Tak sekedar menambatkan hati pada seseorang, kisah cinta yang bahkan mampu menitahnya menuju jannah.
Juna, harus menerima sebuah tulah karena rasa bencinya terhadap adik angkat.
Kisah benci menjadi cinta?
Suatu keadaanlah yang berhasil memutarbalikkan perasaannya.
Bissmillah cinta, tak sekedar melabuhkan hati pada seseorang, kisah benci jadi cinta yang mampu memapahnya hingga ke surga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26
"Sebenarnya ini nggak perlu, pah. Tapi karena papah memaksa, aku akan menerimanya" Kata Yura tersenyum. "Makasih banyak, pah!"
"Sama-sama, sayang!" Balas Irfan tulus. Dia memang tak pernah menganggap Yura sebagai anak angkat. Bagi Irfan, Yura adalah sosok malaikat yang membawa keberkahan dalam hidup, sebab semenjak kehadiran Yura di dalam rumahnya, seakan hidup Irfan berjalan begitu mulus. Ia merasa tak ada kesulitan sejak merawat bayi yang sudah di tinggalkan oleh kedua orang tuanya.
"Papah yang maksa langsung mau, giliran mamah yang maksa malah nggak di gubris sama sekali"
Reflek ucapan Jazil memantik antensi Irfan dan Yura untuk memindai wajahnya.
"Memangnya mamah maksa Yura buat apa?" Tanya Irfan tak mengerti.
"Buat nikah sama mas Juna, pah!" Sahut Yura, kemudian mengerucutkan bibir usai mengatakan itu.
"Nikah sama Juna?" Keterkejutan itu tidak hanya menyerang Irfan, tapi juga dua wanita yang berdiri di sebelahnya.
"Yang benar saja mamah mau nikahin Juna sama dia?" Ujar Dini, masih dengan ekspresi kaget. Sementara wanita di sebelahnya hanya membatu.
"Loh ya nggak apa-apa, kan?"
"Ya tapi, ma_"
"Aku sudah terlambat, pah, mah. Berangkat dulu, ya" Potong Yura lalu meraih tangan Irfan dan Jazil bergantian. Ia begitu malas jika harus meladeni kakak iparnya yang judes itu. Meski dia sendiri juga tak setuju dengan perjodohan mamahnya, tapi Yura memilih pergi dan tak mau terlibat perdebatan yang unfaedah.
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam. Hati-hati, nak!"
"Iya mah" Kata Yura, melangkah keluar dari area yang mungkin sebentar lagi akan terasa menegangkan.
Dini menatap kepergian Yura dengan sorot benci. Andai Dini terlambat sedikit saja, pasti dia belum tahu kabar mengejutkan ini.
Benar saja, suasana mendadak dingin setelah Yura tak lagi terlihat.
Dini lantas menatap ibu mertuanya untuk meminta penjelasan.
"Mama bercanda kan, mau nikahin mereka?"
"Mama serius, tapi mereka nggak mau" Jawab Jazil, kemudian mempersilahkan Dini dan juga sepupunya untuk ikut sarapan.
"Kita sudah sarapan, mah. Tadi habis ngantar Tara ke playgroup, aku mampir ke butik, tapi belum buka"
"Sebentar lagi mamah ke sana, sayang"
"Ya sudah kita barengan saja ke sananya"
"Kebetulan Din, papa nggak jadi ngantar. Papa bisa langsung ke ponpes ustad Zaki jadinya" Kata Pria yang masih memakai kaos rumahan. "Nggak apa-apa kan mah, berangkat sama Dini?"
"Nggak apa-apa, pah"
Irfan bangkit lalu berkata. "Papa ke kamar dulu, mau siap-siap. Nak Sindy, Dini papa permisi"
"Iya, pah" Balas Dini sopan.
"Silakan, om!"
Pria paruh baya itu tersenyum sebelum kemudian beranjak dari ruang makan.
"Mama juga sudah selesai makan, tunggu sebentar ya, mama ganti baju dulu"
"Iya, mah" Dua wanita itu tampak memindai tubuh Jazil yang perlahan menjauh.
"Mbak, menurut mbak, apakah Juna dan Yura akan menikah?" Bisik Sindy tepat di dekat telinga Dini.
"Sepertinya nggak mungkin Sin, secara Juna kan benci banget sama Yura"
"Tapi, apakah mungkin mereka memiliki scandal?"
"Scandal apa maksud kamu?"
