Tak perlu menjelaskan pada siapapun tentang dirimu. Karena yang menyukaimu tak butuh itu, dan yang membencimu tak akan mempercayainya.
Dalam hidup aku sudah merasakan begitu banyak kepedihan dan kecewa, namun berharap pada manusia adalah kekecewaan terbesar dan menyakitkan di hidup ini.
Persekongkolan antara mantan suami dan sahabatku, telah menghancurkan hidupku sehancur hancurnya. Batin dan mentalku terbunuh secara berlahan.
Tuhan... salahkah jika aku mendendam?
Yuk, ikuti kisah cerita seorang wanita terdzalimi dengan judul Dendam Terpendam Seorang Istri. Jangan lupa tinggalkan jejak untuk author ya, kasih like, love, vote dan komentarnya.
Semoga kita semua senantiasa diberikan kemudahan dalam setiap ujian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DTSI 15
"Kalian mau nginep berapa hari dirumah ibu?" Yayuk, kakaknya Wandi ikut duduk diruang tamu dengan ibu dan iparnya.
"Dua hari, mbak. Tapi nanti aku tanya lagi ke mas Wandi." Sahut Irma dengan senyum merekah.
"Oh, kirain sampai lusa. Nanti obrolin lagi sama Wandi, ajak pulang Kamis sekalian saja. Kita sewa travel, gak usah naik bis." Sambung Yayuk dengan gaya santainya.
"Mas Wandi kan naik motor, mbak. Jadi kita pulangnya boncengan saja. Karena mau mampir di Mojokerto dulu, kerumah budhe." Balas Irma yang memang memiliki rencana untuk mampir kerumah budhenya, karena ada sesuatu yang akan dia ambil.
"Oh, yasudah. Aku tak naik bis saja sama anak anak." Balas Yayuk yang sedikit kecewa, karena rencananya untuk menyewa mobil gagal, dan tak bisa menyombongkan dirinya pada tetangganya yang ada di Surabaya.
"Kamu masih kerja, Ir?" Tanya Bu Yati, yang sedari tadi hanya diam saja menyimak obrolan anak dan menantunya.
"Masih, Bu. Sekarang aku kerja di gudang beras. Bantu bantu pak lek." Sahut Irma jujur apa adanya.
"Gudang beras?
Memang kamu kerja sebagai apa, disana kan berat berat pekerjaannya?" Bu Yati menatap menantunya dengan kening berkerut.
"Cuma bagian ngawasin saja kok, Bu. Sama ngitung gaji para kuli panggul. Jam lima sore sudah pulang. Gajinya lumayan, sehari dikasih seratus lima puluh sama pak lek." Sahut Irma dengan senyum sumringah dan tangannya mengambil kue yang terhidang di meja.
"Wah banyak juga ya, kamu harus pintar nyimpen uang, Ir. Biar kalian bisa cepat beli rumah sendiri, tidak terus ngontrak. Ibu yakin, kamu sama Wandi pasti bisa, karena kalian sama sama kerja dan punya penghasilan yang lumayan. Tidak salah Wandi lebih memilih kamu, karena kamu bukan perempuan yang cuma ngandelin uang suami saja. Gak kayak si Ningsih itu. Bisanya cuma protes dan ngabisin uang suami. Sampai sampai mereka tidak punya apa apa selama mereka menikah." Sahut Bu Patmi panjang lebar dengan bibir yang di monyong monyongin. Mendengar penuturan ibu mertuanya, hati Irma merasa bahagia, karena dia selalu dibanggakan dan di puji puji oleh Bu Yati.
"Insyaallah, Bu. Doakan ya. Kamu juga sedang menabung untuk bisa mewujudkan impian itu. Makanya aku tuh gak suka kalau si Ningsih hubungi suamiku minta uang nafkah buat Salwa. Enak saja, dia mau manfaatin Salwa buat mendapatkan uang dari mas Wandi. Maka dari itu, aku ambil hape mas Wandi dan menyembunyikannya, biar si Ningsih tidak lagi mengganggu kami." Balas Irma dengan wajah gemas, karena dia selalu kesal tiap kali mendapati Ningsih menghubungi Wandi dan mengingatkan soal nafkah untuk Salwa.
