"Tlembuk" kisah tentang Lily, seorang perempuan muda yang bekerja di pasar malam Kedung Mulyo. Di tengah kesepian dan kesulitan hidup setelah kehilangan ayah dan merawat ibunya yang sakit, Lily menjalani hari-harinya dengan penuh harapan dan keputusasaan. Dalam pertemuannya dengan Rojali, seorang pelanggan setia, ia berbagi cerita tentang kehidupannya yang sulit, berjuang mencari cahaya di balik lorong gelap kehidupannya. Dengan latar belakang pasar malam yang ramai, "Tlembuk" mengeksplorasi tema perjuangan, harapan, dan pencarian jati diri di tengah tekanan hidup yang menghimpit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27: Rayuan Tlembuk
Malam itu, suasana di kosan Lily semakin hangat setelah mereka bercanda dan menyanyi bersama. Dinda dan Tika, sahabat-sahabat Lily yang sama-sama tlembuk cantik, duduk di sofa sambil menikmati snack dan menyaksikan aksi karaoke di depan mereka. Ketiganya memang memiliki daya tarik masing-masing, dan malam itu mereka bersenang-senang tanpa beban.
Rian yang berada di antara mereka merasa bersemangat. Sesekali dia melirik Lily, namun kali ini dia tertarik untuk menggoda Dinda. Dinda yang sedang asyik menikmati lagu, tidak menyadari kehadiran Rian yang mendekat.
“Hey Dinda,” bisik Rian, mendekatkan wajahnya ke telinga Dinda dengan nada genit. “Kamu cantik juga, kalau main sama kamu berapa tarifnya?”
Dinda yang mendengar bisikan Rian langsung menoleh dengan mata melebar, sedikit terkejut namun kemudian tertawa. “Wah, Rian, kamu bisa saja! Cuma berani menggoda ya? Kamu sih, mau berapa?” jawabnya sambil menggoda.
Tika yang mendengar percakapan tersebut ikut-ikutan. “Eh, jangan lupakan aku! Aku juga ada di sini, loh! Siapa bilang aku tidak menarik?” Tika bersuara sambil mencolek Rian di lengan.
Rian tersenyum lebar. “Oh, tentu saja kalian berdua cantik. Mungkin aku bisa mendapatkan diskon kalau main sama kalian berdua?” ujarnya, pura-pura berpikir dengan serius.
Mendengar itu, Lily yang berdiri di dekat mereka tidak bisa menahan tawa. “Rian, kamu ini beneran deh! Tapi, Dinda, kalau Rian mau main sama kamu, berarti dia harus siap-siap diserbu sama Tika juga!”
“Eh, jangan khawatir! Kita bisa bagi dua,” Dinda menjawab sambil tertawa, “Nanti kita bisa bagi tarif, kita hargai Rian dengan sepenuh hati!”
“Wah, seru sekali! Ada penawaran spesial!” Tika menambahkan dengan nada genit. “Mungkin kita bisa bikin paket hemat, ya?”
Rian hanya mengangguk sambil tertawa. “Wow, saya sangat beruntung! Tidak hanya cantik, tapi kalian juga pandai bernegosiasi!”
Lily melihat interaksi mereka dengan senyum lebar, merasa senang melihat sahabat-sahabatnya bisa berkomunikasi dengan baik. Dalam hati, dia berpikir bahwa malam ini adalah waktu yang tepat untuk bersenang-senang dan tidak ada yang perlu dipikirkan.
Setelah beberapa saat bercanda, Rian kembali mendekati Dinda. “Tapi serius nih, Dinda. Kamu cantik banget malam ini. Ada yang ingin kamu tunjukkan selain karaoke?”
Dinda terkejut dengan pujian Rian dan merona. “Wow, terima kasih! Sebenarnya, aku sudah menyiapkan kejutan. Mungkin kita bisa main game, seperti truth or dare?”
“Game? Asyik! Aku setuju! Bagaimana?” Rian langsung menyambut dengan antusias.
“Baiklah, kita bisa mulai! Dan semua harus jujur!” Dinda bersemangat.
Mereka pun segera menyiapkan permainan dan suasana menjadi semakin seru. Rian merasa beruntung bisa berada di antara mereka, merasakan keceriaan yang tak terduga.
Setelah beberapa putaran, Rian merasa sangat nyaman. Dia mulai mengenal Dinda dan Tika lebih baik. “Oke, Tika, sekarang giliran kamu. Truth or dare?” tanyanya dengan nada menggoda.
“Dare!” jawab Tika berani, “Tantang aku!”
“Hmm, coba kamu nyanyikan lagu dengan gaya tersedih sambil menangis,” Rian menantang dengan nada bercanda.
“Baiklah! Ini dia,” Tika langsung beraksi, berpura-pura menangis sambil menyanyikan lagu dengan nada sedih. Semua tertawa melihat penampilannya yang dramatis.
“Ya ampun, Tika! Keren!” Dinda memuji sambil mengusap air mata karena saking lucunya. “Rian, ini tantangan yang berhasil!”
