Kisah cinta si kembar Winda dan Windi. Mereka sempat mengidamkan pria yang sama. Namun ternyata orang yang mereka idamkan lebih memilih Windi.
Mengetahui Kakanya juga menyukai orang yang sama dengannya, Windi pun mengalah. Ia tidak mau menerima lelaki tersebut karena tidak ingin menyakiti hati kakaknya. Pada akhirnya Winda dan Windi pun tidak berjodoh dengan pria tersebut.
Suatu saat mereka bertemu dengan jodoh masing-masing. Windi menemukan jodohnya terlebih dahulu dibandingkan Kakaknya. Kemudian Winda berjodoh dengan seorang duda yang sempat ia tolak lamarannya.
Pada akhirnya keduanya menjalani kehidupan yang bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecelakaan
Dua hari kemudian.
Windi benar-benar fokus mengerjakan projeknya.Ia dapat menyelesaikan lebih awal. Hari ini, ia akan datang ke kantor Javier untuk menyerahkan file projek yang dibuatnya. Ia akan pergi ke sana naik mobil bersama Noval.Motornya ia tinggal di perusahaan.
Windi berjalan beringan dengan Noval menuju lantai bawah.
"Mereka kelihatan tidak canggung." Ujar salah satu karyawan.
"Mungkin Windi teman Pak Noval." Sahut yang lain.
"Mungkin juga mereka memang ada hubungan."
"Kalian membicarakan siapa?"
"Eh, Pak Doni. Itu si Windi, barusan jalan bareng Pak Noval."
"Kalian tidak usah mengurus orang lain, urus saja diri sendiri."
"I-iya Pak."
Doni merasa kecewa. Ternyata anggapannya tentang Windi selama ini salah. Padahal ia salah paham
"Aku mengagumi orang yang salah." Batinnya.
Noval dan Windi sedang dalam perjalanan menuju kantor Javier. Perjalanan cukup macet hari ini. Windi meminta Noval agar menyetel musik lagu sholawatan. Mereka berhenti karena lampu merah.
"Itu kan...."
"Noval, ada apa?"
"Mbak lihat cewek yang pakai sepeda motor itu di samping Mbak."
Windi menoleh ke kiri. Memang ada gadis berjilbab mengendarai motor matic sedang berhenti di samping mobil mereka.
"Iya, kenapa emangnya?"
"Gebetanku, Mbak."
"Ah yang bener?"
"Iya, tapi susah banget aku ngejar dia."
"Yaelah... seorang direktur kok susah cari perempuan. Langsung lamar saja."
"Kalau yang mau sama aku banyak Mbak. Tapi kalau yang aku mau bukan seperti mereka, tapi seperti dia."
"Aku buka ya kacanya..."
"Eh jangan Mbak...!"
"Kenapa?"
"Pokoknya jangan! Nah sudah lampu hijau nih."
Noval melanjutkan perjalanannya. Windi terus mengorek agar Noval mau menceritakan gadis tadi.Jika dari ceritanya, Noval yang memang dasarnya tengil seperti Ayahnya, membuat gadis tersebut tidak yakin kepadanya. Windi hanya bisa tertawa mendengar ceritanya.
Akhirnya mereka sampai di kantor Javier. Noval langsung turun di depan kantor dan menyerahkan kunci mobilnya kepada salah satu Karyawan untuk memarkirkan mobilnya.
"Kamu sudah biasa ke sini, val?"
"Baru dua kali ini."
Mereka masuk ke dalam. Ternyata Noval sudah ditunggu oleh Tomi, asisten pribadi Javier.
"Selamat siang, Tuan Noval. Bos sudah menunggu anda."
Tomi melirik perempuan di samping Noval.
Sementara Windi memberikan senyum manisnya seraya mengangguk kepala. Tomi pun membalasnya.
"Ini, Nona Windi?"
"Ah iya, ini Nona Windi. Dia salah satu devisi desain grafis yang baru di perusahaan kami."
"Salam kenal, Nona."
"Iya, salam kenal juga Pak."
"Mari, ke atas."
Mereka naik lift khusus menuju ruangan Javier.
Tok tok tok
"Masuk."
"Bos, Tuan Noval sudah sampai. "
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam... mari masuk Tuan Noval. Nona Windi."
Setelah mengantarkan Noval dan Windi, Tomi keluar dari ruangan itu dan menu tutup pintu. Noval dan Windi duduk di sofa dalam ruangan itu. Sebelumnya mereka berbasa-basi. Javier mencuri pandang kepada Windi. Hal tersebut tak luput dari perhatian Noval. Windi yang sebelumnya menunduk akhirnya mendongak. Dan tidak sengaja pandangan mereka bertemu untuk yang ke sekian kalinya.
"Mata itu. Ah tidak tidak!" Batin Windi.
Tomi datang lagi membawa minuman untuk mereka. Lamunan Windi buyar saat Javier angkat suara.
"Silahkan diminum dulu. "
"Terima kasih, Tuan Javier."
