Novel ini lanjutan dari Antara Takdir dan Harga Diri. Bagi pembaca baru, silahkan mulai dari judul diatas agar tau runtun cerita nya.
kehilangan orang yang paling berharga di dalam hidup nya, membuat Dunia Ridho seakan runtuh seketika. Kesedihan yang mendalam, membuat nya nyaris depresi berat hingga memporak porandakan semua nya.
Dalam kesedihan nya, keluarga besar Nur Alam sedang bertikai memperebutkan harta warisan, sepeninggal Atu Nur Alam wafat.
Mampu kah Ridho bangkit dari keterpurukan nya?.
silahkan simak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hinaan.
"Mulai sekarang, kalian tidak boleh panggil Tante lagi, tapi mamah, oke sayang?" tanya Yuanchi Juan lemah.
"Adik Syafiq juga Tan, eh mah?" tanya Hafizah agak canggung.
Yuanchi Juan menganggukkan kepala nya, "ya!, kalian bertiga sekarang putra putri mamah!" ucap nya.
"Bagai mana dengan papah?" tanya Hafizah bingung.
"Kita lihat saja nanti, berdoa saja agar Allah memberikan jalan kemudahan!" ucap Yuanchi Juan lagi.
Kali ini Hafizah benar benar ter nganga mendengar ucapan dari Yuanchi Juan ini, seolah olah wanita ini sudah menjadi muslimah sejati sekarang.
"Kok mamah jadi beda sekarang?" tanya Hafizah heran.
Sekali lagi Yuanchi Juan tersenyum kepada Hafizah dengan senyum ramah nya yang tidak dibuat buat, "semua ini karena Fizah!, apapun mamah lakuin untuk mendapatkan hati nya putri mamah yang cantik ini, doakan semoga mamah mendapatkan hidayah Allah ya sayang" ucap nya tulus.
"Aamiin!" ucap Hafizah mengaminkan kata kata Yuanchi Juan.
Pintu ruangan terbuka, disana berdiri Ridho, Firdaus dan Syafiq menatap kearah Yuanchi Juan dan Hafizah yang sedang berbicara.
Ridho menatap adegan saat Hafizah memeluk tubuh Yuanchi Juan seperti dulu putri nya itu memeluk tubuh Anastasya, bayangan seolah Anastasya hidup kembali didalam tubuh Yuanchi Juan terbayang di pelupuk mata Ridho.
"Papah!, bolehkah Fizah memanggil Tante Anchi sebagai mamah, dia sudah mengorbankan diri nya untuk menyelamatkan Fizah pah, dia mamah kedua Fizah!" ucap dara itu takut takut.
Ridho tersenyum ramah pada Yuanchi Juan, untuk pertama kali nya pria itu tersenyum setelah kematian Anastasya.
Untuk sesaat, dada Yuanchi Juan berdetak kencang melihat senyum di wajah pemuda itu, senyum yang begitu teduh, senyum yang menenangkan kan hati para wanita yang menatap nya, namun awan kelabu yang sangat tebal itu masih terlihat menutupi lembayung nan indah.
"Terimakasih nona!, kau sudah menyelamatkan nyawa putri ku, sekali lagi terimakasih banyak, aku tidak bisa membalas semua jasa jasa mu pada putri ku!" ucap Ridho bicara agak panjang kali ini.
"Tidak apa apa bang!, cukup kau ijinkan aku mengangkat mereka sebagai putra putri ku, itu sudah cukup bagi ku, bukankah tidak ada takaran dan batasan kasih dari seorang mamah kepada putra putri nya?" balas Yuanchi Juan juga.
"Kau bebas melakukan nya nona, kau ibu kedua mereka kini, tetapi aku tidak bisa menjanjikan apa apa kepada mu, semoga kau maklum maksud ku" ucap Ridho tulus.
"Terimakasih bang, itu sudah cukup bagi ku!" sahut Yuanchi Juan bahagia.
Beberapa saat kemudian, masuk lagi sepasang suami istri paro baya secara buru buru.
"Nuna!, apa yang terjadi sayang, kenapa bisa jadi begini, siapa yang sudah melakukan ini semua?" tanya wanita cantik berusia paro baya itu nyerocos seperti suara beo makan cabe.
Yuanchi Juan menatap muak pada pria yang berdiri di Belakan mamah nya itu. Meskipun pria itu papah nya, tetapi setelah dia mengetahui watak asli sang papah, rasa muak nya tak lagi bisa dia sembunyikan.
