Tak perlu menjelaskan pada siapapun tentang dirimu. Karena yang menyukaimu tak butuh itu, dan yang membencimu tak akan mempercayainya.
Dalam hidup aku sudah merasakan begitu banyak kepedihan dan kecewa, namun berharap pada manusia adalah kekecewaan terbesar dan menyakitkan di hidup ini.
Persekongkolan antara mantan suami dan sahabatku, telah menghancurkan hidupku sehancur hancurnya. Batin dan mentalku terbunuh secara berlahan.
Tuhan... salahkah jika aku mendendam?
Yuk, ikuti kisah cerita seorang wanita terdzalimi dengan judul Dendam Terpendam Seorang Istri. Jangan lupa tinggalkan jejak untuk author ya, kasih like, love, vote dan komentarnya.
Semoga kita semua senantiasa diberikan kemudahan dalam setiap ujian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DTSI 17
"Bukannya benar yang dikatakan kakakku, kamu itu murahan." Balas Wandi yang tidak perduli dengan perasaan Irma.
"Apa, mas?" Sahut Irma dengan mulut terbuka, kakinya mundur berlahan mendengar ucapan suaminya yang begitu jelas menghina dirinya.
"Pikir saja sendiri, aku muak dengan sikapmu itu." Balas Wandi dengan cueknya, lalu pergi begitu saja meninggalkan Irma yang langsung tergugu. Air matanya berjatuhan dengan kata kata Wandi.
"Jadi benar, kamu masih menginginkan Ningsih, mas?
Jahat kamu, mas. Aku bahkan rela melakukan apapun agar bisa kita bersama lagi. Aku sudah memberikan kamu motor baru sesuai yang kamu mau. Bahkan aku sering memberikan uang untuk keluarga kamu, agar mereka menyayangi aku. Tapi ini balasan kamu, sedikitpun kamu tidak pernah menghargai perasaanku." Batin Irma pilu, hatinya benar benar terluka dengan sikap Wandi yang gampang berubah ubah. Namun, Wandi lebih sering berbuat kasar padanya. Terlanjur cinta dan teramat sayang, sehingga Irma menutup mata dan hatinya dari perlakuan yang tak wajar dari Wandi. Cinta sudah mematikan akal sehatnya.
********************************
Susana di meja makan mendadak hening, satupun tidak ada yang berbicara. Larut dengan pikiran masing masing dan lebih memilih fokus dengan makanan yang ada di piringnya masing masing.
Yayuk yang sudah selesai makan, tanpa bicara langsung pergi meninggalkan meja makan dengan membawa piringnya, lalu dia cuci dan letakkan ditempat piring. Sedangkan Bu Patmi hanya diam, hatinya masih kesal karena sikap Yayuk dan Wandi. Sedangkan Irma, terlihat hanya mengaduk aduk makanan yang ada di piringnya dengan wajah sembab. Wandi yang melihat sikap istrinya justru terkesan cuek, bahkan dia makan dengan lahapnya, setelah kenyang pergi begitu saja tanpa mau tau perasaan istrinya yang tengah terluka.
"Wand, mbak mau ngomong sama kamu." Yayuk memanggil Wandi untuk duduk dengannya di ruang tamu. Tanpa banyak bicara Wandi menuruti ucapan kakaknya.
"Ada apa, mbak?
Untuk kelakuan Irma yang tadi, aku minta maaf. Aku janji, Irma tidak akan pernah lagi berani bersikap kasar ke mbak. Karena aku akan negur dia dengan keras, biar tidak terus bersikap sesukanya." Wandi tanpa diminta langsung membahas sikap Irma tadi siang pada kakaknya. Yayuk hanya mengangguk dan tak ingin terlalu menanggapi hal yang berkaitan dengan Irma.
"Aku sudah muak dan malas bicara soal istrimu itu. Aku hanya ingin mengingatkan kamu soal kewajiban pada Salwa. Dia darah dagingmu dan akan tetap jadi tanggung jawab kamu sampai kapanpun. Jadi, berikan haknya. Kasihan Salwa, dia yang harus menderita karena keegoisan kamu." Tekan Yayuk dengan tatapan tajam mengarah pada Wandi yang terlihat menarik nafasnya dalam. Tanpa mereka sadari, Irma tengah menguping di balik tembok pembatas ruang tengah.