Setelah ngobrol santai sebentar, mereka membahas hasil desain label produk. Javier sudah sangat cocok dengan hasil desain Windi.
"Tuan Noval, untuk mahar desain nanti biar saya transfer langsung ke rekening perusahaan anda."
"Terima kasih, Tuan Javier."
"Ia sama-sama."
"Semoga kita bisa melanjutkan kerja sama lagi."
"Saya sangat berharap itu, Tuan Javier. "
Setelah menyelesaikan urusannya, Noval dan Windi pamit pulang.
"Balik ke kantor lagi, Tuan Noval?"
"Oh tidak, kami akan langsung pulang. Saya mau mengantarkan Nona Windi pulang."
"Oh iya, kalau begitu hati-hati."
"Iya, Terima kasih. Kami pergi dulu."
Javier menatap kepergian mereka, hingga ia tidak sadar jika Tomi sudah ada di hadapannya. Sepertinya ada sesuatu yang ia pikirkan.
Sementara Noval dan Windi masuk ke dalam mobil. Noval melajukan mobilnya ke arah rumahnya. Windi juga, akan langsung ke sana karena hari ini ada acara peringatan 1000 hari meninggalnya Kakek Ferdi. Semua keluarganya juga sedang berkumpul di sana.
Acara pengajian dan do'a bersama diadakan setelah shalat Maghrib.
Sementara Javier pulang ke rumah agak malam karena masih menyelesaikan pekerjannnya. Saat ini Javier sedang di perjalanan pulang.Ia melewati jalanan yang cukup sepi. Javier melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi karena melihat jalan yang sepi. Namun hari ini nahas baginya. Ada seorang penjual bakso gerobak yang tiba-tiba menyebrang bersama dengan gerobaknya. Javier kehilangan kendali sehingga ia membanting setir dan menabrak tiang listrik. Terjadi benturan hebat.
Duar...
Mobil bagian depannya meledak. Terjadi konsleting pada mesinnya. Bapak penjual bakso langsung teriak minta tolong.
"Tolong... tolong.... "
Kebetulan ada mobil yang lewat.
"Pak pak tolong ada yang kecelakaan itu!"
Orang tersebut bersama warga lain berusaha mematikan api dan mengeluarkan Javier dari dalam mobilnya.
Cetar....
Ummah yang saat ini sedang makan malam tiba-tiba menjatuhkan gelas yang ia gunakan untuk minum.
"Astagfirullah.... "
"Ummah, hati-hati!"
"Iya kak, hati-hati." Sahut Bibi.
"Perasaanku tidak enak."
Tiba-tina handphone Ummah berdering.
"Iya selamat malam... "
"............ "
"Betul, saya orang tuanya Javier."
"....... "
"Apa? A-apa saya salah dengar?"
"...... ..... ....... "
Tubuh Ummah merosot ke bawah.
"Ummah... Ummah... ada apa?"
"Hiks... hiks... Bah, Javier kecelakaan."
Babah langsung mengambil alih handphone ummah. Sang penelpon mengabarkan bahwa Javier saat ini telah dibawa ke rumah sakit. Dan mobilnya sedang berada di kantor polisi.
Ummah menangis tersedu-sedu.
"Ummah jangan begini! Ayo kita lihat keadaan Javier. Berdo'alah! Semoga anak kita baik-baik saja.
Babah segera memanggil sopir untuk mengantar mereka ke rumah sakit Angkatan Laut. Javier dibawa ke sana karena itu adalah rumah sakit terdekat dari kejadian. Bibi dan Paman pun ikut ke rumah sakit. Babah juga menghubungi Kanzha, Kakak perempuan Javier.
Tidak lama kemudian, mereka sampai di rumah sakit. Mereka langsung menuju IGD.
Mereka dapat melihat Javier saat ini tidak sadarkan diri. Darah bercucuran di kepalanya. dan bagian tangannya terkena luka bakar. Melihat hal tersebut, Ummah merasakan sesak di dadanya. Ia berusaha menguatkan diri dan menahan tangisnya.
"Bagaimana dengan anak kami, dok?" Tanya Babah.
"Cukup parah Pak, semoga tidak terjadi gegar otak. Kami akan melakukan rontgen."
Setelah hasilnya keluar dapat diprediksi kepalanya mengalami luka dalam karena benturan yang cukup keras. Sepertinya ada darah yang menggumpal di kepalanya. Tangannya hanya mengalami luka bakar tapi kaki kanannya retak.
Ummah tak bisa lagi menahan tangisnya.
"Ya Allah... Javier... "
Bibi memeluk Ummah memberikan kekuatan. Meskipun Bibi sendiri sangat sedih melihat keadaan keponakannya. Kanzha dan suaminya baru sampai di rumah sakit. Ia juga shock melihat keadaan saudaranya.
Bersambung...
...****************...
Aku kasih double up hari ini ya kak. Makasih selalu support author.
semangat menulis dan sukses selalu dengan novel terbaru nya.
apa lagi ini yang udah 4tahun menduda. 😉😉😉😉😉😉