Yuanchi Juan ini memanggil kedua orang tua nya dengan papah dan mamah, sedangkan untuk kakek dan nenek nya, dia panggil opa dan meoni.
"Sudahlah mamah!, Nuna tak apa apa, ini hanya masalah kecil, sebentar juga sembuh!" ucap Yuanchi Juan kurang senang.
"Sudah mamah bilang Nuna, kau jangan bergaul dengan orang orang miskin, mereka hanya akan mendatangkan masalah bagi mu saja, bukan nya mendatangkan kebaikan bagi mu!" ujar Anita Kim mamah nya Yuanchi Juan.
"Mamah!, kalau mamah cuma datang untuk membuat masalah, lebih baik mamah pulang saja, Nuna bisa merawat diri Nuna sendiri!" sahut wanita cantik jelita itu tidak suka dengan sikap sang mamah nya.
"Selama bergaul dengan para preman jalanan, kau sudah berani menentang mamah mu Nuna, pokok nya mamah tidak mau tahu, hari ini juga, kau harus pindah ke rumah sakit AHMC yang jauh lebih baik dari ini, kita sewa kamar VVIP dan dokter dokter hebat!" ucap Anita Kim seraya mendelik dengan sudut mata nya kearah Ridho dan tiga anak nya.
"Mamah terlalu sombong dengan kedudukan, harta cuma titipan Tuhan, sekejap mata akan sirna mah!" ucap Yuanchi Juan semakin tidak suka dengan kata kata mamah nya.
"Mamah gerah di ruangan ini, bau sampah!, dan banyak lalat nya!" ujar wanita itu seraya mengeluarkan kipas dari tas Hermes nya.
Anita Kim mengipasi tubuh nya sambil menutup hidung nya.
Ridho merasa sangat tidak enak dengan ucapan dari mamah nya Yuanchi Juan yang sengaja menyindir diri nya.
Dia tidak ingin mental ketiga putra putri nya drop gara gara mendengar hinaan dari Maman nya Yuanchi Juan ini.
"Nona Juan!, kami mohon diri, sekali lagi terimakasih atas bantuan mu, semoga lekas sembuh!" ucap Ridho menarik tangan kedua anak kembar nya itu keluar dari ruangan itu.
"Baguslah kalau kau tahu diri!, sampah tetaplah sampah, meski bersanding dengan anjing sekalipun, tetaplah tidak pantas!" ucap Anita Kim seraya melengos kan tubuh nya menatap kearah lain, seolah Ridho dan putra putri nya ini memang sampah yang berbau busuk.
"Mamah!, mamah memang sudah sangat keterlaluan sekali, walau bagai manapun juga, mereka tetap saja manusia seperti kita!" ucap Yuanchi Juan nyaring, tak kuasa menahan amarah saat melihat kelakuan dari mamah nya itu.
"Nuna!, kau tahu jika mamah mu benar, kau salah bergaul, kau membuat malu keluarga kita!" ucap Antonius Juan papah nya Yuanchi Juan.
"Keluar!, kalian semua keluar!, Nuna tidak butuh kalian, Nuna benci kalian semua!" teriak Yuanchi Juan murka.
Beberapa orang polisi yang masih berjaga jaga didepan ruangan itu segera masuk dan meminta sepasang suami istri itu meninggalkan tempat itu.
Namun Antonius Juan yang memiliki banyak uang itu tidak menyerah begitu saja, dengan kekuasaan nya, dia memindahkan Yuanchi Juan dari rumah sakit kecil itu kerumah sakit AHMC (Alam Hospital and Medical center) yang jauh lebih besar dan lebih terkenal itu.
Bukan karena mencari pelayanan yang lebih baik, yang paling utama adalah agar pamor dan gengsi mereka semakin naik dengan memindahkan putri mereka dari rumah sakit kecil, kerumah sakit bintang lima.
Di jalan, dua orang polisi mengawal Ridho dan ketiga putra putri nya hingga tiba di rumah, karena takut kawanan penculik itu masih berkeliaran di kota ini.
"Papah!, papah marah?" tanya Hafizah setiba nya mereka di rumah kontrakan.
"Marah?, sama siapa?" tanya Ridho pada Putri nya itu.
"Sama mamah Anchi, kedua orang tua nya menghina kita!" jawab Hafizah polos.
"Dia orang baik, tidak ada alasan papah untuk marah sama dia!" jawab Ridho jujur.
