apa jadinya kalau seorang istri dari CEO ternama selalu dipandang sebelah mata di mata keluarga sang suami.
kekerasan Verbal sekaligus kekerasan fisik pun kerap dialami oleh seorang istri bernama Anindyta steviona. memiliki paras cantik ternyata tak membuat dirinya di hargai oleh keluarga suaminya.
sedangkan sang suami yang bernama Adriel ramon hanya mampu melihat tanpa membela sang istri.
hingga suatu hari Anin mengalami hal yang membuat kesabaran nya habis.
akan kah Anin dapat membuat keluarga suaminya itu menerima balasan dendam darinya. semua jawaban itu terkuak dari novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifa Riris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
"Apa?"
Nita membungkam mulut Jessica langsung, Seraya berkata."Pelan-pelan kak."
Merasa terlalu keras dalam berkata. Jessica pun mengangguk paham.
Sembari berbisik. "Tapi, apa yang kamu maksud itu benar? Semua harta Eyang milik Anin. Dan kalian cuman diberi satu rumah aja."
Dengan malas, Nita mengangguk kan kepalanya.
Disisi lain Jessica merasa kalau ini adalah waktu yang tepat untuk dirinya dapat memiliki Adriel sepenuhnya.
"Emm... Nita!" Panggil Jessica, sembari menatap lekat kearah gadis itu.
"Iyah kak, ada apa?"
"Kakak bisa bantu keluarga kalian untuk dapatin semua harta kalian lagi."
Mendengar ucapan Jessica. Yang seakan ingin memberikan bantuan akan masalah yang kini keluarganya hadapi. Tentu dengan senang hati Nita ber antusias menjawab ucapan Jessica.
"Beneran kak?" Imbuh Nita.
"Em, beneran."
Pelukan pun langsung Nita berikan pada Jessica. "Kakak memang benar-benar kakak ipar idaman."
"Benar kah?"
"Em, apa kakak tau? Ketika Eyang memutuskan untuk menikahkan kak Adriel dengan jalang gembel itu. Aku nggak pernah menganggapnya kakak ipar ku sama sekali."
"Kau sangat membenci nya?"
"Sangat! Sangat, sangat membenci nya."
Serasa mendapat peluang paling menguntungkan untuknya. Tentu kesempatan ini tak akan di sia-siakan begitu saja oleh Jessica.
Tak lama pintu kamar Nita terketuk.
Tok tok tok
"Siapa?"
Tok tok tok
Mendengar hanya mendapat jawaban ketukan. Nita pun beranjak dari tempat duduknya dengan raut wajah cukup kesal. "Siapa sih? Ganggu aja. Bentar yah kak." Ucap Nita pada Jessica.
"Iyah."
Cekklekk
Suara pintu kamar pun terbuka.
Mara Nita menatap kearah Anin yang kini telah berada tepat di depan kamarnya.
"Ngapain ketok ketok?" Tanya Nita dengan nada cukup sinis.
Tanpa ada senyuman. Anin menjawab tak kalah sinis. "Cepet masak, aku laper."
Serasa tak percaya akan apa yang di ucapkan oleh Anin. Sontak Nita langsung memberi lontaran kata pada kakak iparnya itu. "Apa? Lo nggak salah ngomong gitu?"
"Cepet masak. Aku tunggu sampek nanti jam 7, kalau tetep nggak ada makanan di meja makan. Malam ini kamu nggak boleh tidur di kamar."
"Apa?"
Pandangan Anin menatap sekilas kearah Jessica yang duduk di atas ranjang Nita. "Sama sekalian bilang sama tamu kamu buat nggak terlalu lama bertamu di rumah orang." Tukas Anin.
"Eh jalang.... "
Belum sempat Nita melanjutkan ucapannya. Anin langsung menyelak begitu saja. "Kak Anin! Panggil aku kak Anin, inget. Kak Anin." Penekanan pada setiap lontaran kata yang Anin ucapkan.
Tangan Nita terkepal. Matanya menatap tajam kearah Anin.
Ketika Anin hendak melangkah pergi meninggalkan adik iparnya yang kini menatap dirinya penuh kemarahan. Tiba-tiba suara Jessica menyeruak begitu saja.
"Ternyata benar. Orang miskin dan orang kaya, memang sangat berbeda. Orang miskin seperti mu ini benar-benar nggak pantes di kasihani. Dikasih hati mintanya jantung, dikasih warisan sama yang pemilik rumah. Bukannya Terima kasih malah bertingkah." Ujar Jessica.
Anin membalikkan tubuhnya dan menatap tajam kearah Jessica. Tapi tak lama senyuman tiba-tiba terukir di kedua sudut bibir Anin. "Apa kau tau? Aku juga baru mengerti perbedaan wanita terhormat dan tidak terhormat."
"Maksudmu?"
"Apa kau memang sebodoh ini?"
Bukan hanya Jessica. Kini Nita pun ikut geram akan sikap berlagak dari Anin. Yang baru mendapat warisan dari Eyang nya.
Nita pun angkat bicara. "Udah lah kak, percuma ngomong sama jalang gembel. Nggak ada ujungnya, dia mana ngerti omongan orang kaya."
