Kisah seorang wanita yang mencari kebahagiaan setelah perceraian.
Kara Gantari seorang gadis yang menikah dengan Adi Saputro karena permintaan sang kakek disertai ancaman tidak akan mendapatkan warisan. Setahun kemudian Kara diceraikan oleh Adi karena sudah mendapatkan warisannya.
Pertemuannya dengan seorang CEO yang gesrek, pecinta dangdut, melokal luar dalam, membuat Kara pusing tujuh keliling tapi Rayden adalah pria yang sangat memuja Kara. Kehidupan keduanya pun diuji dengan tragedi.
Apakah Kara dan Rayden akan menemukan kebahagiaannya?
Cerita ini murni halu milik author
Follow Ig ku di hana_reeves_nt
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bandung
Rayden dan Kara saling terdiam mendengar ucapan Sophia bahwa dirinya sekarang berada di mall bersama putranya Jonathan. Background suara dari ponsel Sophia yang menunjukkan dirinya ada di mall pun semakin meyakinkan Kara dan Rayden bahwa ada sesuatu yang hendak dilakukan Tara tapi apa mereka belum tahu.
"Ada apa ini mas?" tanya Kara yang hari ini memakai blus model Sabrina bewarna biru muda. Wajahnya dipoles make up tipis dan rambutnya dibiarkan tergerai.
"Mas juga belum tahu. Nanti aku suruh si Jake mencari tahu, kenapa ada orang yang berani usik kita berdua" ucap Rayden yang hari ini memakai kemeja warna abu-abu kebiruan.
"Mas nggak bikin masalah kan di tempat aku bekerja?" selidik Kara.
"Astaghfirullah. Kurang kerjaan banget mas usil di tempat kamu kerja! Si Jake ma Rafli saja dah bikin otak mas panas, ngapain masih cari kekepoan yang haqiqi di tempat mu?"
"Kekepoan yang haqiqi?" tanya Kara sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Mas bukan tukang kepo Kara Sayang, lagipula tahu lah pekerjaan mu apa." Rayden menggenggam tangan Kara dan menciumnya. "Udah ya, gak usah bahas orang lain. Kita bahas diri kita sendiri saja."
"Mau bahas apa?" tanya Kara yang sudah mulai santai.
"Kamu mau lagu dangdut atau campursari?" kerling Rayden.
"Ya Allah, suami aku benar-benar melokal" gelak Kara.
"Campursari yuk!" Rayden mulai mengutak-atik ponselnya.
"Mas, mobilmu itu Mercedes Benz G lho!"
"Mobil gue juga! Suka-suka gue mo nyetel apaan!" cebik Rayden manyun.
"Mas, lagu lain deh jangan campursari." Kara jengah mendengar lagu ala-ala ambyar.
Rayden pun cemberut tapi daripada nanti malam tidak dapat jatah, dirinya mengalah.
"Ini saja ya?"
Waktu pertama kali
Kulihat dirimu hadir
Rasa hati ini inginkan dirimu
Hati tenang mendengar
Suara indah menyapa geloranya hati ini tak ku sangka
Rasa ini tak tertahan
Hati ini selalu untukmu
Terimalah lagu ini dari orang biasa
Tapi cintaku padamu luar biasa
Aku tak punya bunga
Aku tak punya harta
Yang kupunya hanyalah hati yang setia tulus padamu
Hari hari berganti
Kini cintapun hadir
Melihatmu memandangmu bagai bidadari
Lentik indah matamu
Manis senyum bibirmu
Hitam panjang rambutmu anggung terikat
Rasa ini tak tertahan
Hati ini slalu untukmu
Terimalah lagu ini
Dari orang biasa
Tapi cintaku padamu luar biasa
Aku tak punya bunga
Aku tak punya harta
Yang kupunya hanyalah hati yang setia tulus padamu
"Mas, kamu tuh bukan orang biasa. Wong mobilmu Mercedes Benz, kartumu black card, dompetmu Bottega Veneta" gelak Kara.
"Aaaahhhh kamu merusak momentum romantisku! Nanti malam sebagai gantinya dobel!" protes Rayden.
"Iisshhhh modus!" gerutu Kara.
"Modus yang enak-enak" cengir Rayden. "Sampai-sampai kamu juga mende*sah n teriak nikmat kan?"
Wajah Kara memerah hingga ke lehernya. "Mas MESHUM!"
Rayden tertawa terbahak-bahak melihat istri cantiknya malu-malu kucing meong begitu.
"Ayo jujur! Enak kan?" goda Rayden lagi.
Kara hanya mengangguk. "Udah dibilang nggak rugi sama aku, udah fisik bagsus, rajin menabung, rajin menggombal receh sama istri sendiri. Kurang apa aku coba?"
