Warm Time With You
(Hangatnya Bersama mu)
....
Kalau penasaran dengan ceritanya langsung aja baca yaa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Udumbara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7
Amanda tersenyum lebar setelah ia memposting foto dirinya dan Zyan di akun instagramnya dengan caption 'Mulai sekarang dia anakku. Katakan hello untuk anak angkat ku'
Baru beberapa detik memposting foto, ponselnya sudah mulai berisik karena pasti banyak penggemarnya yang memberikan komentar.
"Nen.."
Amanda menatap baby Zyan dengan sedikit ragu. "Aku belum pernah menyusui bayi secara langsung. Bagaimana rasanya, ya? Kamu jangan gigit nipple mama, ya?" ujarnya memperingati bayi itu.
Zyan memang sudah memiliki empat gigi, dua diatas dan dua dibawah. Jadi, jika Zyan tertawa maka akan terlihat begitu menggemaskan karena giginya itu.
Seakan paham, Zyan menganggukkan kepalanya dan membuat Amanda tersenyum lega. la mulai membuka bajunya dan mengeluarkan satu payudaranya untuk menyusui bayi itu.
Zyan tertawa riang karena sudah lama ia tidak menyusu secara langsung. Zyan langsung melahap nipple itu dan menghisap nya.
"Ssshhh," Amanda menggigit bibir bawahnya. Ternyata begini rasanya menyusui, geli-geli dan ah, sulit untuk dijelaskan bagi ia yang pertama kali menyusui.
"Pelan-pelan Zyan," kata Amanda dengan suara tertahan.
Zyan menyusu sambil menatap Amanda, tangannya mencoba menjangkau wajah Amanda.
"Mau apa?" Amanda terkekeh dan meraih lengan mungil itu. Sesekali ia mencium gemes tangan kecil tersebut.
"Ganteng banget sih kamu,,," gemes Amanda menatap wajah Zyan.
Amanda menatap kearah jam dinding yang ada di kamarnya. "Masih ada waktu 2 jam sebelum mulai pemotretan. Kamu harus tidur saat mama kerja nanti, oke?" ujarnya.
Zyan mengedipkan matanya beberapa kali, ia tersenyum bahagia.
Amanda mengusap rambut Zyan dengan sayang. la merasa kasihan dengan anak sekecil itu sudah merasakan brokenhome. la langsung menyematkan dirinya sebagai ibu baru Zyan dan berjanji untuk merawat bayi itu.
"Eh? Nakal." Amanda terkejut karena Zyan malah meremas-remas sebelah gunung kembarnya. la tertawa saat melihat tatapan polos dari Zyan.
"Eeeeeee," ujar Zyan yang tak jelas.
"Ngomong apa sih? Mama gak ngerti,"
Zyan melepaskan nipple itu pada mulutnya dan berbicara. "Mam mam mam,"
"Utututu, gemes sekali sih anak mama...," tidak bisa, Zyan benar-benar menggemaskan dan ingin rasanya ia merawat Zyan selamanya.
Melihat Amanda yang gemes terhadapnya, Zyan tertawa riang. la kembali menyusu dan sebelah tangannya selalu memegang satu gunung kembar itu.
Amanda tersenyum dan mengambil ponselnya. la memotret dirinya yang sedang menyusui itu. "Kenang-kenangan," batinnya tersenyum senang.
Setelah memotret, ia memilih untuk membaca komentar-komentar penggemarnya tentang postingan yang baru ia post tersebut.
"Aaaa, baby nya lucu sekali. Siapa namanya, Kak?"
"Omo-omo, bayi itu tampan,"
"OMG! Itu kan anak kurir paket yang duda itu, Kak? Aaaa, beruntung sekali kamu merawat bayi itu, tambah beruntung jika kamu menikah dengan ayahnya @AdityaNanda yang tampan itu, Kak. Huhu, aku iri padamu."
"Ibu angkatnya cantik, anaknya tampan. Kalian cocok menjadi ibu dan anak yang sesungguhnya."
