"Bagaimana cara mendapatkan mu?"
Yigon yang didesak ayahnya untuk segera menikah pun merasa kebingungan. Tak lama kemudian, dia jatuh cinta dengan seorang gadis SMA yang baru pertama kali di temuinya. Berawal dari rasa penasaran, lama-lama berubah menjadi sebuah obsesi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anak Balita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Cemburu
Fairy yang masih merasa kesal dengan Yigon pun membanting pintu mobil dengan cukup keras. Yigon tidak tahu kenapa Fairy melakukan itu, padahal dia sudah minta maaf dan mengaku tidak mengetahui apapun tentang kejadian pagi tadi.
"Sudah cukup! Sebaiknya kita berhenti saja sampai disini paman! Karena makin hari, hubungan kita semakin aneh saja. Walau yang aneh itu adalah diri paman sendiri, Riri gamau nanti kenapa-napa," kata Fairy memutuskan.
"Kenapa kau mengatakan hal itu sayang? Bukankah aku sudah meminta maaf kepadamu? Kau kan juga tahu, kalau aku tidak mengingat apapun tentang kejadian tadi malam. Ah, jangan bilang kau ada menyukai pria lain?" tanya Yigon tiba-tiba.
"Hah? Riri tidak!" sahut Riri membantah prasangka Yigon.
"Kau berbohong kepadaku! Kau memutuskan hubungan denganku karena memiliki pria lain bukan? Jujur saja padaku, apa kau akan tinggal bersamanya? Apa kau akan selalu bersamanya dan melakukan berbagai hal dengannya?" Yigon mengintrogasi.
"A-apa sih?!" Fairy kesal.
"Itu menjijikan! Apa kau juga akan berciuman dengan pria itu? Entah kenapa aku merasa mual saat membayangkan dirimu berciuman dengan laki-laki lain, selain diriku," kata Yigon yang makin ngelantur.
"Sial! Jangan membayangkan hal yang aneh-aneh tentang Riri!" Fairy marah.
Ia hendak memukul Yigon dari samping, tapi dengan cepat Yigon berhasil menghindari nya dan menyelamatkan dahi Fairy yang hendak beradu dengan kaca jendela mobil.
Muach!
Ciuman lembut mendarat di pipi Fairy. Gadis itu terkejut, dia berontak dan pipinya memerah hingga ke telinga.
"Dasar cabul! Apa yang paman lakukan?" Fairy membentak.
"Kau hanya boleh melakukannya denganku, aku akan bertanggungjawab untuk hal itu. Jadi lakukan saja denganku! Jangan memikirkan pria lain! Pikirkan diriku!" Yigon membuat Fairy ketakutan.
"TIDAK!!!"
Fairy terjebak di dalam genggaman tangan Yigon. Kini sulit untuknya menghindari Yigon atau memang Yigon adalah takdir untuknya?
...----------------...
Sesampainya di rumah keluarga Doori, Fairy keluar dari mobil sendiri tanpa di bukakan pintu oleh Yigon terlebih dahulu. Tapi langkahnya terhenti saat Hiden menunggunya di depan rumah sambil melirik jam tangannya dengan tatapan tajam dan sinis.
"Dimana kau menginap semalam?" tanya Hiden.
Fairy melirik ke arah Yigon yang masih berada di dalam mobil, saat Yigon hendak keluar dari mobilnya untuk menjelaskan kejadiannya kepada calon kakak iparnya itu, Hiden langsung menarik tangan Fairy dan membawanya masuk ke dalam tanpa menghiraukan Yigon diluar.
"Kakak! Hiks, lepaskan Riri! Tangan Riri sakit!" Fairy memberontak.
"Mulai berani ya? Siapa yang mengajarimu untuk melakukan hal yang kelewatan seperti itu? Sudah melakukan apa saja kau dengan laki-laki itu? Jawab! Apa saja hal yang sudah kau lakukan dengannya?!" Hiden memarahi Fairy yang masih menangis.
TOK! TOK! TOK!
