SEKUEL TERPAKSA MENIKAHI PEMBANTU
Giana yang sejak kecil kehilangan figur seorang ayah merasa bahagia saat ada seorang laki-laki yang merupakan mahasiswa KKN memberikan perhatian padanya. Siapa sangka karena kesalahpahaman warga, mereka pun dinikahkan.
Giana pikir ia bisa mendapatkan kebahagiaan yang hilang setelah menikah, namun siapa sangka, yang ia dapatkan hanyalah kebencian dan caci maki. Giana yang tidak ingin ibunya hancur mengetahui penderitaannya pun merahasiakan segala pahit getir yang ia terima. Namun, sampai kapankah ia sanggup bertahan apalagi setelah mengetahui sang suami sudah MENDUA.
Bertahan atau menyerah, manakah yang harus Giana pilih?
Yuk ikuti ceritanya!
Please, yang gak benar-benar baca nggak usah kasi ulasan semaunya!
Dan tolong, jangan boom like atau lompat-lompat bacanya karena itu bisa merusak retensi. Terima kasih atas perhatiannya dan selamat membaca. ♥️♥️♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SSM 10
Keesokan harinya, Giana kembali mencoba peruntungan untuk mendapatkan pekerjaan. Hingga akhirnya ia mendapatkan pekerjaan sebagai tukang cuci piring di sebuah rumah makan kecil. Awalnya Gian senang-senang saja. Ia tidak mempermasalahkan pekerjaan apa yang diberikan padanya. Selagi halal, ia akan melakukan apa pun demi menyambung hidupnya. Ia juga akan menabung agar dapat pulang ke kampung dengan keuangan yang lebih baik. Ia tak ingin membuat orang-orang mencemooh ibunya karena pernikahannya yang gagal. Sudah cukup ibunya menjadi bahan olok-olok karena punya anak tanpa suami, lalu ia yang menikah karena kepergok oleh warga kampung sedang berduaan dengan Herdan, dan ia tak ingin menambah daftar cemoohan orang-orang karena ia yang diceraikan tanpa apa-apa. Alias janda miskin.
Sehari dua hari, Giana masih menjalani hari-harinya dengan biasa saja. Namun, tidak setelah hari-hari berikutnya. Beberapa hari kemudian, suami pemilik rumah makan datang ke sana. Awalnya Giana bersikap biasa saja, namun ternyata laki-laki itu mata keranjang. Matanya sangat jelalatan membuat Giana tak nyaman. Bahkan ia pernah dengar berani mencolek pinggul Giana membuat Giana kesal dan menatapnya tajam sambil sedikit membentaknya.
Namun, tatapan tajam dan bentakan itu disalahartikan oleh pemilik rumah makan sebagai upayanya mencari perhatian pada suaminya. Apalagi suaminya pandai bersilat lidah yang akhirnya membuat pemilik rumah makan itu memecat dirinya.
Usai pemecatan itu, Giana harus kembali berjuang untuk mencari pekerjaan. Ternyata sangat sulit. Membuat Giana nyaris menyerah.
"Habis mencari pekerjaan, Neng?" tegur salah seorang ibu-ibu yang duduk-duduk di tangga. Setiap sore, tangga di rusun itu selalu dipenuhi para penghuninya yang sekadar duduk-duduk untuk bercerita maupun bergosip ria.
Giana yang tampak kelelahan pun menoleh dan berusaha tersenyum. "Iya, Bu."
"Udah dapat?"
Giana menggeleng pelan. "Belum, Bu. Susah sekali cari pekerjaan di sini."
"Beginilah hidup di kota besar, Neng. Kita nggak akan dapat pekerjaan kalau nggak ada pertama, orang dalam, kedua pendidikan, ketiga pengalaman, ke-empat keahlian. Punya salah satu dari itu aja sulit, apalagi nggak punya semuanya. Minimal punya dua dari yang ibu sebutkan tadilah," ujarnya membuat menghela nafas panjang. Bagaimana ia bisa mendapatkan pekerjaan, satu saja dari apa yang ibu tadi sebutkan, ia tak punya.
"Ayo, duduk sini, Neng!" ajak salah seorang ibu-ibu.
"Kamu gadis atau apa? Datang dari mana?" tanya salah seorang ibu-ibu yang kepo.
"Saya janda, Bu," ucap Giana sambil tersenyum getir. "Saya sebenarnya berasal dari kampung. Setelah menikah tinggal di sini. Terus sekarang udah cerai, aku nggak tau mau kerja apa. Udah bolak-balik nyari kerjaan, tapi nggak dapat juga. Padahal aku nggak milih-milih pekerjaan, Bu. Pekerjaan apa aja, aku terima. Asalkan halal. Aku sudah Alhamdulillah banget," ujar Giana membuat ibu-ibu itu iba.
"Dicerai karena apa?" Ternyata masih ada yang kepo.
"Hust, kepo banget jadi orang. Bukannya bantuin orang yang kesusahan, malah sibuk ngorek-ngorek aib orang," sergah salah satu dari mereka.
"Ya, 'kan aku cuma nanya doang. Masa' nggak boleh?" cetus ibu itu sambil mencebikkan bibirnya.