"Semoga jadi anak yang berbakti, ya."
"Bayi itu tidak akan menghambat pekerjaanmu, 'kan? Jangan sampai bayi itu membuatku berhenti menjadi model dan berhenti tampil di depan layar."
"Semoga bayi itu tidak menyusahkan."
Terdapat komentar pro dan kontra dalam postingannya. Namun, Amanda tidak ambil pusing dan mengacuhkannya saja. Fokusnya tertuju pada satu komentar yang nge-tag akun Aditya, ayahnya Zyan.
"Jadi, akun AdityaNanda itu ayah Zyan?" gumam Amanda yang baru tahu. "Ternyata dia salah satu penggemarku," ia terkikik sendiri.
"Follback ah,,," Amanda lantas mengikuti balik akun Aditya dan yang awalnya ia tidak bisa melihat postingan-postingan Aditya, sekarang ia sudah bisa melihat semuanya.
"Dimana mantan istrinya? Apa sudah dia hapus?" Amanda penasaran dengan sosok ibu Zyan sebelumnya. Di postingan Aditya hanya ada foto Adit sendiri dan Zyan.
"Dia yatim piatu, 'kah?" Amanda juga tidak menemukan postingan tentang keluarga Adit.
Amanda berhenti memantau akun Adit dan meletakkan ponselnya. la menatap Zyan yang sudah memejamkan mata itu dan hisapannya pun sudah mulai melemah.
"Seharusnya kamu tidur dengan nyaman dan tidak ikut ayahmu bekerja," ia membelai lembut pipi gembul Zyan.
***
"Kamu liat ini," Salsa memberikan ponselnya pada Rafli.
Rafli mengerutkan keningnya bingung. la menatap layar ponsel Salsa dengan serius. "Dia mengadopsi anak?"
Salsa mengangguk pelan. la menyimpan ponselnya kembali dan tersenyum miring. "Hidupnya begitu kesepian karena tidak punya teman. Kasian, bukan?"
Rafli terdiam sejenak dan memikirkan tentang Amanda. Amanda memang sering memintanya untuk datang dan menemani model cantik itu, tapi ia mengabaikannya karena menemani Amanda begitu membosankan. Bagaimana tidak bosan? la hanya boleh menyentuh Amanda sebatas mencium saja. Sedangkan ia pria yang mudah tergoda.
"Apa aku perlu kesana menemaninya?" tanya Rafli pada selingkuhannya.
Salsa menggeleng kuat dan menatap kesal pada Rafli. "Buat apa? Dia tidak bisa memuaskan mu, bukan?" ketusnya.
Rafli tersenyum miring. "Kamu mau menjadi model seperti Amanda?" bisiknya.
"Tentu." jawab Salsa cepat. Siapa yang tidak ingin terkenal seperti temannya itu? Semua orang mau.
Rafli kembali berbisik, namun kali ini lebih lama karena ia merencanakan sesuatu untuk membuat karir Amanda hancur.
Salsa yang mendengar itu tersenyum lebar. la mengecup bibir Rafli singkat. "Aku tidak tau kenapa kamu begitu ingin menghancurkan Amanda padahal dia baik dan yang terpenting Amanda itu pacarmu, tapi?" bingungnya namun senang dengan rencana kekasihnya itu.
"Aku benci dengannya karena ayahnya pernah buat ayahku bangkrut akibat tertipu," inilah alasan Rafli tidak ingin hubungannya dengan Amanda di publish, itu karena ia tidak ingin orang tua Amanda tahu siapa pacar anak gadis mereka itu. la sengaja mendekati Amanda hanya karena dendam.
"Tapi, bukankah Amanda juga yang membantu keuangan perusahaanmu sekarang?"
"Aku hanya memanfaatkan dirinya,"
Salsa tersenyum tipis. "Licik sekali," ujarnya.