"Dokter Hiden! Tolong dengarkan penjelasan ku! Jangan sakiti Fairy! Biar aku yang menjelaskan!" teriak Yigon yang menyusul Hiden dan Fairy.
Hiden yang kesal pun berdecak dan berjalan mendekati pintu. Tatapan dan ekspresi marahnya sangat jelas terlihat terukir di wajahnya. Hiden sangat membenci sosok Yigon yang berada di hadapannya.
Pria yang lebih tinggi dan lebih tua darinya itu benar-benar membuatnya ingin segera memukulnya. Banyak hal sudah Yigon rebut darinya, Hiden benar-benar tidak terima dengan kehadiran sosok Yigon kepada adiknya yang paling ia sayangi.
"KE-LU-AR!!" Hiden menunjuk gerbang rumahnya dengan telunjuk.
"Hiden Doori. Kenapa kau begitu pengecut sampai tidak mau mendengarkan penjelasan orang lain? Apa kau takut kebusukan mu kini terungkap lagi?" Yigon balik mendominasi.
Mendengar kata 'terungkap lagi', Hiden kembali merasa was-was jika Yigon benar-benar sudah mengetahui hal yang ia lakukan kepada Kirie.
"Sebenarnya siapa laki-laki ini? Kenapa dia mengetahui segala hal?" pikir Hiden.
"Jangan coba-coba mengancam tanpa adanya bukti! Itu namanya tindak pencemaran nama baik, aku bisa menuntut mu jika kau terus melakukan ancaman seperti itu! Sekarang keluar! Aku ingin mendisplinkan Fairy terlebih dahulu, selanjutnya adalah giliranmu!" kata Hiden.
BRAK!
Pintu tertutup dengan keras.
...----------------...
Di dalam rumah, kini giliran Hiden yang mengintrogasi Fairy. Tangannya memegang kedua pipi Fairy agar matanya terfokus menatap ke arahnya.
"Kau... Belum menjawab pertanyaan ku tadi," kata Hiden.
"Apa sih kak? Riri tidak melakukan apa-apa dengannya! Kenapa kau tiba-tiba-"
"Lalu ini apa?" Hiden tiba-tiba membuka kancing baju Fairy yang ia kancing kan sampai leher.
Fairy terdiam, ia tidak bisa menjawab pertanyaan kakaknya itu, karena dia sendiri tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di malam kemarin. Hanya saja ia tidak merasakan sakit pinggang atau lain-lain, jadi dia berharap Yigon tidak melakukan apapun bersamanya, hanya sekedar tidur bersama.
"Kau tidak bisa menjawabnya bukan? Dasar nakal! Kau-"
Drrrt! Drrtt!
Ponsel Hiden bergetar karena mendapatkan panggilan dari rumah sakit. Dia mengambil ponselnya tapi tidak ingin mengabaikan Fairy begitu saja.
"Iya halo, dokter Hiden di sini," sapanya.
"Dokter! Ada pasien darurat yang harus segera di operasi, tolong segera datang ke rumah sakit agar pasien bisa diselamatkan dok!" kata seorang dokter dari balik telepon.
"Tidak mau. Jadwal kerja saya mulai sore nanti, saya tidak ada jadwal pagi hari ini," Hiden menolak.
"Anda seorang dokter, tapi tidak memiliki hati nurani. Saya kecewa dengan anda, dokter Hiden,"
Mendengar kata 'kecewa', Hiden langsung berfikir ulang dan auto mengiyakan permintaan tolong dokter seniornya itu.
"Saya hanya bercanda. Saya akan ke rumah sakit sekarang, tunggu ya dok," kata Hiden.
Sambil berdecak dia terlihat sangat kesal, karena hal itu dia tidak bisa lanjut mengintrogasi Fairy dan memojokkan nya agar berhenti menyukai Yigon.
"Kau! Lihat saja nanti! Aku tidak akan pernah menyetujui hubunganmu dengan anak sulung keluarga Moera itu!" Hiden menatap tajam ke arah Fairy yang sudah berhenti menangis.