"Kurang waras dikit" bisik Kara yang ternyata didengar Rayden.
"Karaaa! Pokoknya triple ronde tar malam!"
Kara melongo. Alamat remuk redam nih bodi.
***
Kara menyukai kamar yang dipesan oleh Rayden yang bisa melihat pemandangan Bandung dari atas Dago. Wanita cantik itu langsung terpesona dengan keindahan kota apalagi hari ini cerah.
Rayden yang sudah melepaskan sepatunya, langsung memeluk istrinya dari belakang. Entah kenapa dia senang memeluk Kara yang memiliki harum Jasmine lembut.
"Bagus kan? Tapi masih bagus pemandangan suami mu ini" kekeh Rayden yang meletakkan kepalanya di ceruk leher Kara.
"Iya pemandangan suamiku benar-benar bikin otak traveling tapi bikin ambyar ketika melihat mas pakai handuk putih terus goyang dombret denger lagu dangdut di kamar mandi."
Rayden tertegun. "Kamu lihat?" Wajah pria itu menjadi panik.
"Salah siapa nyetel lagu keras-keras?" Kara kini cekikikan.
"Itu pas lagu yang mana?"
"Aku bukan pengemis cinta" gelak Kara yang kembali terbayang kelakuan absurd suaminya.
"Oh my God" Rayden semakin membenamkan wajahnya ke leher Kara.
Kara pun berbalik dan menatap suaminya. "Suamiku yang melokal, aku tidak apa kalau kamu mau goyang dombret tapi lihat-lihat ya. Apa nggak malu dilihat orang lain?" cengir Kara.
"Untung yang lihat bini sendiri. Eh gimana kalau kita goyang kasur sekarang?" Rayden menaik turunkan alisnya dengan wajah yang mulai dihapal Kara.
"Masih siang ini pak" gerutu Kara.
"Memang ada larangan?" protes Rayden.
"Nggak sih...Mas!" Kara memekik ketika Rayden dengan cueknya menggendong dirinya dan diletakkan di tempat tidur.
"Kamu tahu, squishy mu itu bentuknya sempurna, besarnya pas bikin aku kecanduan."
"Suamiku MESHUM!" de*sah Kara disela-sela gerilya Rayden baik dengan bibir dan tangannya.
"Baru tahu?" gumam Rayden diantara dua gundukan favoritnya.
***
"Jadi dia tidak kepancing?" tanya orang itu ke Tara.
"Tidak sama sekali. Tampaknya juga dia pergi dengan lakinya" ucap Tara sambil menenggak minumannya.
"Bagaimana pun caranya, kita harus memisahkan mereka berdua!"
"Tenang saja, aku juga mengincar lakinya si Kara itu. Tampaknya sangat lihai di ranjang" seringai Tara.
"Dia memang hot di ranjang" ucap temannya. "Meskipun hanya menggunakan tangan, tapi dia ahli sekali membuat or*gasme berkali-kali."
"Barangnya gimana?"
"Aku yakin barangnya sangat memuaskan" kekeh temannya itu. "Baru kali ini ada bule yang tidak mau jajan."
"Akan aku buat dia jadi milikku." Tara mengucapkan dengan yakin.
"Good luck for that. Aku hanya butuh memisahkan gadis itu dari Rayden dan kita berdua bersaing mendapatkan Rayden."
"Aku yang akan menyingkirkan mu!" ancam Tara.
"Kamu pikir aku akan mengalah?"
Keduanya saling menatap satu sama lain dengan wajah penuh kebencian tapi saling membutuhkan.
***
Rayden tidur terlentang dengan tangan satunya memeluk Kara yang beringsut menempel tubuh liat suaminya yang mengkilat karena keringat akibat puas dengan penjelajahan anatomi manusia.
Tidak dipungkiri keduanya sama-sama saling candu dengan tubuh pasangan masing-masing. Apalagi Rayden yang sangat suka dengan squishy milik Kara.
"Sayang, kita tuh memang jodoh. Sama-sama saling sayang, saling cinta, saling demen tubuh masing-masing" ucap Rayden ambigu.
Kara mendongakkan kepalanya. "Mas..."
"Hmmm" Rayden membalas tatapan istrinya.
Kara tidak menjawab namun naik ke tubuh suaminya lalu mencium bibir Rayden lembut.
"Aishiteru" bisiknya.
Mata abu-abu Rayden membola. *Ba*ru kali ini Kara mengucapkan kata cinta kepadaku.
"Sarang Hae Kara" balas Rayden yang membuat Kara tersenyum. "Ohya, mumpung kamu diatas, si ndul kangen lagi tuh!"
Kara menoleh ke arah milik suaminya yang sudah tegak lagi.
"Astagaaaaa! Maaasss!!!"
Rayden terbahak.
***
Yuhuuu Up Pagi Yaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️