Ketika sabar menjadi sadar, peduli menjadi diam maka kamu bebas sekarang.
Ketika Ia kecelakaan hampir merenggut nyawa dan kritis beberapa waktu,suaminya justru tidak peduli dan merawat wanita lain yang hanya demam biasa di rumah sakit yang sama.
Pada akhirnya Liliana menyerah karena tak pernah di anggap dan tak pernah mendapatkan respon balik, sekalipun nyawanya hampir melayang jadi Ia mengajukan perceraian mereka.
Namun Ketika Ia sudah memutuskan menyerah dan bercerai, suaminya tiba-tiba berubah dan ingin mempertahankan pernikahan mereka.
Akankah Liliana berubah pikiran untuk bertahan?
Atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hantari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiba-tiba
"Kenapa kamu jadi anterin aku ke sini sih Mon,aku kan udah bilang mau nginap di apartemen kamu tadi"
Monika menunjukkan deretan giginya yang putih setelah menghentikan mobilnya di depan Vila Bara,ya ia sudah mencari tau tempat itu."Maaf Li,aku takut kamu ribut sama Bara terus dia mempersulit perceraian kalian nanti,kan kamu sendiri yang bilang begitu dan aku gak mau kalau sampai itu terjadi"
"Terserah deh",Lily sedikit kesal tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa karna bagaimanapun Ia sudah sampai di Vila sekarang,"Aku turun ya kalo gitu,kamu pulang aja"
"Eh tunggu dulu,aku mau nginap di sini biar dia gak ngapa-ngapain kamu"
"Gak usah,Dia memang pria brengsek dan jahat tapi dia tidak pernah menyentuh atau melukai ku sedikitpun,jadi kamu tenang aja pulang sana"
"Ya udah deh,byee"
Lily akhirnya turun dari mobil meninggalkan Mona yang jadi merasa bersalah karna melihat ekspresi tidak senang wajah Lily.
Penjaga gerbang yang melihat Lily turun dari mobil yang sejak tadi mereka perhatikan segera membukakan gerbang besar itu dan memperlihatkan Lily masuk.
"Terimakasih"
Lily tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada kedua penjaga gerbang itu sebelum berjalan dengan langkah sedikit cepat.
"Kenapa rasanya berat sekali menginjak kaki kembali kesini hufft...."
***
"Kenapa pulang selarut ini?"
Langkah Lily terhenti ketika mendengar suara Bara yang terdengar dari ruang tamu yang baru saja Ia lewati, suara dingin dan datar begitu khas di telinganya.
"Kenapa?,apa kau juga mau mengatur-atur waktu ku?"
Bukan nya merasa takut atau terintimidasi dengan ucapan dan suasana mencekam saat ini,Lily justru dengan berani berbalik dan melipat kedua tangan di depan dada seolah menantang Bara.
Bara berdiri dan memasukkan kedua tangan di saku training nya,berjalan dengan langkah lebarnya mendekati Lily yang terlihat sama sekali tidak gentar."Lihat ini sudah jam berapa?, sangat berbahaya wanita di jam segini berkeliaran,banyak pria hidung belang yang tidak bisa menahan diri di luaran sana, bagaimana jika mereka berniat buruk dengan mu dan kau tidak bisa melawan mereka?"
Lily tersenyum sinis mendengarnya hingga membuang pandangannya,"Maaf tapi aku bukan bagian dari wanita-wanita yang akan jadi santapan mereka karna aku bukan wanita murahan dan gampangan,bahkan sebelum mereka menyentuh ku akan ku pastikan tangan mereka patah"
Lily terkekeh kemudian berjalan lebih dekat ke hadapan Bara dengan tatapan mata nya yang tajam dan tampak marah.
"Dan satu hal,apa pun pikiran mu tentang ku satupun tidak benar karena aku wanita yang sangat bisa menjaga diri bahkan dari pria jahat dan brengsek seperti mu,mungkin aku memang bodoh dan terlihat murahan selama ini di mata mu karna aku terus mengejar mu tapi aku bukan wanita seperti itu"
Bara tersenyum tipis mendengarnya,Ia terdiam mendengar setiap ucapan Lily bahkan Ia mulai berfikir Apakah Lily benar-benar masih perawan tidak seperti pikiran nya selama ini,yang berfikir kalau Lily sama seperti wanita lainnya yang sudah kebanyakan kehilangan keperawanan nya sebelum menikah?,Ia menjadi tertarik untuk meladeninya karna melihat wanita di hadapannya itu begitu menggemaskan dan semakin menarik dari segi manapun dan hal apapun.
