Alden adalah seorang anak yang sering diintimidasi oleh teman-teman nakalnya di sekolah dan diabaikan oleh orang tua serta kedua kakaknya. Dia dibuang oleh keluarganya ke sebuah kota yang terkenal sebagai sarang kejahatan.
Kota tersebut sangat kacau dan di luar jangkauan hukum. Di sana, Alden berusaha mencari makna hidup, menemukan keluarga baru, dan menghadapi berbagai geng kriminal dengan bantuan sebuah sistem yang membuatnya semakin kuat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3 kota kriminal
"Linzy... Linzy!!"
Seorang gadis memanggil nama Linzy dengan keras, yang membuatnya bebas dari lamunannya karena terkejut. Ia melihat ke sekeliling dan menemukan banyak mata yang menatap ke arahnya.
Semua teman Linzy sangat penasaran dengan apa yang membuat gadis ceria sepertinya melamun begitu dalam. "M-maaf, aku tidak bisa fokus," ucapnya gugup.
"Apakah kau memikirkan pecundang itu lagi?" Riana tiba-tiba muncul dan duduk di sebelah Linzy, penasaran kenapa Linzy yang selama ini dikenal tidak tertarik dengan laki-laki, sangat perhatian kepada adiknya.
Terlebih lagi, Linzy-lah yang membopong Alden ke UKS ketika pingsan, tentu saja itu sempat membuat kehebohan. "Berhentilah memanggilnya seperti itu," sahut Linzy kesal. "Bukan karena aku suka, tapi aku belum mengucapkan terima kasih dengan benar karena dia sudah menyelamatkanku," lanjutnya.
Linzy juga sedih mendengar kabar Alden yang dikeluarkan dari sekolah karena menghajar geng Daniel.
"Kalau boleh tahu, apa yang dilakukan Alden setelah dikeluarkan?" Riana melirik ke arah Linzy yang tampak sedikit memerah.
"Ngomong tidak suka tapi tersipu menanyakan kabarnya, kau sungguh payah berbohong."
"A-apa! Aku tidak tersipu!" Bantah Linzy dengan wajah semakin memerah.
"Yah... Sebaiknya jangan terlalu berharap padanya, mungkin saja dia tidak akan kembali hidup-hidup ke kota ini."
Linzy melotot mendengar perkataan sahabatnya itu, "Sebenarnya pergi ke mana dia?"
"Kota Nirve." Cukup satu kalimat untuk membuat Linzy tertegun. Kota Nirve adalah kota di mana tingkat kejahatannya hampir dikenal oleh satu negara; banyak bisnis ilegal dan kelompok bersenjata melakukan aktivitas di sana hingga bahkan kepolisian pun tidak bisa berbuat apa-apa.
Seseorang bisa saja kehilangan nyawa jika menyinggung kelompok atau orang berkuasa di tempat itu. Tidak ada hukum, tidak ada polisi, dan tidak ada keadilan. Tempat di mana yang kuat bisa menjadi raja dan yang lemah menjadi budak.
"Kenapa kau ketakutan begitu? Jika pecundang itu benar-benar hebat hingga bisa mengalahkan sekumpulan orang, maka dia pasti bisa bertahan di medan perang sekalipun, walaupun agak mustahil sih," ujar Riana blak-blakan.
Mendengar itu, Linzy menjadi sedikit penasaran dengan hubungan antara kakak-adik satu ini. "Apa aku boleh bertanya? Riana, kenapa kau sangat membenci adikmu sendiri?"
Riana terdiam dengan ekspresi yang misterius. Ia kemudian berkata dengan pelan, "Tatapannya. Aku benci tatapannya yang seolah bisa membunuhku kapanpun dia mau..."
Riana mulai mengingat pengalamannya saat kecil, di mana dia pernah membuat Alden marah karena merusak mainannya. Riana sangat ketakutan ketika melihatnya. Oleh karena itu, ia membuat Alden merasa diasingkan di keluarganya sendiri hingga anak itu tidak pernah mengangkat kepalanya.
---
...
...
...
Alden tidak menyangka akan dibuang ke kota yang terkenal dengan reputasi buruk itu. Namun, di dalam hatinya yang paling dalam, ada rasa penasaran yang tak bisa dibendung.
Kota Nirve, dengan segala keburukannya, mungkin menjadi tempat di mana ia bisa menemukan kebebasan yang selama ini ia cari.
Malam sebelum kepindahannya, Alden duduk di kamar dengan suasana yang kelam, memikirkan hidupnya yang terjalin dengan ketidakadilan dan kekecewaan. Namun, kilatan dari layar misterius mengingatkannya kembali tentang sistem yang telah membantunya.
"Jika sistem itu ada," batin Alden, "mungkin itu akan membantuku sekali lagi. Di kota yang penuh dengan bahaya, aku membutuhkan semua bantuan yang bisa kudapatkan."
Pagi harinya, dengan tas ransel yang diisi seadanya, Alden meninggalkan rumah tanpa banyak pamitan. Ia tahu, tidak ada yang benar-benar peduli dengan kepergiannya. Bahkan orang tuanya tampak lebih lega daripada sedih.
