malu di depan umum begini, padahal dia sudah memberanikan diri ajak kenalan.
Zuya merasa kasihan pada cewek yang tidak dia ketahui siapa namanya itu. Ia tahu berada di posisi cewek itu pasti malu banget, karena mereka adalah sesama cewek.
"Zu, ngomong apa gitu ke dia. Kamu cewek, hibur dikit biar dia nggak sedih-sedih banget." bisik Bowen pelan di telinga Zuya.
"Em, jangan masukin ke hati ya. Aska sifatnya emang gitu. Aku aja dicuekin terus." Zuya pun angkat suara. Dia bilang sesuai fakta. Nindy menatapnya lalu memandangi ketiga cowok lain yang ada di situ. Malah cowok populer semua lagi. Ya jelas malu bangetlah dia.
"Gimana kalo kamu kenalannya sama Igo aja? Dia baik kok sama cewek, belum punya pacar juga. Kalau kamu pengen lebih deket pasti bisa, Igo orangnya baik. Kamu nggak bakal nyesel deh kamu." tawar Zuya kemudian. Jelaslah Igo kaget.
Bener-bener ya si Zuya ini. Igo kesel setengah mati. Untung saja si cewek yang entah siapa namanya itu langsung berbalik pergi. Kalau tidak, bisa panjang urusannya.
"Zuzuuu ..." Igo menyipitkan matanya menatap Zuya dalam-dalam. Kesal? Jelas dong dia kesal.
"Hehehe, maap. Kenalan doang kok. Biar cewek tadi nggak malu-malu banget. Kasian tahu." Zuya menyengir lebar.
"Tapi nggak gitu juga caranya, bocaah." Igo mencubit gemas pipi Zuya.
Mereka kembali duduk berempat seperti biasanya karena Aska sudah pergi. Setelah makan siang, mereka berpisah. Melakukan kegiataannya masing-masing.
_______________
Zuya sudah lelah seharian ini. Ia memutuskan pulang ke apartemen untuk beristirahat. Besok akan ada pertandingan kampus. Dan ia sudah mendaftar akan ikutan lomba lari. Jadi malam ini ia harus tidur cepat biar badannya fit besok dan dapat juara. Lumayan bisa liburan ke luar negeri. Apalagi kalau Aska menang juga. Hihihi.
Langkah Zuya terhenti saat hampir mencapai apartemennya. Pandangannya jatuh ke seorang wanita dewasa yang berdiri di depan apartemen milik si om jelek.
Siapanya si om?
Zuya mengernyitkan dahi. Menatapi wanita itu dari bawah ke atas. Ia kepo.
Cantik.
Tapi keliatan lebih tua dari si om jelek. Menurut Zuya wanita itu berumur sekitar tiga puluh lima atau tiga puluh enam tahun.
"Kenapa berdiri di sini, dedek?"
Bisikan kecil di telinganya membuat Zuya melompat karena kaget.
"Om jelek, aku kaget tahu!" gadis itu berseru kuat saking kesalnya dia.
Lebih kesal lagi waktu ia melihat senyuman lebar di wajah Shawn. Ingin rasanya dia menggigit pria itu lagi. Bikin dia jantungan saja. Tengil banget. Nggak sadar umur apa?
Sebenarnya Shawn ingin bersenang-senang menggoda gadis itu terus, namun saat menyadari seseorang yang dia kenal berdiri di depan apartemennya, senyumannya menghilang. Laki-laki itu berdeham, memasang wajah datar lagi seperti biasa.
"Mawar?"
Ia menyebut nama wanita yang saat ini sedang memandangi dia dan Zuya bergantian dengan raut wajah seperti keheranan. Shawn tahu Mawar pasti heran melihat dia tersenyum lepas seperti tadi pada Zuya yang masih berdiri di sebelahnya.
"Tuan muda, saya menunggu anda dari tadi. Nyonya Winata sudah menghubungi anda berkali-kali, tapi tidak masuk. Dia ingin anda pulang ke rumah pekan depan." kata Mawar langsung, karena dia tahu Shawn tidak mungkin mengijinkan dia masuk ke apartemennya.
Mawar adalah sekretaris pribadi Winata, ibu kandung Shawn. Usianya lima tahun lebih tua dari laki-laki itu. Ia sudah cukup lama bekerja sebagai sekretaris pribadi Winata, jadi sudah cukup tahu kalau Shawn bukanlah sosok yang bisa didekati dengan gampang. Sulit sekali mendekati pria itu. Oleh sebab itu ia heran melihat Shawn cukup dekat dengan gadis di depan sana yang tampak jauh lebih muda.
"Ah, aku mengganti nomorku beberapa hari lalu. Terimakasih untuk infonya. Aku akan menghubungi mama nanti." kata Shawn.
"Ada lagi yang ingin kau sampaikan?"
Zuya menertawai Shawn dalam hati. Ia merasa lucu melihat laki-laki yang hobi membuatnya kesal tersebut bersikap sangat kaku begitu di depan orang lain.