Nasyifa Zahira Jacob..gadis cantik,ceria dan multi talenta,hidup di keluarga harmonis dan sangat di sayang oleh kedua orang tuanya,juga Kakak sepupu laki-lakinya,dimanja bak putri raja, hidupnya seakan tak pernah ada masalah,nyaris sempurna
Gerald Alexander Lemos...pemuda tampan,genius,multi talenta..terlahir dari keluarga harmonis dan kaya raya,merajai pasar modal Asia dengan berbagai bisnis yang keluarganya punya,siapa yang tidak kenal keluarga Alexander dan keluarga Lemos? penyatuan keluarga terpandang yang sulit untuk di taklukkan.
Bagaimana jadinya jika seorang gadis manja dengan penuh kelembutan di satukan dengan pria dingin,arogan dan tak tersentuh?
kisah mereka yang belum usai membuat pertemuan pertama setelah sekian lama terpisah menjadi kisah penuh rasa..sakit,kecewa,namun membuat keduanya harus terikat pada satu hubungan rumit.
Mampukah keduanya memecahkan benang merah antara mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisha Langsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
Syifa mengerjap kan matanya, mencoba menghalau silau mentari yang memantul dari kaca jendela kamarnya, perlahan mengedarkan pandangannya dan menyadari ia berada di kamar miliknya di kediaman kedua orang tuanya.
Deg..
Jantung Syifa seakan berhenti berdetak, saat menyadari posisinya yang berbeda dalam dekapan seseorang, matanya menatap tubuh atletis yang tengah merengkuhnya dengan begitu posesif, membuat wajah putihnya bersemu merah,ternyata yang ia sangka guling dan begitu nyaman ia peluk itu adalah sang suami.
Perlahan Syifa mengangkat wajahnya, mendongak menatap wajah tampan Gerald yang tepat berada di atas kepalanya,wajah putih bersih Gerald dengan mata terpejam bak bayi yang tengah tertidur, hidung mancung nya dengan bibir merah alami, menambah kesan sempurna sebagai makhluk ciptaan Tuhan,Tuhan sangat menyayanginya, terlahir dalam keluarga kaya raya,di hadiahi dengan wujud yang nyaris sempurna,serta IQ di atas rata-rata, sungguh nikmat mana lagi yang harus ia dustakan.
" Kakak tau ngak? Kakak itu pria paling egois yang pernah Fa kenal, kenapa sih kakak bohong sama ayah?,trus Nikahi Fa secepat ini,Fa masak aja belum bisa" omel Syifa lirih, mengomentari pria yang saat ini telah bergelar suami untuk nya.
" Tapi aku tampan kan? Karena kamu milik aku" jawab Gerald tenang dengan mata yang sudah terbuka sempurna,mata tajam nya menatap intens wajah Syifa yang seketika gelagapan karena ketahuan sedang mengomentari tentang dirinya.
" Ka-kak sudah bangun?" tanya Syifa gugup, rasanya ia ingin menghilang saat itu juga.
" Bahkan sejak 30 menit yang lalu" jawab Gerald santai.
" Fa-fa mau Shalat, takut telat" ucap Syifa cepat, tangan nya berusaha memindahkan tangan Gerald yang masih berada di pinggang ramping nya.
Tak menjawab, Gerald hanya mengangguk pelan seraya mengulum senyum, melihat wajah malu Syifa, perlahan ia melepaskan pelukannya, membiarkan sang istri lepas dan melaksanakan kewajiban nya sebagai Muslim.
Mata tajam Gerald terus memperhatikan segala gerak gerik Syifa sejak keluar dari kamar mandi hingga Syifa memulai ibadahnya.
Setelah nya Gerald memutuskan untuk mandi,ia tak berniat kembali ke kantor,sang papa beberapa kali menghubungi nya, menanyakan tentang kesiapan dirinya untuk mengawasi proyek yang bakal berlanjut nantinya.
" Kamu Doa apa aja,kok lama banget?" tanya Gerald saat melihat Syifa yang sudah menyelesaikan ibadah nya dan menyimpan perlengkapan ibadah nya.
" Banyak, terutama untuk keselamatan dunia akhirat dan doa supaya di berikan keberkahan yang melimpah dan di ampuni dosa-dosa yang kita perbuat secara sengaja atau tidak sengaja" jawab Syifa lembut.
" Cuma itu? Ga doain aku?" tanya Gerald dengan nada protes,ia seakan tak terima jika sang istri tidak memprioritaskan dirinya.
" Udah.." jawab Syifa polos.
" Doain apa aja buat aku?" tanya Gerald penasaran.
" Minta agar diberikan kesehatan, rezeki berlimpah,di berikan keberkahan umur, penyayang dan bertanggung jawab " jawab Syifa lembut.
" Cuma itu? ga ada yang lain lagi?" tanya Gerald masih belum puas dengan jawaban sang istri.
" Sayang keluarga, sayang dan setia sama istri" jawab Syifa lirih, wajahnya sedikit merona saat mengucapkan itu,sikap nya yang terbiasa tak pandai berbohong membuat ia menjawab pertanyaan Gerald dengan jujur.
Gerald mengulum senyum mendengar doa terakhir sang istri, perlahan melangkah mendekati Syifa yang terlihat asyik membolak-balik halaman buku ditangan nya.
" Kenapa ada doa yang seperti itu Hem? Takut aku selingkuh?" tanya Gerald usil,seraya mengusap lembut puncak kepala Syifa yang terbungkus hijab instan.
" Emang ada ya istri yang ga takut suaminya selingkuh? Di poligami secara baik-baik aja ga semua istri bisa terima dan ikhlas, apalagi di selingkuhi" jawab Syifa dengan wajah cemberutnya.
" Bukannya tadi ada yang bilang kalau suaminya jahat ya? "goda Gerald.
" I-itu juga gara-gara Kakak, tiba-tiba nikahi Fa tanpa ada persetujuan,Fa kan belum ngerti cara menjadi istri " jawab Syifa lirih.
" Aku ga minta apapun dari kamu, cukup cintai aku dengan sepenuh hati kamu, jangan pernah berfikir untuk meninggalkan aku dan bersedia menjadi ibu untuk anak-anak ku kelak" jawab Gerald serius, matanya menatap intens wajah cantik Syifa.
" Tapi Fa ingin seperti orang-orang yang katanya melayani suaminya" jawab Syifa lirih, matanya berkaca-kaca.
" Melayani itu banyak banget maknanya sayang....aku hanya butuh kamu layani di kamar saja, selebihnya ada asisten" jawab Gerald santai, tangan kekarnya mengusap lembut pipi putih mulus Syifa.
" Terus yang lainnya siapa yang siapin, asisten pribadi kakak?" tanya Syifa polos, membuat Gerald gemas dan reflek mengecup puncak kepalanya.
" Aku menikahi kamu untuk ku jadikan teman hidup, tempat ku pulang, tempat ku mencurahkan segala resah dan bahagia ku,bukan menjadikan mu sebagai pelayan, paham?" ungkap Gerald lembut, entah mengapa tiba-tiba ia bisa bersikap begitu romantis, membuat Syifa terbawa perasaan dan merasa sangat terharu.
Ingin ia menghambur ke dalam pelukan hangat sang suami,tapi rasa malu membuat Syifa hanya bisa terdiam mendengar apa yang baru Gerald ungkap kan padanya,ada rasa ragu dalam hati kecil nya, mengingat dulu Gerald juga pernah bersikap begitu manis padanya,namun tiba-tiba berubah tanpa ia tau alasan nya.
" Kakak sayang Fa?" tanya Syifa tiba-tiba, membuat Gerald mengernyit heran, apakah istri polosnya itu tidak bisa merasakan kasih sayang yang ia tunjukkan sejak pertama mereka bertemu?, batin nya.
" Sangat.." jawab Gerald singkat.
" Trus kenapa dulu kakak tiba-tiba marah ke Syifa dan jahat banget?" tanya Syifa sendu, matanya berkaca-kaca mengingat sikap Gerald saat tiba-tiba berubah beberapa tahun lalu.
" Maaf...itu karena aku lihat kamu makan di cafe dengan dia,belanja di supermarket,kalian terlihat begitu dekat dan kamu terus tersenyum saat bersama nya,dan lihat kamu di peluk saat di depan rumah" jawab Gerald jujur,ia tak ingin lagi ada salah paham di antara mereka.
" kenapa kakak ga langsung tanya ke Syifa? kenapa harus langsung ambil kesimpulan sendiri? Fa aja yang lihat kakak di peluk sama kakak cantik itu ga marah" ucap Syifa cepat, ngakunya ga marah,tapi cara bicaranya penuh dengan penekanan, membuat Gerald sangat ingin tertawa,ia seorang pebisnis mana mungkin ia ga tau gelagat bicara lawan bicaranya.
" Kapan? Emang siapa yang peluk aku Hem?" tanya Gerald yang memang tak mengingat tentang Cindy yang pernah memeluknya saat acara party di cafe, karena baginya itu sesuatu yang sangat tidak penting.
" Waktu di cafe itu,Fa lihat Kakak berdiri di balkon cafe dan di peluk kakak cantik" jawab Syifa Ketus.
" Oh..itu.. itukan dia yang meluk aku,bukan aku yang meluk dia" jawab Gerald santai,ia begitu menikmati wajah cemberut Syifa.
" Sama aja, kakak juga menikmatinya" jawab Syifa bertambah ketus.
" Cuma itu sekali kok, selebihnya ga pernah lagi dan ga akan pernah ada wanita lain yang aku biarkan meluk aku, karena cuma kamu yang boleh peluk-peluk aku,mau peluk sekarang?" goda Gerald setelah menjawab ucapan Syifa.
" Paan sih..ga malu" omel Syifa lucu.
" Loh..kenapa harus malu? Kita itu suami istri,halal loh yang..ayo peluk,atau aku aja ya yang peluk kamu" ucap Gerald semakin gencar menggoda sang istri.
" Kakak.." jerit tertahan Syifa saat tangan kekar Gerald benar-benar memeluknya, hidung mancungnya menyusup di ceruk leher Syifa,menghirup aroma lembut yang terasa sangat menenangkan baginya, membuat Syifa sedikit memberontak,selain merasa geli ia juga merasa sangat canggung dan malu,ini pertama kalinya ia sedekat itu dengan lawan jenis selain keluarga nya.
" I love you" bisik Gerald lembut tepat di telinga Syifa, membuat gadis cantik itu terdiam mematung, jantung nya semakin berdegup kencang,sebuah kata-kata yang baru pertama ia dengar dari seorang pria, kata-kata bak sebuah mantra, Syifa menatap lurus ke luar jendela.
" Jawab dong yang..." pinta Gerald.
" Apa?" tanya Syifa polos, pikiran nya seakan kosong, kecerdasannya seakan hilang entah kemana.
" I love you my wife.." ulang Gerald,ia menopang dagunya di atas puncak kepala Syifa, matanya juga menatap keluar jendela.
" Kenapa Hem? Kamu masih belum percaya dengan apa yang baru saja aku ungkapkan?" tanya Gerald lembut,kecupan bertubi-tubi ia labuhkan di puncak kepala Syifa yang masih terbungkus hijab.
" Jangan di jawab... cukup kamu terus berada di sisi ku,itu sudah lebih dari kata itu" ucap Gerald lembut, walaupun sejujurnya ia sangat ingin mendengar kata itu dari bibir sang istri,tapi ia harus mengalah mengingat wanita yang ia nikahi itu bukanlah seperti wanita lain yang paham dengan hal-hal romantis semacam itu, istrinya terlalu lugu dan ia sangat menyukai keluguan sang istri.
Adegan romantis pasangan pengantin muda itu harus terhenti saat terdengar suara ketukan pada pintu kamar yang mereka tempati,disertai dengan suara lembut bunda Almira yang meminta keduanya untuk turun, karena Taufik akan pulang.
" ada apa Bun?" tanya Syifa saat pintu sudah terbuka.
" Itu Abang kamu mau pamitan ,mau balik ke apartemen nya,ajak juga suami kamu,agar tidak terjadi salah paham lagi" jawab bunda Almira lembut.
" Ia Bun, sebentar lagi kami turun" ucap Syifa patuh,dan di angguki sang Bunda.
" Cepetan ya, jangan lama-lama,nanti aja di lanjutin lagi kangen-kangenan nya" ucap bunda Almira seraya menggoda sang putri.
" Paan sih bunda ini" Rajuk Syifa malu
Setelah peninggalan sang Bunda, syifa kembali menutup pintu kamar nya.
" Ada apa?" tanya Gerald yang baru saja mengalihkan perhatian nya dari handphone di tangan nya.
" Bunda minta kita turun sebentar, Abang Taufik mau pamitan balik ke apartemen nya" jawab Syifa apa adanya.
" Ya sudah kamu ganti baju dulu,aku tunggu disini,sekalian balas pesan email dari Dewa" jawab Gerald singkat.
" Buat apa ganti baju? Kan ga kemana-mana,cuma di rumah aja,kita kan ga harus antar Abang ke apartemen nya" Jawab Syifa polos.
" Kamu pakai baju seperti itu? Gak...pakai baju yang lebih besaran dikit " ucap Gerald tegas,ia tak setuju Syifa keluar dengan piyama panjang, baginya itu terlihat seksi.
" Ini udah biasa kak, biasanya juga gini kok saat di rumah, kalaupun ada Abang,kan Fa tetap pakai hijab dan juga bajunya panjang " jawab Syifa lembut.
" Tapi kamu jangan jauh-jauh dari aku ya,harus tetap di samping aku" perintah Gerald tegas.
" Ia ... Ayo " jawab Syifa singkat,ia baru tau kalau ternyata pria yang bergelar suami itu bersikap sangat aneh menurutnya, belum tau aja Syifa bahwa suaminya itu sangat posesif dan pencemburu.
Pasangan muda itu keluar, Gerald dengan sigap menggenggam erat tangan Syifa, membuat Syifa sedikit risih,ia belum terbiasa di perlakukan seperti itu oleh pria, terlebih lagi semua itu sangat tiba-tiba untuk nya.
" Abang udah mau pulang?" tanya Syifa lembut saat sudah berada di ruang keluarga, terlihat Taufik yang sedang berbicara dengan sang bunda, sedangkan Gerald semakin erat menggenggam tangan Syifa.
" Iya Dek..Abang pulang ya,masih banyak banget laporan yang harus Abang serahkan besok ke pihak yang memakai jasa kami" jawab Taufik santai, sekilas matanya melirik tangan Syifa yang terlihat di genggam oleh Gerald, membuat hatinya tersenyum miris.
" Hati-hati ya bang sering-sering mampir jenguk bunda sama Ayah, Fa kan tinggal di rumah orang tua kak Gerald" ucap Syifa lembut, matanya berkaca-kaca.
" Insyaallah Abang akan berusaha sering mampir,kamu juga baik-baik ya, jadi istri yang baik untuk suami, jangan manja lagi,udah jadi istri itu artinya udah dewasa,ingatlah selalu bahwa seorang istri adalah pakaian bagi suaminya,maka itu jagalah selalu kehormatan suami dan keluarganya, jangan sampai orang menganggap Ayah dan Bunda gagal mendidik kamu" Nasehat Taufik bijak.
" Ia Bang, insyaallah Fa akan ingat semua nasehat Abang dan Syifa janji akan berusaha menjalankan semua nya" jawab Syifa lembut seraya mengusap pelan sudut matanya.
Sedangkan Gerald tampak mengusap lembut punggung Syifa yang terlihat sedikit bergetar menahan tangis nya, bagaimana pun ia sangat dekat dengan Taufik sejak kecil, terlebih ia yang tak memiliki saudara kandung dan hanya Taufik dan adiknya yang cukup dekat dengan nya.
" Jangan nangis,kan udah Abang bilang jangan manja lagi, udah jadi istri dan semoga disegerakan Jadi ibu" goda Taufik.
" Apaan sih Abang ini" ucap Syifa cemberut, wajahnya sedikit merona, sedangkan Gerald terlihat santai.
" Amin..." jawab Gerald cepat, membuat Syifa menatap wajah tampan Gerald, dengan tatapan horor.
Setelah berpamitan, Taufik meninggalkan kediaman keluarga dokter Alamsyah, bersamaan hatinya yang terasa begitu perih,ia berharap agar segera bisa menghapus perasaannya pada Syifa, perasaan yang sejak awal sangat ingin ia bunuh dari dirinya,ia merutuki dirinya sendiri,mengapa harus jatuh cinta pada orang yang tidak seharusnya.
Sedangkan Syifa memilih menemani sang bunda yang terlihat sedang membantu bik Sum menyiapkan menu makan malam mereka, Gerald memutuskan kembali ke kamar Syifa,ia harus melakukan meeting virtual bersama beberapa klien nya yang berada di negara lain.