Mulut Anin serasa ingin tertawa. Akan tetapi ia tahan. "Em, kau benar. Tapi sayangnya sekarang yang menjadi orang miskin disini itu kamu bukan aku." Sahut Anin.
"Anin!" Sentak Jessica.
"Kenapa? Mau marah? Berasa udah jadi kakak iparnya, Iya? Yaudah bawa dia buat tinggal bareng kamu. Aku denger kamu orang kaya."
"Lo bener-bener yah......"
Tangan Nita hendak bersinggah di pipi Anin. Akan tetapi dengan cepat Anin menangkis perlakuan adik iparnya itu.
"Masak sekarang! Atau nanti malam kamu tidur di ruang tamu."
Setelah mengatakan itu, Anin beranjak pergi meninggalkan Jessica dan Nita dengan kekesalan dalam mereka berdua.
Jessica menatap Nita. Muncul ide agar Nita mau bekerja sama dengannya untuk menyingkirkan Anin dari kehidupan Adriel. "Kamu lihat kan Nita? Sekarang hujan kita hanya lah agar Anin pergi dari rumah ini untuk selama-selamanya." Ujar Jessica.
"Kak Jessica bener. Aku juga udah muak lihat jalang itu banyak tingkah."
Dalam hati Jessica berkata. "Mungkin kamu merasa telah menjadi istri yang sah untuk mas Adriel, tapi aku pastikan setelah ini aku lah yang akan menjadi istri mas Adriel. Hanya aku seorang."
********
Pukul 19.00
Anin melangkah menuruni tangga.
Matanya menatap kearah meja makan yang ternyata tak ada satu makanan pun disana. Bahkan Nita juga tak berada di dapur untuk memasak.
"Meski aku yakin dia nggak akan mau menurut. Tapi mungkin setelah malam ini ia akan tau, untuk tidak melakukan sesuatu keinginannya sendiri." Ucap Anin.
Langkah kaki Anin, melangkah kearah kamar Nita.
Brakk brakk brakk
Bukan ketukan pelan yang Anin berikan pada pintu kamar Nita. Akan tetapi pukulan cukup keras. Hingga suara itu pasti terdengar di kamar mertuanya. Yang kebetulan berada di dekat kamar Nita.
Cekklekk
"Apa-apaan sih lo? Main gebrak-gebrak kamar orang aja."
"Keluar!" Sahut Anin.
"Emangnya lo siapa? Ngatur-ngatur gue."
Tak ada niatan dalam diri Anin untuk bernegosiasi pada Nita.
Dengan kasar Anin menarik paksa pergelangan tangan adik iparnya. Bahkan teriakan Nita seakan tak Anin indahkan sama sekali.
"Lepasin! Dasar jalang sialan. Lepasin! Bangsat! Anjing! Jalan sialan!" Umpatan Nita keluar kan begitu saja.
Sedangkan Anin masih menarik paksa tangan adik iparnya sekarang.
Hingga mertua dan Adriel pun ikut serta di tempat itu. Mata mereka terkejut melihat Nita di perlakukan kasar oleh Anin.
"Anin!" Sentak Adriel.
Sembari membenarkan rambutnya. Bahkan tanpa rasa bersalah sama sekali. Anin menatap malas kearah Adriel.
Sedangkan mertua Anin memeluk Nita putri kandung nya sekarang. Dengan penuh kesedihan wanita paruh baya itu berkata. "Sayang! Kamu nggak papa kan? Dia ngapain kamu aja tadi."
Nita menangis tersedu-sedu sambil menunjukkan pergelangan tangan nya yang telah memerah. Seperti rengekan anak kecil. "Tangan Nita sakit ma." Jawab Nita.
Kini tatapan kemarahan mertua Anin mengarah pada gadis itu. "Dasar menantu kurang ajar kamu." Ujar Mama mertua.
"Kalau mama ingin aku bersikap baik dengan putri mama itu. Mama ajarin donk sama dia buat nurut ucapan pemilik rumah ini."
Plakk
Tamparan keras Adriel berikan pada pipi mulus Anin.
"Cukup Anin! Jangan buat kesabaran ku habis dengan sikap kurang ajar mu itu."
Kepala Anin mendongak menatap suaminya. "Kenapa? Kamu sakit hati lihat aku merlakuin keluarga kamu kayak gini, Iyah?"
Mata Anin memerah. Rasa sakit yang selama ini ia rasa seorang diri. Seakan mencuak kembali ketika menatap Adriel suaminya.
Laki-laki pertama yang pernah mengisi relung hatinya itu, dengan teganya selalu menjadi orang yang pertama paling menyakiti dirinya.
"Anin!" Bentak Adriel.
Tangan pria itu hendak melayang kembali kearah pipi gadis itu.
Sambil nafas yang tersengal-sengal Anin berucap dengan cukup keras. "Tampar aku, tampar sampai kamu puas. Apa belum puas selama ini kamu nyiksa aku ha?"
Mata suami istri itu saling pandang.Tangan Adriel seakan tak tega menampar istrinya untuk kedua kalinya.
"Selamanya aku akan tetap sendiri. Semua orang hanya menganggap ku angin berlalu, yang tak patut di beri kasih sayang." Ucap Anin dalam hatinya.
Bersambung.