Di jual oleh Bapak dan di beli Dosen tampan.
Kinayu, gadis berumur 22 tahun di jadikan sebagai alat penebus hutang. Menjadi istri dari Yudha Prasetya, yang ternyata adalah seorang dosen serta anak dari pemilik kampus tempatnya menimba ilmu.
Kenyataan pahit harus kembali ia terima saat dirinya mengetahui fakta jika ia bukan yang pertama. Bahkan harus tinggal satu atap dengan istri pertama.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka?
Apakah Kinayu kuat saat ia tau tujuan Yudha menikahinya?
Ig: weni0192
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Kini Yudha sudah membawa Kinayu pulang kerumah. Sepanjang perjalanan tak ada yang membuka suara. Bahkan untuk menatapnya Kinayu serasa enggan. Andai saja Yudha bisa bersikap layaknya teman. Mungkin Kinayu pun akan sedikit luluh, tapi status mereka justru bagai musuh.
Sampai di rumah Kinayu segera masuk tanpa bicara, Yudha hanya melihat pergerakannya hingga naik ke tangga dan hilang di balik pintu kamar. Pria itu mengusap kasar wajahnya. Kemudian menutup pintu rapat dan naik ke kamar utama yang sudah di bersihkan oleh Bibi kemarin.
Sampai malam tiba, Kinayu tak kunjung keluar dan Yudha pun hanya diam di kamar merenungi apa yang terjadi dalam hidupnya. Dan harus bagaimana ia dalam bersikap. Karena tak mudah baginya menerima dan tak mudah baginya untuk mundur dan melepas.
Adanya Kinayu beberapa Minggu ini sudah membawa hal berbeda di hidupnya. Membuat ia merasakan di hormati dan di layani sebagai suami.
Tapi untuk rasa Yudha belum mengerti kemana arahnya, karena niat awal menikahinya adalah mencari wanita yang bisa memberikannya anak dengan darah dagingnya sendiri. Dan membahagiakan orang tuanya dengan menghadirkan cucu.
Mengingat sudah jam delapan malam, Yudha keluar kamar hendak makan malam. Kinayu pun harus minum obat, tapi ragu untuk menyambangi kamarnya yang tertutup rapat. Niat mengetuk pintu saja Yudha urungkan karena hatinya yang tiba-tiba gelisah.
"Apa yang terjadi denganku....."
Hingga ia memutuskan untuk turun kebawah dan makan tanpa ada Kinayu yang akhir-akhir ini menemani.
Yudha mengambil makan sendiri, makanan yang sudah di siapkan oleh Bibi sebelum pulang kerumah. Ia pikir sudah terbiasa dan tak ada efek apapun saat makan sendirian. Tapi baru ingin menyendok kan makanan ke mulut, bayangan Kinayu kembali mengganggu pikiran.
"SHIIITT....."
Yudha meletakkan sendok dan garpu lalu bergegas naik ke lantai atas menuju kamar Kinayu berada. Beberapa kali mengetuk pintu tapi tak kunjung di buka, hingga pikiran buruk menyerang. Tapi saat mengetuk untuk kesekian kalinya, perlahan pintu terbuka menampilkan wanita cantik mengucek mata.
"Ada apa Pak?" lirihnya menatap Yudha dengan mata menyipit, sudah di pastikan Kinayu bangun karena mendengar ketukan pintu dari luar.
"Turun dan makan malam, setelahnya minum obat dan kembali tidur lagi!"
Kinayu menganggukkan kepala, dengan patuh ia mengikuti Yudha di belakangnya. Melihat piring yang sudah terisi makanan di hadapan pria itu padahal belum ada yang di panasi.
Akhirnya Kinayu ikut duduk dan membiarkan mereka makan dalam keadaan dingin. Toh Kinayu sering begini, hanya kasian saja pada Yudha. Tapi sepertinya ia sudah terbiasa.
"Makanlah!"
Kinayu tak menjawab, dia segera mengambil makanan dan makan dengan tenang. Hening, hanya sendok dan garpu yang bertemu di atas piring sebagai pengisi suara.
Hingga makanan habis mereka masih diam. Kinayu mengambil piring kotor milik Yudha dan membawanya ke wastafel. Membereskan meja makan dan memasukkan makanan yang masih ada ke dalam kulkas.
Semua pergerakan Kinayu ada di bawah pengawasan matanya. Tak ada yang terlewat hingga kedua pasang mata itu bertemu dan saling sapa kemudian kembali terputus karena Kinayu segera menunduk dan menaiki tangga menuju kamarnya.
