Bukan bacaan untuk bocil.
Blurb...
"Hem..ternyata cewek cupu ini cantik juga"
Gumam Albian, saat menanggalkan kacamata tebal dari wajah Khanza.
Demi memenangkan taruhan dengan teman-temannya. Albian yang notabenenya adalah pria paling populer di kampus, sampai rela berpacaran dengan Khanza si gadis cupu dan penyendiri.
Berkat pesona yang dimilikinya. Albian berhasil membuat gadis cupu dan lugu seperti Khanza, kini pasrah berada di bawah kungkungannya.
"A-aku takut Al. Bagaimana kalau aku hamil?"
Tanya Khanza saat Albian menanggalkan kancing kemeja oversize miliknya. Namun Albian yang otaknya sudah diselimuti kabut hawa nafsu tidak mendengarkan ucapan Khanza. Meniduri gadis cupu itu adalah bagian dari taruhan mereka.
"Tenang saja sayang, semua akan baik-baik saja kok"
Ucap Albian sembari menelan salivanya saat melihat gunung kembar milik Khanza yang padat dan menantang.
ikuti kisah selengkapnya dengan membaca karya ini hingga selesai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada hikmahnya
"Kita makan dulu saja ya, mungkin kau akan merasa lebih baik setelah makan. setelah itu baru ke rumah budeku"
Ajak Hanum, Khanza iya, iya saja. Lagipula tempat ini masih asing baginya, tak tahu juga ia harus kemana. Jadi mengikuti apa kata Hanum saja.
"Pakde gudegnya dua ya" Ucap Hanum setelah mereka tiba di sebuah rumah makan sederhana.
"Baik, mohon di tunggu sebentar ya" Balas pemilik rumah makan itu dengan ramah.
Setelah 10 menit menunggu, makanan yang mereka pesan kini sudah tersaji di atas meja. 2 porsi nasi gudeg lengkap dengan teh manis hangatnya.
"Ayo makan, kali ini aku yang traktir. Kau tahu? uangku masih banyak karna aku baru mendapat pesangon dari pabrik tempatku bekerja"
Ucap Hanum dengan wajah berbinarnya. Dan Khanzapun iya-iya saja agar cepat.
Kedua gadis cantik itu makan dengan begitu lahapnya. Khanza sudah melewati trimester pertama kehamilannya, jadi ia bisa makan apa saja tanpa merasa mual lagi sekarang.
Sesekali pengamen jalanan datang di sela-sela makan mereka. Dan Hanum tak pernah sungkan untuk memberi para pengamen itu sedikit uangnya.
"Gadis baik" Batin Khanza, bibirnya mengukir sebuah senyuman.
Jam sudah menunjukan pukul 08.00 malam saat khanza dan Hanum menyelesaikan makan malam mereka.
"Kita ke rumah budeku jalan kaki saja ya. Rumahnya tak jauh dari sini kok, cuma lima menit jalan kaki. Anggap saja kita sedang membakar kalori setelah makan"
Ucap Hanum. Dan lagi-lagi khanzapun iya-iya saja.
"Hanum, sudah berapa lama kau merantau di ibu kota?"
Tanya Khanza.
"Entahlah, sejak aku lulus SMA aku sudah pergi merantau ke Ibu kota. Mungkin sekitar 5 tahunan"
Jawabnya sembari mengingat-ingat.
"Wah, kau sangat berani ya" Kagum Khanza.
Khanza sendiri sudah lama ingin pergi dari rumah orang tuanya, tapi ia tak pernah punya keberanian untuk melakukan itu.
Dan keinginannya baru terwujud saat ayah dan ibu tirinya mengusir dia dari rumah. Jika tidak pasti sekarang Khanza masih tinggal di rumah itu, menjadi babu untuk ibu tirinya.
Huhf
Khanza menghembuskan napas lega, ada hikmahnya juga atas kemalangan yang menimpanya kini. Ia jadi terbebas dari ibu tirinya yang kejam itu.
"Itu rumah budeku"
Seru Hanum sembari menunjuk sebuah rumah yang paling besar di antara rumah-rumah lain yang ada di sekitarnya.
"Assalamualaikum, bude..."
Teriak Hanum sembari menggebrak-gebrak pagar rumah yang di gembok itu.
"Assalamualaikum, bu de." Seru Hanum lagi tangannya tak tinggal diam, tapi memencet bel yang tersedia di gerbang rumah bercat serba hijau itu.
"Kau ini berisik sekali, budemu ini tidak tuli Hanum"
Teriak Wanita paruh baya yang baru saja keluar dari rumah yang cukup mewah tersebut.
Ceklek
Pintu gerbangpun terbuka lebar.
"Ayo masuk!" Titah wanita bergaya hedon tersebut. Pakaian dan perhiasan yang melekat di tubuhnya membuat silau setiap mata yang memandangnya.
"Kangen..."
Lirih Hanum memeluk budenya dengan sangat erat.
"Ternyata kau masih ingat pulang juga, bude kira kau terkena amnesia sampai tak ingat jalan pulang"
Ucap Wanita itu sembari mengelus rambut coklat sebahu milik Hanum. Khanzapun tersenyum kikuk menyaksikan ke akraban mereka berdua.
"Siapa dia?"
Tanya budenya Hanum sembari menatap ke arah Khanza.
"Oh, dia ini down line pertamaku bude. Namanya Khanza"
Beritahu Hanum, Khanza meraih tangan kanan wanita paruh baya itu lalu mencium punggung tangannya dengan takzim.
"Namaku Khanza bude" Ucap Khanza ramah.
"Citra Astutik, panggil saja bude Citra"
Balas bude Citra tak kalah ramah dari Khanza, nada bicara bude citra pada Khanza sangatlah berbeda dengan nada bicaranya pada sang keponakan.
"Aih. Kenapa bicara sangat lembut kepadanya, sedangkan kepadaku tidak? Huhf!"
Hanum tak terima karna budenya itu pilih kasih.
"Jangan berisik ini sudah malam" Ucap bude citra sembari meletakan jari telunjuknya di atas bibir merahnya.
Huhf! Hanum hanya bisa menghembuskan napas berat.
#Sebelum lanjut, jangan lupa like dan komemnya ya, makasih^^#
the real kembar ini mah,, slalu bertengkar...