Di perjalanan menuju kota Nirve, Alden duduk dengan tenang di sudut bus yang membawanya ke tempat baru. Dia memasang headphone di telinganya, namun pikirannya melayang, berputar tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan dihadapinya nanti.
Wajah Linzy sempat terlintas dalam pikirannya, dan ada rasa sesal yang ia pendam karena tidak sempat mengucapkan selamat tinggal dengan layak.
Alden berjanji dalam hatinya, jika suatu saat ia memiliki kesempatan, ia ingin kembali bukan sebagai orang yang tertindas, tetapi sebagai seseorang yang bisa berdiri sejajar dengan orang lain, memperjuangkan keadilan demi dirinya sendiri dan orang lain yang mungkin mengalami hal serupa.
Ketika bus akhirnya memasuki batas kota Nirve, kesan pertama yang didapat Alden adalah suasana suram namun penuh kehidupan. Ia bisa melihat berbagai macam orang dengan tampang muram dan menyedihkan.
Dengan langkah mantap, Alden turun dari bus. Sistem yang pernah membantunya kini terasa seperti mitos yang samar. Ia tidak tahu apakah itu akan aktif kembali atau tidak. Tapi Alden menyadari satu hal, bahwa dirinya tidak akan gentar menatap masa depannya.
"Ini adalah awal yang baru," ucapnya dalam hati, memantapkan tekadnya. Tanpa disadari, sebuah sedikit pesan muncul di sudut pandangannya, hampir tak terlihat tetapi sudah cukup membangkitkan semangatnya.
[Selamat datang di Kota Nirve]
[Quest baru telah tersedia. Kejar pencuri yang mencuri barang bawaan anda!]
"Hah?"
Belum sempat Alden menceritakan Quest yang diberikan System, tas yang ia kenakan di punggungnya tiba tiba disambar oleh seseorang hingga membuat Alden tersungkur.
Alden berdiri dan tanpa pikir panjang mulai berteriak dan meluncur mengejar pencuri berkerudung serba kuning yang berlari seperti dikejar setan, membelah kerumunan orang yang tampaknya tidak peduli dengan keributan yang terjadi.
Alden mengepalkan tangannya erat-erat, wajahnya memerah dengan campuran amarah dan adrenalin. "Awas kalau ketangkep!” teriak Alden dengan napas memburu, matanya tak lepas dari sosok yang terus berlari ke depan.
Namun, meski Alden berlari sekuat tenaga, orang itu ternyata memiliki keahlian yang tak diduganya. Tanpa basa-basi, si pencuri melompati papan iklan toko dengan gesit, memanjat dinding rendah seolah dinding itu tak lebih dari pijakan kecil.
Gerakannya begitu lincah, seperti seekor kucing yang bergerak di malam hari. Alden, meskipun penuh semangat, mulai merasakan batas dari kemampuan fisiknya sendiri.
Sesampainya di ujung jalan yang lebih sempit, Alden terhenti sejenak. Pencuri itu telah melompati pagar tinggi, dan sekarang berdiri di atas atap bangunan rendah, menatapnya dengan ekspresi mengejek.
“Cepat sekali putus asa?” ejeknya sebelum berbalik dan melakukan manuver parkour yang mengagumkan, melewati bangunan dengan kecepatan yang tak mungkin dikejar orang awam seperti Alden.
Merasa tak berdaya, Alden pun berhenti berlari, terengah-engah dengan kekecewaan yang menusuk-nusuk. Kehilangan tasnya sudah cukup buruk, hampir seluruh uangnya ada di tas itu, kartu identitas, dan pakaiannya.
"Sekarang harus bagaimana?"
Alden menenangkan pikiran dan mengatur nafasnya, meskipun ia kehilangan jejak pencuri itu namun disaat bersamaan juga mendapatkan informasi yang berguna.
"Ternyata dia seorang perempuan." Gumamnya.
Ia tahu hal itu dari suara dan juga lekuk tubuhnya ketika si pencuri mengejeknya, selain itu gerakannya juga begitu lincah dan fleksibel, mirip seperti akrobatik.
"Status." Panggil Alden seketika layar biru cerah muncul di hadapannya. Ia sudah melihat hal ini berkali-kali tapi tetap saja merasa kecewa dengan statistik miliknya.
Nama: Alden
Level: 1
HP: 100/100
MP: 50/50
Strength: 13
Vitality: 20
Agility: 15
Vision: 32
Skill: Hunter strike(C)
Alden tidak tahu seberapa rata-rata statistik Agility atau kelincahan pada umumnya. Namun, setelah berkejar-kejaran dengan pencuri baju kuning, ia menyadari bahwa statistik miliknya masih cukup rendah.
Setelah menyelesaikan tutorial, ia memperoleh hadiah berupa kesempatan memilih keterampilan yang telah digunakannya selama sesi tutorial, serta beberapa koin yang mungkin akan berguna di kemudian hari.
"Aku memilih Hunter Strike karena tingkatannya lebih tinggi dibandingkan dengan keterampilan lainnya. Kurasa itu tidak menjadi masalah."
"Sekarang, sebaiknya aku mencari informasi lebih lanjut tentang pencuri sebelumnya."