"Kalau sama kedua orang tua nya?" tanya Hafizah lagi.
"Untuk apa marah?, mereka benar kok, kita hanya sampah di mata mereka" jawab Ridho apa ada nya.
"Kenapa papah tidak jujur saja pada mereka pah?" Hafizah kembali bertanya.
"Untuk apa nak?, agar di hormati orang?, agar di hargai orang?, agar disanjung orang?, begitu?, ketahuilah nak, kehormatan karena harta, di hargai karena harta, di sanjung karena harta, semua itu tidak ada guna nya nak, seseorang yang di hormati karena harta, saat harta itu sirna, rasa hormat pun akan seketika sirna pula, kehormatan karena juriat, keturunan dan silsilah, tidak ada harga nya dihadapan Allah, yang berharga adalah taqwa dan ke tawadu an kita nak, meskipun seluruh dunia memuja dan menghormati kita, bila dihadapan Allah kita hina, maka tidak ada guna nya, dan begitu pula sebalik nya, walau seluruh Dunia menista dan menghina kita, bila di hadapan Allah kita mulia, maka itu lebih dari harta seisi Dunia ini nak, untuk apa kaya raya di Dunia, bila di akhirat menderita, sedangkan kehidupan sesungguh nya adalah di alam akhirat nanti, ujung Dunia ini adalah kuburan, sedangkan akhirat kekal abadi, bila hina di akhirat, maka hina secara kekal abadi, dan bila mulia di akhirat, maka mulia secara kekal abadi pula, terserah kau mau memilih kemuliaan yang mana" ujar Ridho memberikan nasihat kepada putra putri nya.
"Jadi papah tidak dendam atau marah ya?" tanya Syafiq pada papah nya.
"Tidak!, untuk apa marah, apalagi dendam!" sahut Ridho.
"Dengan kematian almarhum mamah?" tanya anak remaja itu lagi.
Untuk beberapa saat, Ridho tertegun menatap kearah sang putra, lalu di gelengkan nya kepala nya, "tidak!, untuk apa papah marah dan dendam dengan takdir dari Allah, kalian pun begitu pula, tidak boleh marah, apalagi dendam!" ucap nya.
"Tidak!, tidak!, sampai kapan pun Syafiq tidak rela mamah di sakiti orang lain, Syafiq akan balas orang yang berbuat zalim pada mamah!" sahut Syafiq berapi api. Nampak sekali api dendam berkobar Dimata anak remaja itu.
Ridho menarik nafas nya dalam dalam, "heh dengar nak, kenapa kita tidak boleh marah ataupun dendam dengan takdir yang menimpa kita, firman Allah bahwa tidak bergerak sebutir jarah pun kecuali dengan izin Allah, sekarang sihir apapun bisakah menyakiti kita tanpa ada ijin dari Allah?, tidak kan?, jadi bila kau marah atau dendam dengan orang yang sudah berbuat zalim pada kita, sama hal nya kita tidak ikhlas dan tidak ridha dengan takdir yang menimpa kita, itu artinya kita marah dengan si pemilik takdir itu sendiri, yaitu Gusti Allah nak" ujar Ridho lagi.
"Tapi kenapa papah selalu bersedih, seolah olah papah tidak ikhlas dengan kematian mamah?" tanya si bungsu Syafiq.
Kembali Ridho menatap kearah putra bungsu nya itu, "bukan nya papah tidak ikhlas dengan kematian mamah mu, tetapi papah masih belum bisa membuang jauh jauh bayang bayang mamah mu, lima belas tahun bersama sama dalam suka dan duka bukanlah waktu yang singkat nak, ikatan batin yang terikat sedemikian kuat, tidak mungkin akan bisa hilang begitu saja, mamah kalian satu satu nya wanita yang mengisi penuh relung hati papah, bagai mana mungkin bisa terkikis dengan begitu saja!" jawab Ridho sedih.
"Bagai mana pendapat papah dengan mamah Anchi pah?" tanya Hafizah.
Kembali Ridho terdiam beberapa saat lama nya, "dia baik, tulus, dan cantik juga, tetapi status sosial kita sangat jauh berbeda nak, dia seorang gadis, sementara papah duda beranak tiga, dia muda sementara papah sudah tua, dia kaya raya, sedangkan papah pekerja bengkel biasa, dan yang lebih utama, keyakinan kita yang jauh berbeda" sahut Ridho
Mereka semua terdiam dalam alam pikiran mereka masing. masing.
...****************...