Skuel ke dua Sang Pewaris dan sekuel ketiga Terra The Best Mother.
menceritakan keseruan seluruh keturunan Dougher Young, Pratama, Triatmodjo, Diablo bersaudara dan anak-anak lainnya.
kisah bagaimana keluarga kaya raya dan pebisnis nomor satu mendidik anak-anak mereka penuh kesederhanaan.
bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LIBURAN
Bagaimana jika sekeluarga pebisnis handal melakukan liburan. Keluarga itu bukan terdiri dari empat atau lima orang. Tetapi nyaris lebih dari seratus orang.
Pihak bandara dan pengamanan cepat dilakukan. SavedLived langsung ke lokasi untuk mengamankan tempat dalam hening.
"Astaga pebisnis mana yang memborong wisata hingga satu hotel taraf internasional?" tanya gubernur provinsi itu.
Kedatangan lima keluarga pebisnis di Indonesia. Salah satunya pemegang gurita bisnis, mengalahkan 9 dragon.
"Kapan kedatangan mereka?" tanya pria berkulit hitam itu.
"Kedatangan mereka dirahasiakan Pak!" jawab ajudannya.
"Pengawalan lebih ketat dari seorang presiden!" lanjutnya memberitahu.
"Astaga, apa seperti itu?" tanya gubernur tak percaya.
"Bahkan mereka menggunakan dua pesawat komersil mereka sendiri," sahut ajudan bermimik ngeri membayangkan kekayaan keluarga besar itu.
"Apa kita perlu menyambut mereka?" tanya sang gubernur.
Ajudan menggeleng, ia sendiri tak tau pentingnya penyambutan itu. Keluarga pebisnis hanya melakukan perjalanan liburan di daerah mereka.
Para wartawan sudah sibuk mencari informasi tentang kedatangan para pebisnis besar itu. Namun, tak satu potong berita yang mereka dapatkan karena memang benar-benar rahasia. Bahkan jadwal pemberangkatan RadenEmas Airways tidak terlacak.
"Mereka benar-benar rapi menyimpan semua data!" ujar salah satu wartawan.
"Kita tak mampu membobol situs jejaring mereka?" tanya yang lainnya.
"Dulu ada salah satu wartawan nekat melakukan itu. Ia sok jago jadi hacker," jawab wartawan lain.
"Hasilnya portal berita kita tak bisa diakses selama enam bulan dan kita jadi pengangguran!' lanjutnya dengan mimik ngeri.
Wartawan senior mengangguk membenarkan. Semua jarang berhasil menarik para pebisnis kaya raya itu untuk diwawancarai.
"Uang mereka seperti dicetak sendiri. Mereka tak tergiur dengan apapun kecuali kenyamanan keluarga," sambung salah satu wartawan senior.
Sementara di tempat lain. Semua sibuk menyiapkan koper-koper. Nai dan Arimbi tak mau ketinggalan berlibur ke salah satu tempat paling indah di negeri ini.
"Katanya lautnya sangat jernih hingga memantulkan cahaya biru bening ketika diterpa cahaya matahari," ujar Nai pada suaminya.
"Bawa banyak amat bajunya sayang?" ujar Langit mengusap perut istrinya yang sudah sedikit menonjol.
"Janin-janin dalam sini sepertinya kesenangan diajak jalan-jalan!" ujar Nai antusias.
"Janin-janin?" Langit menatap istrinya dengan kening berkerut.
"Ada dua janin sayang, kita akan punya anak kembar. Bu'lek juga loh!" jawab Nai semangat.
Langit tersenyum lebar. Akan makin banyak keturunan yang hadir nantinya. Belum lagi Satrio.
"Paklik apa sudah ada bibit di perut Bu'lek Adiba?" tanyanya.
"Belum kalau mereka," jawab Nai sambil menggeleng.
"Ah ... mereka juga baru menikah beberapa bulan," sahut Langit mengerti.
"Kita saja sudah mau dua tahun baru diberi ya?" Nai mengangguk setuju.
Bart menatap duo R yang membantunya mengepak barang-barang. Pria itu memang malas jika berkemas.
"Sudah Uyut!" ujar Rasya menyeka peluh di dahinya.
"Ah cicitku memang yang terbaik!" ujarnya lalu memberikan dua lembar seratus dolar pada masing-masing anak.
"Wah ... alhamdulilah. Sering-seringlah Uyut!" seru duo R kompak.
"Jangan beritahu saudaramu!' tekan Bart.
"Nggak janji?" sahut Rasyid usil.
"Baby!" pekik Bart ketika duo R melarikan diri.
Bart tersenyum melihatnya. Ia tinggal mengangkut dua koper itu.
"Nanti suruh Fio dan Michael yang angkut!" ujarnya santai.
Semua ibu sudah mengemasi pakaian anak-anak. Virgou juga santai, ia tak mau bersusah payah.
"Beli cottage di sana mahal-mahal ya?" decaknya melihat beberapa cottage yang dijual.
