Bagaimana perasaan jiwamu jika dalam hitungan bulan setelah menikah, suami kamu menjatuhkan talak tiga. Lalu mengusirmu dan menghinamu habis-habisan.
Padahal, wanita tersebut mengabdi kepada sang suami. Dia adalah Zumairah Alqonza. Ia mendadak menjadi Janda muda karena diceraikan oleh suaminya yang bernama Zaki. Zaki menceraikan Zumairah karena ia sudah bosan dan Zumairah adalah wanita miskin.
Bagaimana nasib Zumairah ke depannya? Apakah dia terlunta-lunta atau sebaliknya? Yuk, cap cus baca pada cerita selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Sekti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saat Di Ladang
Saat pagi, ketika Zumairah dan keluarganya hendak ke ladang, suara Zaki terdengar nyaring dan ingin masuk ke dalam rumah sederhana tersebut.
Julia panik. "Bu, Zaki datang lagi. Gimana ini? Julia sangat takut. Mas Zaki itu suka ngelakuin hal yang diluar dugaan," bisik Zumairah di dekat Arga dan sang ibu yang sudah siap akan ke ladang.
Ibunya berfikir. "Kita lewat pintu belakang saja, Nak. Kita lewat jalan yang tidak biasa kita lewati. Jalan menerobos dan lebih cepat sampai, bagaimana? Tapi kita ngumpet dulu sampai Zaki pergi!" usul Bu Dijah.
Julai memegang dagunya. "Baik. Tapi aku tidak yakin kalau Mas Zaki akan pergi secepat ini Bu! Pasti dia tidak akan menyerah. Kita berhati-hati saja."
Zumairah sangat mengetahui watak mantan suaminya seperti apa. Zuma hanya mengingatkan kepada sang ibu untuk berhati-hati.
Bu Dijah mengangguk. "Yasudah, kita lewat pintu belakang saja. Nak Arga, yuk kita ke ladang sekarang juga. Keburu siang."
Arga menyela. "Zuma dan Ibu, kalian jangan panik, ada Arga yang akan menghadapi jika Zaki berbuat macam-macam."
Sambil melangkahkan kaki menuju pintu belakang, Arga menenangkan hati ibu dan anak tersebut. Arga tidak mau mereka hanya memikirkan tentang masalah terus.
Tidak lama, mereka sudah sampai di belakang rumahnya Bu Dijah. Bu Dijah mulai mengunci rumahnya.
Terlihat di belakang rumah Bu Dijah ada beberapa kambing Jawa yang berada di kandang. Di samping kandang kambing, ada beberapa ayam yang tidak dikurung sedang mencari makan di halaman rumah. Hal tersebut, membuat Arga betah memandang.
"Bu, peliharaannya sehat semua ya? Ibu pandai beternak. Hebat banget. Orang kota lewat."
Sambil berjalan Arga memuji Bu Dijah mengenai ternaknya yang terlihat gemuk dan sehat.
Bu Dijah tersenyum sambil menoleh ke arah Arga yang membawa peralatan tani dan perbekalan. Arga sengaja membawakan barang yang sekiranya berat. Arga tidak mau Bu Dijah maupun Zuma kelelahan membawa barang karena mereka melewati jalanan setapak dan menanjak.
"Alhamdulillah, Nak. Selama Ibu sehat, hewan peliharaan Ibu pasti sehat. Di sini masih banyak rumput dan dedaunan untuk makan ternak. Jadi, Ibu tinggal ngambil dan tidak perlu susah mencari di hutan."
Bu Dijah tidak pernah ke hutan untuk mencari pakan ternaknya karena Bu Dijah memiliki banyak rumput di halaman belakang dan pohon khusus untuk pakan semua hewan ternaknya. Begitulah Ibu Dijah, bekerja keras agar ternaknya berkembang dan sehat.
"Yang penting Ibu jangan lupa istirahat ya?"
Arga mengkhawatirkan kondisi kesehatan Bu Dijah yang sudah mulai menua.
"Iya, Nak. Sebentar lagi kita melewati jalan menanjak, Nak Arga harus hati-hati jika belum terbiasa. Karena jalannya licin."
Jalan yang dilewati mereka masih jalan tanah dan belum diaspal sehingga, pada musim hujan seperti ini jalanan becek.
Arga susah payah melewati jalanan becek tersebut, tetapi ia sangat menikmati hawa pegunungan yang khas.