"Aku gak mau, Ningsih yang menikmati uangku. Kalau aku memberikan nafkah pada Salwa, pasti Ningsih yang akan menguasainya. Aku gak iklas, mbak. Aku benci sekali dengan perempuan sombong itu." Balas Wandi dengan raut wajah yang sudah menegang. Tak dipungkiri, Wandi marah dan kesal karena Ningsih sudah berani meminta cerai.
"Pikiranmu terlalu dangkal, Wan. Berapa jumlah yang kamu berikan untuk Salwa, sampai kamu bisa punya pikiran sepicik itu?" Geram Yayuk yang tak bisa mengerti dengan jalan pikiran adiknya itu.
"Lima ratus ribu satu bulan. Cari uang susah, itu saja sudah bisa nabung kalau uangnya tidak dipakai sama Ningsih untuk kebutuhannya." Sahut Wandi enteng, membuat Yayuk semakin geram dengan mata melotot menatap adiknya.
"Kenapa sih, mbak? Aku cuma gak mau dimanfaatkan sama Ningsih dan keluarganya, enak saja. Aku yang kerja banting tulang, mereka dengan enaknya mau habiskan uangku." Sambung Wandi yang menyadari ekspresi kesal kakaknya.
"Dasar bocah gendeng!
Uang lima ratus sebulan kamu pikir cukup?
Salwa itu sudah besar, dia sudah sekolah. Dia sudah tau beli jajan, bayar uang sekolah, masih minum susu dan belum lagi harus makan makanan yang bergizi. Lima ratus jaman sekarang dapat apa to, Wan?
Kamu harus kasih sejuta buat Salwa tiap satu bulannya. Sudah gak usah mikir yang aneh aneh, Ningsih bukan perempuan serakah kayak si Irma." Tekan Yayuk panjang lebar, membuat Irma panas dan tak terima mendengar ocehan kakak iparnya itu.
"Kenapa sih, mbak?
Kamu suka banget ngurusin rumah tanggaku dengan mas Wandi. Masih untung mas Wandi mau kasih uang ke Ningsih, dari pada tidak sama sekali. Dan kamu mas, awas saja kalau kamu sampai nambahin uang jatah buat anakmu itu, aku bakalan minta pisah sama kamu. Enak saja, aku yang kerja, kamu yang enak enakan mau habisin." Sungut Irma tak terima, Yayuk mengerutkan keningnya mendengar ucapan Irma. Sedangkan Wandi diam tak merespon.
"Heh pelakor, Wandi itu kerja dan punya gaji. Ngapain dia pakai uangmu buat kasih ke anaknya. Dasar kamunya saja yang serakah, dasar perempuan ular!" Bentak Yayuk dengan geramnya.
"Tau apa kamu, mbak?
Tanya tuh adikmu, gajinya berapa, seuprit." Sahut Irma dengan menjentikkan jarinya, bibirnya tersenyum meremehkan.
"Cukup, Irma! Jangan kurang ajar kamu, sekali lagi kamu meremehkan ku, aku tidak akan segan untuk meninggalkan kamu." Bentak Wandi dengan wajah mengeras, Irma langsung diam dan pergi meninggalkan ruang tamu dengan kaki di hentakkan.
"Apa maksud istrimu, wan?" Tanya Yayuk yang belum paham dengan maksud ucapan Irma barusan.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
Novel baru :
#Dendam terpendam seorang istri
Novel Tamat
#Anak yang tak dianggap
#Tentang luka istri kedua
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)
#Coretan pena Hawa (Tamat)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)
#Sekar Arumi (Tamat)
#Wanita kedua (Tamat)
#Kasih sayang yang salah (Tamat)
#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )
#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)
#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)
#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)
#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ tamat ]
#Bidadari Salju [ tamat ]
#Ganti istri [Tamat]
#Wanita sebatang kara [Tamat]
#Ternyata aku yang kedua [Tamat]
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️