Yudha mengikuti langkahnya dengan memberi jarak, ia terus menatap punggung kinayu hingga membuka pintu kamar.
"Aku tak meminta mu untuk mengunci pintu!" tegasnya sebelum Kinayu masuk ke dalam kamar.
Langkah Kinayu sempat terhenti tapi tak ada niat untuk menoleh ke arah Yudha yang berdiri sejajar di depan pintu kamar utama, cukup mengerti akan arti ucapannya dan masuk ke dalam kamar tanpa menjawab.
Kinayu menarik nafas dalam, mungkin seperti ini lebih baik dari pada harus banyak bicara berakhir percuma. Bersikap datar walaupun itu keluar dari jati dirinya. Cukup mengerti tugas dan perannya tanpa harus banyak bicara.
Malam ini Silvi tidak pulang, sempat mengabari Yudha, jika ada pemotretan di luar kota. Tak ada niat membalas hanya menghela nafas panjang kemudian merebahkan tubuhnya di ranjang.
Sudah hafal dan paham akan pekerjaan Silvi yang berakibat jarang pulang. Dan tak merasa kesepian karena dia sudah terbiasa dengan statusnya, menikah tapi bagaikan duda.
Tepat tengah malam Yudha tak kunjung menutup mata, ntah apa yang membuatnya gelisah di kamarnya sendiri. Kamar yang sejak 5 tahun menjadi tempat ternyaman untuk menghabiskan malam. Tapi malam ini seakan hampa.
"Kenapa dengan ku...."
Yudha mencari posisi yang memudahkannya untuk terlelap tapi tak kunjung mata mau terpejam. Hingga ia memutuskan untuk duduk di sofa dan membuka email dari asisten nya, mengecek beberapa pekerjaan yang tadi belum sempat di lihat di kantor. Dan berharap akan tiba rasa kantuk.
Hampir jam dua dini hari, Yudha masih berkutat di depan laptop. Rasa kantuk yang ia harapkan tak kunjung datang. Tapi justru matanya semakin terang belum ada tanda ingin terlelap.
Berulang kali mengusap kasar wajahnya dan berganti pakaian yang mungkin berpengaruh dengan kenyamanan. Yudha memilih memakai kaos dan celana pendek selutut. Memposisikan diri di ranjang senyaman mungkin. Berusaha terpejam tapi pikiran melalang buana.
Hingga matanya kembali terbuka menatap langit-langit kamar dan mencoba memecahkan teka-teki apa yang harus ia lakukan agar bisa tidur tenang.
Pagi ini Kinayu terbangun karena merasa kebas di kaki, bahkan rasanya semakin tak tahan dan hampir menimbulkan rasa semacam gigitan semut di sebelah kakinya.
"Eeuuugghhh.....kenapa dengan kakiku," keluhnya dengan mata terpejam. Belum ada niat membuka mata karena ia rasa langit masih gelap.
deg
Kinayu membuka mata saat posisinya semakin tak nyaman dan tubuhnya serasa begitu berat. Dia penasaran dengan benda apa yang menindihnya bagai besi tak bergerak.
"Kenapa bisa tidur di sini..."
Kinayu berusaha untuk mengangkat tangan pria itu yang singgah di perut dan menguasai tubuhnya. Belum lagi kaki yang menindih seperti memeluk bantal guling. Sungguh berat sedangkan tubuhnya tak sebanding dengan Yudha.
Kinayu begitu kesulitan, dan Yudha tak kunjung mengubah posisinya. Hingga ia merasa lelah dan menyerah. Tanpa terasa kembali memejamkan mata dengan posisi menghadap ke Yudha.
Ketukan pintu kembali membuatnya terjaga, tubuhnya ringan dan mudah untuk bergerak. Mata Kinayu terbuka, mencari sesuatu yang tadi sempat membebani tubuhnya. Tapi ranjang kosong tak menyisakan apa-apa.
"Masak iya tadi cuma mimpi, apa udah pindah ke kamarnya lagi."
Ketukan pintu kembali terdengar membuatnya dengan segera turun dari ranjang dan membuka pintu kamar.
"Non...di tunggu tuan untuk sarapan."
Memang ini jam berapa Bi?" tanyanya dengan suara serak dan mata yang masih menyipit. Bahkan keadaannya tampak berantakan dengan dua kancing piyama bagian atas terbuka. Bibi mengulum senyum melihatnya, tapi kemudian menyadarkan istri muda majikannya jika hari sudah hampir siang.
"Ini sudah jam 8 non."
"Hahh.......!!!"
terima kasih
saat membacanya aqu 😭😭😭
karna samaa