Cepret!
Sesekali, Arga memotret pemandangan yang menurutnya terlihat unik.
Karena rasa lelah tidak dirasakan, akhirnya mereka sampai di ladang. Terlihat padi yang kuning dan membentang luas.
Tanaman ilalang menambah panaroma semakin terlihat eksotik.
Arga terkekeh dan menggelengkan kepala. "Indah sekali panaroma alam di sini. Damai dan sejuk, Zuma. Aku pokoknya betah di sini. Haha. Kapan ya kita nikah?" tanya Arga berkelakar.
Bu Dijah menoleh ke Arga. "Hem, ada yang jatuh cinta nih. Yang penting jangan seperti Zaki. Asalkan setia dan bertanggung jawab, kapan saja boleh nikah sama Zuma, tapi tergantung Zuma saja. Ibu hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk Nak Arga."
Bu Dijah sangat setuju jika Zuma memiliki suami pengganti yang lebih setia dan tidak munafik. Namun, Zumalah yang bisa menentukan.
***
Setengah jam, akhirnya keluarga Zuma sampai di ladang.
Sambil menurunkan bekal dan alat tani, Arga berkelakar kepada Zuma yang bersiap-siap akan mencabuti rumput yang tumbuh di sela-sela tanaman padi.
Tampak beberapa petani lainnya, termasuk tetangga Bu Dijah juga berada di ladang. Pandangan mereka tertuju pada Arga yang terlihat tampan.
"Bu Dijah. Itu tamunya Zuma yang tadi kata Pak RT tidur di Pos Ronda ya? Ganteng sekali. Mirip artis Korea."
Salah satu ibu-ibu yang memakai caping dan cenderung kurus, takjub dengan paras Arga yang rupawan.
Bu Dijah terkekeh. "Benar Bu. Dia temannya Zuma. Dia sengaja mengantar anak saya pulang kampung. Masalahnya dia sudah pisah dengan Zaki."
Bu Dijah berkata jujur kepada tetangganya agar mereka tidak berfikiran macam-macam.
Para tetangganya terkejut. "Jadi, Zuma sudah bercerai dengan Zaki? Kenapa sih Bu, kok, Bercerai? Di kota mah, banyak pria tampan, ya Zuma pilih yang seperti artis Korea. Zaki mah tampangnya standar orang kota. Iya 'kan Zuma? Hehe Ibu becanda."
Para tetangga suka berkelakar tanpa menyakiti hati tetangganya. Kebanyakan warga kampung hidup guyup rukun. Itu kalau kampungnya Zumairah. Beda dengan kampung Authornya.
Zuma tersipu. "Nggak gitu Bu. Cobaan rumah tangga itu banyak. Karena suatu yang tidak bisa dipertahankan maka, bisa saja kita bercerai. Ada alasan pasti mengapa saya bercerai dengan Mas Zaki. Aib lho Ibu-Ibu, dosa kalau saya bercerita. Sudah ya Bu, kita mau kerja."
Zuma menjawab pertanyaan dari tetangganya dengan jawaban bijak. Ia tidak mau nama Zaki tercoret dari para tetangganya. Kecuali Zaki membuat masalah di kampungnya kembali maka, Zuma akan berterus terang.
"Okelah Zuma. Nanti kalau dah di rumah, kita main deh ke rumah kamu. Sambil lihatin artis. Eh, udah punya laki, masih gatel saja. Maaf ya Pak? Nggak bermaksud," kata ibu yang cenderung kurus tadi. Ia berkelakar agar suasana tidak tegang.
Terlihat ibu-ibu tersebut sedang memanen padi bersama keluarganya juga termasuk suaminya. Di masa panen, memang ladang di kampung Bu Dijah rame. Jadi, mereka tidak bosan.
"Tuan Arga mau ikut 'matun' ( membersihkan rumput di sela-sela tanaman padi yang tumbuh)?" tanya Zuma yang menawarkan Arga untuk ikut mencabuti rumput dengan alat tani.
Arga semangat empat lima. "Pasti ikut! Aku diajarin ya? Masa cowok kalah sih sama cewek," kata Arga yang mengikuti Zuma yang berjalan terjun ke sawah yang berlumpur.