"Ya jangan gitu, lah. Kamu itu harusnya tau, Salwa itu anaknya Wandi, dia berhak mendapatkan nafkah dari ayahnya. Jangan egois kamu, Ir." Yayuk ikut menimpali, karena tidak suka mendengar perkataan Irma yang seolah membuat Wandi melupakan tanggung jawabnya.
"Gimana sih kamu, Yuk. Benar apa yang dilakukan Irma, jangan sampai Ningsih memanfaatkan Wandi dengan alasan nafkah buat Salwa. Ibu yakin, uangnya akan dipakai Ningsih sendiri. Kalau mau Salwa dinafkahi ayahnya, ya biar Salwa ikut ibu disini. Gak mungkin kan, ibu mau korupsi uang anakku sendiri." Sahut Bu Patmi ikut membela keputusan menantu kesayangannya. Dan Yayuk merasa geram karena dia merasa sudah berpikir benar, karena bagaimanapun Salwa berhak mendapatkan haknya untuk dinafkahi oleh ayah kandungnya.
"Ibu itu kalau gak suka sama Ningsih ya gak suka saja sama Ningsih nya. Jangan bawa bawa Salwa dan kewajiban Wandi. Ibu mau, anak laki laki ibu kena azab dari Allah karena dia abai dengan kewajibannya?
Dan kamu, Irma. Jangan serakah dan egois, biarkan Wandi memberikan nafkah yang seharusnya diterima oleh Salwa, itu sudah jadi kewajibannya. Kasihan Salwa, dia itu anak yang jadi korban kalian orang dewasa. Biar aku nanti yang bicara sama Wandi dan kamu tidak usah menghalangi. Ibu juga sebaiknya menasehati Wandi agar tidak melupakan tanggung jawabnya pada Salwa, dia itu darah dagingnya Wandi. Inget Bu, aku juga perempuan. Bagaimana perasaan ibu kalau aku juga diperlakukan sama oleh suamiku, seperti Wandi memperlakukan Ningsih dan Salwa?
Apa ibu akan tetap mendukung mas Ali untuk bersikap abai dengan kewajibannya?" Sahut Yayuk panjang lebar, meskipun dia terkesan cuek pada masalah Ningsih dan Wandi. Tapi kasih sayang nya pada Salwa tidak berubah. Yayuk kasihan dengan nasib keponakannya itu. Dan memang Yayuk tidak begitu menyukai Irma.
"Kamu kok jadi belain perempuan sombong itu, Yuk? Ibu gak suka ya, kalau kamu terlalu membela dia. Dia saja tidak ada hormat hormatnya pada kita." Sahut Bu Patmi dengan wajah masam, sedangkan Irma memilih diam meskipun hatinya kesal luar biasa dengan sikap kakak suaminya itu.
"Aku cuma bersikap yang seharusnya saja, Bu. Bukan membela siapapun. Salwa yang jadi korban keegoisan kalian, jadi berhentilah bersikap yang membuat nasib seorang anak akan lebih menderita." Sahut Yayuk yang menghembuskan nafasnya dalam, menatap tajam ke arah ibu dan Irma.
"Tau lah, ibu pokoknya gak suka sama Ningsih. Urusan Salwa biar jadi urusan Wandi." Balas Bu Patmi yang langsung berdiri dan pergi meninggalkan ruang tamu. Hatinya sudah kesal mendengar kalimat demi kalimat yang dilontarkan anak perempuannya.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
Novel baru :
#Dendam terpendam seorang istri
Novel Tamat
#Anak yang tak dianggap
#Tentang luka istri kedua
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)
#Coretan pena Hawa (Tamat)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)
#Sekar Arumi (Tamat)
#Wanita kedua (Tamat)
#Kasih sayang yang salah (Tamat)
#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )
#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)
#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)
#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)
#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ tamat ]
#Bidadari Salju [ tamat ]
#Ganti istri [Tamat]
#Wanita sebatang kara [Tamat]
#Ternyata aku yang kedua [Tamat]
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️
sekedar saran utk karya2 selanjutnya, kurangi typo, dan di setiap ahir bab jgn terlalu banyak yg terkesan menggantung.
semoga smakin banyak penggemar karyamu dan sukses. terus semangat.. 💪😊🙏
mksh ka/Kiss/sumpah ceritanya bagus buat candu
entah apa hukumnya wandi mentalak irma tanpa saksi juga ..syahkan cerainya. ktnya hrs dpn saksi jatuhin talak