"Benarkah,tapi kau pernah merendahkan dirimu sendiri dengan ku saat memaksa ku untuk meniduri mu,apa kau lupa?",tanya nya dengan senyum smrik bahkan menaikkan sebelah alisnya.
"Memang benar tapi itu karna kita suami istri,selain itu saat kita belum menikah apa aku pernah meminta hal seperti itu? tidak kan? lagipula aku meminta hal seperti itu saat itu karna...karna merasa harga diri ke sebagai wanita merasa tercoreng dan terlihat seperti wanita menjijikkan yang tidak sudi di sentuh oleh suaminya"
"Kamu pikir wanita mana yang tidak akan melakukan hal itu ketika suaminya tidak sudi menyentuhnya seolah dia sangat-sangat menjijikkan",ketusnya sama sekali tidak mempedulikan rasa malu.
Bara tersenyum menyeringai dan mendekat ke telinga Lily,"Bagaimana kalau kita melakukannya sekarang, kelihatannya kau begitu bersemangat sekarang"
Mendengar itu mata Lily membola kemudian dengan spontan langsung mendorong tubuh Bara yang tinggi dan besar condong ke tubuhnya,"Jangan harap!!!"teriaknya spontan dengan memberikan tatapan yang tajam dan berjaga-jaga.
"Kenapa?"
"Kau masih bertanya kenapa?, Karna sekarang aku yang tidak sudi di sentuh oleh pria brengsek sepertimu,dan asal kau tau dan harus kamu camkan kalau perasaan bodoh dan gila ku pada mu sebelumnya sudah hangus dan sudah tidak ada sehingga aku sama sekali tidak berharap di sentuh oleh mu"
Bara terdiam mendengan ucapan Lily dan Ia hanya bisa menarik nafas panjang tanpa sanggup untuk menjawab ucapan itu,Ia sadar sepertinya Ia memang sudah benar-benar terlambat.
"Melihat mu seperti ini setiap saat dan dengan kita yang selalu mempeributkan masalah ini setiap saat aku mulai ragu kalau aku bisa memperbaiki hubungan kita"
Apakah benar sudah benar-benar terlambat dan tidak ada kesempatan apapun lagi?
***
Pagi hari Lily sudah bersiap begitu cepat untuk keluar,
"Kamu mau kemana?"
Namun baru saja keluar dari kamar Ia sudah di sambut oleh Bara yang tampaknya juga sudah rapi.
"Aku mau keluar dengan Monika,kami ada janji"
"Mama menyuruh kita pulang, katanya ada hal penting yang ingin disampaikan,jika kamu tidak keberatan kita bisa pergi kesana sekarang"
"Kenapa mama tidak menelfon ku juga, biasanya jika ada hal yang seperti ini selalu menelfon ku lebih dulu bukan Bara, apakah Bara sedang berbohong"
"Tapi dia terlihat sedang tidak berbohong bahkan tampaknya dia sangat serius"
Bara merogoh sakunya kemudian mengotak-atik ponselnya kemudian memberikan begitu saja ke depan Lily,dan tentu saja Lily langsung menerimanya dan benar saja Ia melihat pesan mama Rosa di sana yang meminta mereka untuk pulang ke mansion dengan alasan ada hal penting.
Bara yang sejak tadi terus memperhatikan keraguan itu menghembuskan nafas panjang dengan sedikit senyum kecut di bibirnya meski itu sekilas,"Sudah percaya?"
"...,Oke"
"Tapi aku berangkat sendiri saja ke sana"
"Tidak,kita pergi bersama saja aku tidak mau mengecewakan Mama dan papa lagi"
Setelah mengatakan itu dengan wajah datar dan dinginnya Bara berbalik dan pergi begitu saja meninggalkan Lily yang tampak berfikir,namun melihat Bara yang pergi begitu saja membuatnya dengan berat hati mengikutinya.
"Tidak masalah, lagipula aku penasaran apa yang ingin mama Rosa katakan, kelihatannya sangat penting", gumamnya dalam hati terlebih mengingat semalam mama Rosa menelfon dan hanya menanyakan keberadaan nya.
"Apakah Mama sudah mengetahui sesuatu?"
Bersambung....
klaupun balikan lagi jgn semudah itu biar dia sengsara dulu baru d maafkan