Zuma bersiap-siap untuk mengajarkan kepada Arga bagiamana cara 'matun' yang benar. Sementara sang Ibu, sudah sedari tadi membersihkan rumput di tanaman padinya yang sudah mulai menguning. Sesekali Bu Dijah tersenyum melihat Arga belajar menjadi seorang petani.
Karena bantuan dari Zuma, Arga mulai membersihkan rumput liar yang tumbuh. Terlihat Arga masih kaku karena belum terbiasa.
"Aduh, wajahku kena lumpur. Pedas sekali!"
Karena Arga berjalan cepat, akhirnya lumpur tersebut mengenai wajah Arga. Hingga mengenai mata dan ia sedikit meringis.
Julia tertawa. "Jalannya pelan saja Tuan Arga. Jangan cepat-cepat. Nanti badan kamu kotor semua," kata Zuma mengingatkan.
Arga merasa berkeringat dan lelah. Padahal belum ada setengah jam ia membersihkan rumput. "Haduh, badanku gatal semua. Bentol-bentol lagi. Kenapa apa ya aku?"
Memangnya jadi petani enak ya Tuan Arga?
Zuma menoleh ke arah Arga yang mengeluh kembali. "Itu, Tuan digigit ulat yang ada di sela-sela tanaman padi. Menjadi petani memang susah. Kita harus bertahan agar bisa memanen ini semua. Cukup diam, dan nikmati prosesnya. Nanti kalau sudah beduk, kita istirahat. Semangat Tuan Arga!"
Zuma tertawa sambil menyemangati Arga yang susah payah membersihkan tanaman tidak berguna.
Arga baru sadar, untuk mendapatkan satu biji padi, harus berkorban luar biasa. Semua badan gatal dan lelahnya tak karuan. Itulah yang dirasakan oleh Arga Dinata.
Beda kalau bekerja sebagai CEO. Duduk di kursi empuk, dilayani banyak orang. Hanya pikiran yang lelah. Namun, menjadi petani pikiran dan raga semuanya lelah.
Matahari sudah menaik pas di atas ubun-ubun. Para petani menghentikan aktifitasnya. Mereka membersihkan diri menggunakan mata air yang memancar dari gunung. Terasa segar saat mereka membersihkan diri. Termasuk Arga.
Zuma mengarahkan Arga untuk membersihkan diri di sendang yang tidak jauh dari sawah tersebut. Para warga, sengaja membuat tempat khusus yang terbuat dari bambu untuk memancarkan air dari pegunungan agar bisa mengalir di persawahan tersebut.
Tidak lama, Zuma menggelar tikar sederhana di tempat beristirahat yang berada di bawah pohon nangka. Terlihat beberapa pohon rimbun di sekitar area sawah.
Ada beberapa petani lainnya beristirahat di gubuk yang berada di tengah sawah. Pemandangan tersebut sangat memanjakan mata siapa saja yang melihatnya.
Sreg sreg!
Saat mereka menikmati bekal yang di bawa dari rumah, mereka mendengar suara orang berjalan dari arah jalan setapak.
Suara tersebut terdengar semakin dekat dari tempat di mana Zuma dan keluarganya beristirahat.
Ketika sudah jelas, Zuma, sang ibu dan Arga terkejut dengan siapa yang datang.
"Zaki?"
Bu Dijah memanggil Zaki yang ternyata dia tahu keberadaan mereka.
Terlihat wajah Zaki muram. "Zuma, Bu Dijah, kalian tega tinggalkan saya menunggu di luar rumah. Salah saya apa? Kalian kejam sekali!"
Zaki mulai berbicara. Ia tidak terima jika diacuhkan oleh Bu Dijah dan Zuma. Ia belum menyerah untuk mendapatkan Zuma agar menjadi miliknya kembali. Ia sudah jauh-jauh datang dari Kota Jakarta. Pengorbanannya tidak mau sia-sia.
demi harta sanggup berjual beli...tampa memikirkan perasaan anak....egois....tepi....adakah Arga akan bahagia...pasti saja tidak...Arga amat mencintai Zuma...walaupun demikian....Arga perlu bertegas pada Papa Wira Arga....bahawa kamu tetap dengan keputusan mu memilih Zuma....kebahagiaan adalah penting walaupun nama mu di coret dalam keluarga....bawa diri bersama Zuma ke tempat lain dan buktikan bahawa tanpa harta keluarga kamu boleh bahagia gitu..lanjut...