"Oh, ya, anakku kemarin cerita cafe tempat dia bekerja ada lowongan pekerjaan. Jadi pelayan gitu. Kamu mau nggak? Kalau mau, entar aku cerita sama dia deh?" sela seorang ibu-ibu yang bergaya sedikit modis.
"Benarkah, Bu? Kalau boleh, aku mau," sahut Giana dengan mata berbinar.
"Ya, udah, entar malam ibu tanyain, masih nggak lowongannya. Semoga masih, ya," ucap ibu tadi yang diaamiinkan Giana dan ibu-ibu lainnya.
Malam harinya, ibu yang tadi memberitahu lowongan pekerjaan lada Giana pun mendatangi kontrakan Giana.
"Wah, sepertinya lowongan pekerjaan itu memang rejeki kamu, Neng. Katanya masih. Kalau mau, besok lagi pergi bareng dia ketemu sama pemilik cafe. Cafenya kecil. Nggak besar. Tapi gajinya lumayan. Daripada kamu panas-panasan ke sana ke mari cari kerja 'kan?"
"Ibu, benar. Makasih ya, Bu. Semoga Allah membalas kebaikan ibu dan anak ibu," ucap Giana tulus.
Keesokan paginya, Giana tampak sudah bersiap. Ia mengenakan kemeja putih yang sebenarnya seragam SMA-nya dahulu. Ia membuang lambang sekolah maupun bordir nama dan lokasi sekolah sehingga kini baju itu tampak seperti kemeja putih polos. Meskipun tidak terlihat baru, setidaknya baju itu masih layak untuk ia pakai pergi bertemu pemilik cafe. Sementara bawahannya, ia mengenakan kulot hitam miliknya dulu saat masih di kampung.
Giana tersenyum miris. Bahkan selama menikah ia baru beberapa kali membeli baju. Lebih tepatnya saat awal-awal menikah saja. Sebab setelahnya, ia selalu saja mendapatkan baju sisa dari Ratih. Entah bagaimana kabar orang-orang itu, pikir Giana. Ia hanya berharap, orang-orang dzalim itu mendapatkan balasan atas setiap kekejaman mereka. Ingin membalas dengan tangan sendiri, tapi Giana tak mampu. Alhasil, ia hanya bisa menyerahkan segalanya pada Allah. Karena ia tahu, sebaik-baiknya pembalasan adalah balasan dari Allah Ta'ala.
"Hai, aku Desti anaknya Mama Fera," ucap seorang gadis seumuran Giana.
"Hai, aku Giana. Salam kenal," sahut Giana sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
"Salam kenal juga. Sudah siap, 'kan? Ayo, kita berangkat!" ajak Desti.
"Ayo." Keduanya pun berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah. Mereka pergi ke cafe dengan naik angkutan umum.
"Cafe sebenarnya buka jam 9 sih, Mbak. Tapi jam 8 kita diharapkan sudah datang soalnya setiap mau buka kita akan mengadakan briefing dan doa bersama supaya pekerjaan kita hari ini tuh lancar dan diberikan keberkahan. Setelah itu, kita mesti mempersiapkan segala hal supaya pas jam buka, segalanya udah stand by," papar Desti menjelaskan.
"Oh, begitu. Sepertinya bos kalian itu lumayan religius, ya?"
"Dibilang religius ya nggak juga. Tapi dibilang nggak ya, nggak juga. Bos kita tuh taat dan emang tamah serta baik banget. Usianya udah paruh baya, tapi masih sendiri. Duda gitu. Nggak tau duda cerai apa duda ditinggal meninggal. Cuma kami salut aja, di zaman gini, ada laki-laki mapan yang betah hidup sendiri. Beliau pun memperlakukan kami kayak anaknya sendiri. Dia sering bilang kami ini udah kayak anak-anaknya. Makanya sebagai karyawan yang udah dianggap anak, kami selalu berupaya bekerja sebaik mungkin. Nah, kebetulan ada salah seorang karyawan yang berhenti karena ikut suami pindah. Jadi ada lowong 'kan. Makanya bapak minta kami cari pengganti yang sekiranya cocok kerja bareng kami. Semoga aja Mbak nanti betah kerja di sana, ya."
"Aamiin. Makasih, ya, mau ajakin aku. Aku emang sedang butuh banget kerjaan. Aku udah nyoba nyari ke mana-mana, tapi nggak dapat juga. Beruntung mama kamu cerita tempat kamu kerja sedang nyari karyawan. Mohon bantuan dan bimbingannya, ya. Soalnya 'kan ini pertama kali aku kerja di cafe."
"Sip. Tenang aja. Kalo nggak sama aku, banyak yang lain kok, Mbak. Semua teman di cafe orangnya baik-baik dan ramah kok. Mbak tenang aja," ucap Desti membuat perasaan Giana senang sekali.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰 ...
giana jgk ngk mau rujuk samamu herdan
mimpi kali yaa😝🤣🤣
enak aja Giana di minta balikan lagi pas tau dia hamil, dan karena si Angel istri pilihan si Herdan belum hamil juga 😡
biar karma untuk kalian adalah tdk dianugerahi keturunan dan biar si Angel yg akhirnya Mandul beneran 😜😡