"Mana lokasinya jauh lagi dari pusat wisata!' lanjutnya mengeluh.
"Sudah lah ... aku sudah keluar banyak membooking satu hotel untuk kita!" ketus Andoro kesal.
"Wee!" Virgou meledek.
Andoro berdecak, putranya Vendra menaiki monster Dougher Young itu. Virgou menciuminya hingga tergelak.
"Atuh au lelenan banti!' sahut Meghan semangat.
"Atuh mawu pihat itan salden!' sahut Xierra.
"Itan salden?' Meghan dan Nouval menoleh pada Xierra.
"Wiya ... tata Mama atuh itan salden ipu lada pi walut!" jawab Xierra.
Sari Triatmodjo adalah ibu dari bayi cantik berusia dua tahun itu. Wajahnya mirip sang ayah. Semua pengawal baru beranak satu kecuali Juno dan Gio yang lebih dari satu.
"Tanti!" seru Xierra memanggil Zaa.
Bayi bermata biru itu menoleh. Dari merangkak, Zaa mencoba berdiri dan berjalan tertatih. Tak ada yang mengajari berjalan, semua bayi memang berjalan sendiri.
"Hei ... dia menggunakan kakinya!" seru Dian gemas.
"Baby ... kamu bisa jalan. Kenapa malah merangkak?" Dian bertanya dan mengangkat bayi cantik itu.
"Wuwun Tan atuh Pinti!" seru Zaa.
"Nggak ... baby gemesin!' tolak Dian menciumi bayi cantik itu geregetan.
"Woi ... atuh pandhil Tanti Zaa teumali woh!" seru Xierra galak.
"Hei bayi ... kau baru memarahiku?" tentang Dian gemas.
"Pita seulbu Tinti!" seru Nouval mengomando.
Semua bayi menyerang wanita cantik itu. Dian pasrah, tentu saja karena para bayi menghujaninya dengan ciuman.
Dian Ambarawa, Dua puluh tahun.
Gadis ini memang kurus, tetapi kekuatannya sebanding dengan sepuluh pria biasa.
"Babies ... ayo tangan ditimpah begitu tantinya!" peringat Remario.
Dian tersenyum lebar, setelah pada bayi melepasnya. Ia terengah dan peluh membasahi pelipisnya.
Remario menatap salah satu pengawal cantik milik keluarga. Semua pengawal dekat dengan anak-anak. Mereka tak pernah keberatan dengan semua tingkah dan harus adu strategi jika perusuh mulai beraksi.
"Tuan aku kembali!" semua menoleh pintu.
"Zack?!" teriak Andoro.
Ajudan Andoro yang sibuk mengurusi perusahaan dan pembuatan shelter batu bara.
"Papa Snack!" pekik Harun yang mengenal pria itu.
"Astaga ... astaga, kupikir kau sudah mati di pedalaman Kalimantan sana!" ujar Andoro memeluk asistennya.
Dian, menatap pria tampan dengan sorot mata hitam pekat. Remario berdecak. Pria itu paling paham jika perempuan cantik itu langsung tertarik pada pria yang baru datang setelah dua tahun lamanya.
"Mashaallah Zack!" pekik Langit.
"Tuan muda!" ujar Zack membungkuk hormat.
Langit memeluk Zack, pria seumuran dengannya. Zack lebih tinggi, kulitnya gelap akibat paparan matahari.
Semua menyambut pria itu. Luisa memperkenalkan sepasang anak kembarnya. Zora langsung lengket dengan pria tampan itu.
"Mashaallah tabarakallah, nyonya. Anda luar biasa bisa melahirkan lagi!" puji Zack kagum.
"Kita akan berlibur Zack. Kau ikut lah, kau juga layak mendapat libur panjang!" tukas Andoro.
Zack tersenyum, ia lalu memindai seluruh keluarga yang hangat menyambutnya. Lalu matanya bersibobrok dengan Herman dan Virgou yang memandangnya tajam. Pria itu langsung menunduk.
"Jangan takut sayang. Ayahmu memang begitu!" ujar Khasya menenangkan Zack.
"Ayah, jangan galak-galak. Zack sama seperti Langit. Ia kubesarkan sendiri ketika berusia lima belas tahun," ujar Andoro menjelaskan.
Luisa mengangguk, ia tentu mengenal baik Zack. Putra kedua setelah Langit. Andoro mendapatkan Zack yang nyaris mati kedinginan meringkuk di sebuah etalase toko yang tutup.
"Ah ... kisah kalian," decak Bart sedih.
Pria paling tua itu memeluk Zack lagi. Semua pun makan siang dan seperti biasa anak-anak diminta tidur siang.
Zack memandangi para pengawal. Sudah dua tahun ia bekerja mengurus perusahaan Andoro. Lalu matanya menatap sosok pengawal cantik yang berjaga-jaga di sana.
"Hmmm ... cantik, siapa dia?" gumamnya bertanya dalam hati.
Bersambung.
Hayo ... siapa yang dilihat Zack?
next?
semoga pas bangun gak lupa......🥰
2b continue