Permainan itu terus berlanjut, dengan tawa dan canda yang membuat suasana semakin hangat. Rian semakin akrab dengan kedua sahabat Lily tersebut, dan dia merasa bahwa malam ini adalah salah satu malam yang paling berkesan.
Setelah beberapa putaran, tiba giliran Dinda. “Oke, Rian. Giliranmu! Truth or dare?”
“Dare!” jawab Rian penuh semangat.
Dinda berpikir sejenak. “Hmm, aku tantang kamu untuk melakukan gerakan tari paling aneh yang kamu bisa!”
Rian pun tidak mau kalah. Dia berdiri dan mulai menari dengan gerakan yang konyol dan lucu, membuat semua orang tertawa terbahak-bahak. “Ini yang terbaik yang bisa aku lakukan!” serunya sambil berputar-putar.
Setelah selesai, Tika bertepuk tangan. “Kamu layak dapat penghargaan untuk itu, Rian!”
Suasana di dalam kosan Lily semakin akrab setelah permainan yang penuh tawa dan canda. Rian yang merasa nyaman dengan kehadiran Dinda dan Tika, memutuskan untuk melangkah lebih jauh. Setelah sesi permainan berakhir, dia merasa saat yang tepat untuk meminta nomor WhatsApp mereka.
“Eh, Dinda, Tika,” Rian mulai dengan nada santai. “Aku pengen nanya, bisa minta nomor WhatsApp kalian? Kita bisa rencanain kencan atau hangout bareng lain kali. Seru banget tadi!”
Dinda dan Tika saling bertukar pandang, lalu Dinda menjawab dengan senyum. “Wah, Rian, mau kencan sama kita ya? Tentu saja bisa! Ini nomor WA aku.” Dia menuliskan nomor di ponselnya dan memberikan pada Rian.
“Dan ini nomorku,” Tika menambahkan sambil tersenyum genit. “Tapi ingat, kamu harus ajak kita jalan-jalan yang seru ya!”
“Deal!” Rian menjawab penuh semangat. “Aku janji, kita bakal cari tempat yang seru dan menarik. Mungkin kita bisa pergi ke pantai atau nonton film bareng?”
“Wah, pantai sounds fun! Tapi jangan lupa bawa makanan enak ya,” Dinda menyahut dengan semangat.
Tika mengangguk setuju. “Iya, dan jangan lupa, kita mau selfie banyak-banyak! Kita harus bikin momen yang seru.”
Malam itu, Rian merasa beruntung bisa menghabiskan waktu bersama mereka. Momen-momen seperti ini membuatnya semakin dekat dengan Lily, Dinda, dan Tika. Rencana kencan yang mereka buat terasa menjanjikan.
Setelah semua kesenangan itu, Dinda dan Tika mulai bersiap untuk pulang. Mereka mengumpulkan barang-barang mereka dan bersiap untuk pamitan.
“Rian, terima kasih ya! Malam ini seru banget!” Dinda berkata sambil tersenyum.
“Ya, sama-sama! Kalian bikin malam ini jadi lebih berkesan,” Rian menjawab. “Aku tunggu kabar dari kalian di WA ya.”
“Pasti! Jangan sampai lupa!” Tika menambahkan sambil melambaikan tangan.
Begitu Dinda dan Tika pergi, Rian kembali ke dalam kosan Lily. Dia merasa gembira dan sedikit bersemangat. “Eh, Lil! Kapan kita bisa karaoke lagi? Seru banget tadi,” Rian berkata sambil duduk di sofa.
“Bisa kapan saja, Rian! Kita pasti harus melakukannya lagi,” Lily menjawab, terlihat bahagia melihat Rian yang ceria.
Mereka berdua melanjutkan obrolan santai sambil menikmati snack yang masih tersisa, membahas rencana-rencana ke depan dan kenangan-kenangan lucu dari malam itu. Dalam hati Rian, dia merasa semakin tertarik dengan semua yang ada di sekelilingnya, baik itu Lily, Dinda, maupun Tika.
Setelah beberapa lama bercengkerama, Rian pun pamit pulang. “Oke, aku pulang dulu ya, Lil. Nanti kita lanjut obrolan seru ini lagi,” katanya sambil berdiri.
“Ya, hati-hati di jalan! Sampai jumpa, Rian!” jawab Lily, sambil melambaikan tangan.
Ketika Rian keluar dari kosan, dia merasa senang. Ada perasaan hangat di hatinya saat memikirkan rencana kencan yang akan datang. Dia tidak sabar untuk berjumpa lagi dengan Dinda dan Tika, merencanakan lebih banyak petualangan yang menyenangkan.
Malam itu, Rian pulang dengan senyum di wajahnya. Di benaknya, dia sudah membayangkan kencan yang seru dan penuh tawa dengan ketiga wanita cantik itu. Rasanya, persahabatan mereka sudah mulai memasuki fase yang lebih menarik, dan dia merasa antusias menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya.