Rachel, seorang CEO muda yang sukses, hidup di dunia bisnis yang gemerlap dan penuh tekanan. Di balik kesuksesannya, ia menyimpan rahasia besar—ia hamil dari hubungan singkat dengan mantan kekasihnya, David, yang juga merupakan pengusaha terkenal. Tak ingin skandal mengancam reputasinya, Rachel memutuskan untuk menghilang, meninggalkan kariernya dan kehidupan glamor di kota besar. Ia memulai hidup baru di tempat terpencil, bertekad untuk membesarkan anaknya sendiri, jauh dari perhatian publik.
Namun, anaknya, Leo, tumbuh menjadi anak yang luar biasa cerdas—seorang jenius di bidang sains dan matematika. Dengan kecerdasan yang melampaui usianya, Leo kerap membuat Rachel terkejut sekaligus bangga. Di usia muda, Leo mulai mempertanyakan asal-usulnya dan mengapa mereka hidup dalam kesederhanaan, jauh dari kenyamanan yang seharusnya bisa mereka nikmati. Ketika Leo secara tak sengaja bertemu dengan David di sebuah kompetisi sains, masa lalu yang Rachel coba tinggalkan mulai terkuak, membawa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21: Di Ambang Pengkhianatan
Malam itu, hujan turun deras, menyelimuti gedung perkantoran yang biasanya dipenuhi cahaya. Kini gedung itu hanya disinari lampu-lampu redup, menambah kesan kelam pada suasana. Leo duduk di ruang kerja ayahnya, menatap kosong ke arah jendela, pikirannya kacau balau.
Selama beberapa hari terakhir, Leo merasakan sesuatu yang aneh. Informasi yang ia terima, petunjuk yang ia peroleh dari berbagai sumber, seolah membentuk sebuah teka-teki yang menyeramkan tentang sosok yang dikenal sebagai "Bayangan". Yang membuatnya semakin cemas, adalah kenyataan bahwa pria itu tahu terlalu banyak tentang keluarganya.
---
Ketika Leo sedang memikirkan semua itu, pintu ruang kerja terbuka. David, ayahnya, masuk dengan raut wajah tegang. David tampak letih, seolah baru saja melewati malam panjang penuh pertemuan rahasia yang melelahkan.
“Kau masih di sini, Leo?” David mengerutkan kening. “Bukankah sebaiknya kau pulang lebih awal?”
Leo menoleh pelan, menatap ayahnya dengan tatapan penuh kecurigaan. “Papa… ada sesuatu yang ingin kutanyakan.”
David terlihat terkejut. “Tentu, apa yang ingin kau ketahui?”
“Apa benar… ada seseorang bernama Bayangan yang mengincar kita?” tanya Leo langsung, tanpa basa-basi.
David terdiam, sejenak menunduk, seolah mencoba menyusun kata-kata. “Dari mana kau mendengar nama itu?”
Leo menatap tajam. “Ada orang yang menyebutnya saat aku sedang meneliti proyek yang Papa kerjakan.”
David menghela napas, wajahnya berubah serius. “Bayangan… bukan sekadar ancaman biasa. Dia adalah seseorang yang tak punya batas, Leo. Dia bisa menghalalkan segala cara demi mencapai tujuannya.”
---
Leo merasakan ketegangan yang tak biasa di udara. Ada sesuatu yang tidak diucapkan, seolah David menyembunyikan bagian dari cerita yang penting.
“Apa Papa juga terlibat dengan Bayangan?” tanyanya ragu, tapi matanya tetap tajam mengamati reaksi ayahnya.
David terlihat terguncang, tapi ia tetap tenang. “Leo, ada hal-hal yang sebaiknya kau tidak tahu. Kadang, semakin sedikit yang kau ketahui, semakin aman.”
“Tapi aku sudah cukup besar untuk memahami risiko ini, Pa,” Leo mendesak. “Kalau Papa menyembunyikan sesuatu dariku, bagaimana aku bisa melindungi diri?”
David terdiam sejenak, kemudian mengambil kursi di depannya. “Leo, ini bukan tentang melindungi diri. Ini tentang menjaga keluarga kita tetap utuh. Bayangan… dia punya cara untuk memanipulasi orang. Kau harus hati-hati.”
Leo menelan ludah, mencoba memahami kata-kata ayahnya. “Kalau begitu, apa sebenarnya yang dia inginkan dari kita?”
David menatap Leo dalam-dalam, ada kepedihan dan keraguan di matanya. “Kau, Leo. Dia menginginkanmu.”
---
Rahasia yang Terkuak
Leo terdiam, tak percaya. “Menginginkanku? Untuk apa?”
“Karena… dia tahu kau memiliki potensi yang luar biasa,” jawab David pelan, suaranya mulai bergetar. “Bayangan melihatmu sebagai seseorang yang bisa ia latih untuk menjadi penerusnya. Dia tahu kau memiliki bakat yang istimewa.”
“Lalu, apa Papa berencana menyerahkanku begitu saja?” Leo mulai emosional, matanya menatap tajam, penuh dengan luka batin yang selama ini ia sembunyikan.
David tampak terguncang. “Leo, jangan bicara seperti itu. Aku takkan pernah menyerahkanmu pada siapapun.”
“Tapi Papa diam saja selama ini! Papa tahu kalau aku menjadi incaran, tapi Papa tak pernah bilang apa-apa,” tuduh Leo dengan nada getir. “Apakah Papa benar-benar peduli padaku?”
David terpaku, suaranya melembut. “Aku melakukan ini semua untuk melindungimu, Leo. Kadang, mengungkapkan segalanya hanya akan membuatmu semakin terjebak dalam masalah ini.”
---
Saat suasana semakin memanas, suara ketukan di pintu mengagetkan mereka berdua. David dan Leo saling berpandangan sebelum David memutuskan untuk membuka pintu.
Di sana, seorang pria berdiri, berpakaian hitam rapi dengan wajah dingin. Leo mengenalinya sebagai pria yang sering dilihatnya bersembunyi di sudut-sudut kantor.
David menghela napas panjang, wajahnya berubah tegang. “Apa kau sudah cukup memantau kami?”
Pria itu tersenyum tipis. “Bayangan ingin tahu apakah kalian sudah siap. Leo, Bayangan telah menunggu saat yang tepat untuk memperkenalkan dirinya padamu.”
Leo merasa merinding. Ia tahu bahwa permainan ini telah memasuki babak yang lebih berbahaya. “Apa maksudnya?” tanyanya tegang.
Pria itu mengangguk pelan. “Jika kau bersedia, dia ingin menemuimu. Tapi ingat, ini bukan hanya sekadar pertemuan. Sekali kau memasuki dunia Bayangan, kau takkan bisa kembali seperti semula.”
---
David langsung berdiri, menolak. “Tidak! Aku takkan membiarkan Leo bertemu Bayangan.”
Namun, Leo merasa ada sesuatu yang memicunya untuk mengetahui lebih dalam. “Papa, mungkin ini satu-satunya cara untuk mengakhiri semua ini.”
David terkejut, menatap putranya dengan tatapan penuh kekecewaan. “Leo, kau tak tahu apa yang kau bicarakan. Sekali kau masuk dalam dunia itu, kau akan kehilangan segalanya yang berarti.”
Leo menatap ayahnya dengan mata berkilat. “Tapi kalau aku tidak melakukannya, sampai kapan kita akan terus hidup dalam bayang-bayang ketakutan ini, Pa?”
David hanya bisa terdiam, terlihat bimbang dan tak berdaya. Ia tahu bahwa dengan atau tanpa persetujuannya, Leo telah membuat pilihan.
“Baiklah,” kata David akhirnya, dengan nada pasrah. “Jika ini yang benar-benar kau inginkan, maka aku takkan menghalangimu. Tapi, ingatlah satu hal, Leo. Jangan pernah percaya pada siapapun, bahkan pada dirimu sendiri.”
---
Langkah Awal Menuju Bahaya
Mereka meninggalkan kantor dengan perasaan yang bercampur aduk. Di luar, seorang pria berjas hitam menunggu mereka, mengisyaratkan agar mereka mengikuti mobilnya. Leo menoleh pada David, melihat ayahnya tampak lelah dan pasrah.
“Papa, apa kita benar-benar harus melakukan ini?”
David menatapnya dengan mata yang dipenuhi peringatan. “Ini langkah pertama, Leo. Tapi begitu kita masuk, takkan ada jalan kembali.”
Leo menggenggam tangan ayahnya, merasakan ketegangan yang mengikat mereka berdua. Tanpa kata-kata lagi, ia menguatkan hatinya, siap menghadapi bahaya yang mengintai di depan sana.
Dengan perasaan was-was, mereka menuju pertemuan yang akan mengubah hidup mereka selamanya. Mampukah Leo menghadapi Bayangan, atau justru terjerat dalam permainan yang tak berujung?