"Mbak Dini ini bodoh atau gimana? Coba mbak pikir, dua orang, beda lawan jenis tinggal satu atap di kamar yang letaknya sama-sama berada di lantai atas, berdekatan pula. Bisa jadi mereka diam-diam_"
"Huss.. Jangan ngaco kamu!" Potong Dini cepat. "Nggak mungkin mereka berbuat yang macam-macam. Kamu tahu sendiri kalau Juna tak pernah suka sama Yura, lagi pula Yura itu nyaris sempurna, dia seperti tanpa cela, sholehah, rajin sholat, berhijab"
"Nggak jaminan, mbak. Banyak kok wanita sok agamis kelakuan iblis"
Dini terdiam, mencerna baik-baik ucapan sepupunya. Tiba-tiba dia teringat saat Juna mengambil alih Tara dari gendongan Yura.
Waktu itu, ia tak sengaja memergoki lirikan Juna ke Yura yang seakan penuh arti.
"Bisa jadi perilaku baik Yura hanya buat nutupin kelakuannya, dan kebencian Juna hanya akting supaya perbuatan mereka nggak kecium"
"Masa iya, si?" Timpal Dini mulai mempercayai perkataan Sindy.
"Aku si hanya menduga-duga saja, mbak. Jaman sekarang nggak mikirin apapun yang penting hasrat terpenuhi. Coba malam-malam, apakah om Irfan sama tante Jazil suka cek kamar mereka?"
Dini menelan ludahnya, dia beranggapan kalau ucapan Sindy memang ada benarnya.
"Kayaknya perlu di selidikin, Sin. Aku nggak rela dia jadi bagian keluarga mas Rezki. Udah bagus dia nikah sama orang lain terus keluar dari rumah ini. Eh malah mamah ada rencana ngejodohin mereka. Ini gila. Kalau Yura masuk ke dalam cirkle keluarga Ar-Rafik, dia akan semakin berkuasa. Mentang-mentang dia kesayangan mamah"
"Ku rasa mbak perlu menyelidikinya"
"Tentu akan ku selidiki. Andai benar mereka ada scandal, akan aku viralkan. Aku ingin lihat bagaimana reaksi mama jika tahu kelakuan bejat anak-anak kesayangannya"
"Sepertinya mbak Dini sangat membenci Yura, kenapa mbak?"
"Gimana nggak benci, mamah tuh manjain dia banget. Nggak mama, nggak papa, mas Rezki sama mas Angga juga, terlalu over sayangnya mereka ke anak itu. Iya kalau darah dagingnya sendiri si nggak apa-apa. Aku kan jadi muak. Entah mungut di mana, bagaimana latar belakang keluarganya, mertuaku benar-benar nggak tahu. Yang mereka tahu, Yura itu yatim piatu. Nyabelin kan?"
"Iya juga si mbak. Bukan siapa-siapa tapi di ratukan. Gimana nanti kalau Juna bawa istri ke rumah, istrinya kayaknya juga bakalan muak sama dia"
"Jelas lah, pasti cemburu lihat mertuanya sayang-sayang ke anak pungut itu. Mbak Tita juga sama bodohnya tahu"
"Hais.. Makin nggak tahu diri si Yura, dapat pembelaan dari om tante dan juga kakak-kakaknya"
"Hmm, makin melambung dia" Sahut Dini merasa kesal. "Yang bikin aku kesal lagi, mamah mau mewarisi bisnis butiknya ke dia. Parah, kan? Kayak nggak ada anak saja, pakai di wariskan ke orang yang nggak jelas asal-usulnya. Padahal masih ada Juna yang nantinya juga bakal bawa istri kerumah ini"
"Andai saja kamu jadi sama Juna, kamu harus tegas Sin, jangan mau kalah sama dia"
"Iya kalau jadi, mbak. Kalau Juna dan Yura ada hubungan gelap, dan mereka kekeuh mau nikah?"
"Tapi kamu dengar sendiri kan, tadi mamah bilang mereka nggak setuju sama perjodohan ini? Dan aku akan usaha buat ngerayu mama supaya mau menikahkan Juna sama kamu"
"Semoga saja"
"Nanti kalau kamu bisa nikah sama Juna, kuasai si Juna, suruh dia buat usir Yura dari sini"
"Itu urisan kecil, nikah aja dulu. Baru bisa menjalankan rencana"
"Betul, Sin"
Keduanya kompak menoleh ke arah ambang pintu yang membatasi antara ruang makan dengan ruangan lainnya.
"Kita tunggu mamah di ruang tengah yuk" Ajak Dini.
"Ayok, mbak"
Bersambung
Malik ntar poligami
tp sy msh gregetan sm yura yg ga peka sm keinginan orang tuay dan juna jg ga trs terang sm yura klu dia suka...klu yura sdh tunangan sdh ga ada harapan buat juna...s.g aja ga jd khitbahy
ayo Thor lanjut lagi
ntar lama2 jd cinta..
lanjut mbak ane
yura kurang peka terhadap keinginan jazil, kurang peka dg perubahan juna dan kurang peka sama perasaan sendiri
yuk kak lanjut lagi
thanks author semangat ya berkarya