***
Sepanjang perjalanan mengantar paket, Adit tak henti-hentinya memikirkan sang putra. Bukan karena ia tidak percaya terhadap Amanda. Tapi, Amanda seorang publik figur yang memiliki penggemar. la takut anaknya dihina karena dirawat oleh Amanda walaupun ia sudah diyakinkan.
Adit menatap bangunan mewah didepannya dan berhenti. "Ini alamatnya," gumamnya setelah memeriksa alamat pelanggannya.
la mengambil satu paket berukuran sedang dan berjalan menuju posko satpam yang menjaga rumah tersebut.
"Dimana satpamnya?" bingungnya yang tidak mendapati satpam disitu. "Yang mesan juga gak ada balas chat, bagaimana ini?"
Aditya menatap halaman luas tersebut dan kakinya melangkah menuju pintu utama. Sambil berjalan menuju pintu, Adit bermain ponselnya dan melihat postingan terbaru dari Amanda.
"Zyan terlihat senang bersamanya," batin Adit tersenyum. la membaca komentar-komentar dari postingan tersebut.
"Aku dan Amanda tidak akan bersatu karena kami beda kasta dan level," gumamnya terkekeh saat membaca komentar yang men-tag akunnya itu.
***
"Sudah 25 tahun dan detektif sekalipun belum bisa menemukan anakku yang hilang? Mereka benar-benar detektif atau hanya seorang hacker biasa, hah?! Padahal saya sudah menjamin bayaran yang fantastis untuk mencari keberadaannya."
Samar-samar Adit mendengar suara seorang pria didalam. Pintu rumah tidak tertutup rapat sehingga ia bisa mendengar suara yang ada didalam.
"Anak saya tidak mungkin meninggal! Kalau sudah meninggal, dimana jasadnya, hah? Dimana juga kuburnya? Saya yakin kalau dia masih hidup!"
Adit ragu untuk memencet bell karena sepertinya orang didalam rumah itu sedang dalam keadaan marah besar.
"Jangan sebut nama wanita itu lagi. Karena dirinya anak saya hilang diambil orang."
"Dia juga masih berusaha mencari anak kami? Jangan biarkan wanita itu menemukan anak saya terlebih dahulu karena dia ibu yang tidak becus!"
"100 milyar jika berhasil ditemukan."
Mulut Adit sedikit ternganga karena mendengar nilai fantastis itu. Selama ia hidup, ia tidak pernah melihat uang sebanyak itu.
"Pak,"
"Eh?" Adit terperanjat karena tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya. la menatap tak enak pada satpam yang baru saja nongol itu.
"Maaf lancang, Pak." kata Aditya meminta maaf.
Satpam itu mengangguk ramah. "Tidak masalah. Paket, ya?" tanyanya.
"Ah iya, ini." Adit menyerahkan paket tersebut pada sang satpam.
"Ini sudah dibayar?"
"Sudah, Pak."
"Terimakasih, ya."
"Sama-sama, Pak." Adit lantas berpamitan pada satpam tersebut.
"Bisa-bisanya kehilangan anak selama 25 tahun," gumam Adit tak habis pikir. Entah bagaimana kejadiannya sehingga bisa kehilangan anak selama itu.
"25 tahun? Mungkin anaknya sudah memiliki keluarga sendiri," sambungnya. la menaiki motornya dan mengernyit heran kala ada sebuah mobil yang berada tak jauh dari rumah mewah itu.
"Kehidupan orang kaya benar-benar sulit. Sepertinya orang yang ada di mobil itu memantau rumah ini," Adit mengacuhkan itu dan pergi dari sana.
Satu-persatu paket telah Adit antar dan tidak terasa sudah siang hari. Seperti biasa ia mampir disebuah taman untuk istirahat dan makan siang.
"Bagaimana dengan Zyan?" ia mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan pada Amanda.
[Bisa PAP Zyan? Saya rindu dengannya,] Sambil menunggu balasan dari Amanda, ia makan terlebih dahulu..
Ting!
Adit minum terlebih dahulu sebelum membuka pesan balasan dari Amanda.
Amanda [//foto. Dia sedang bermain,]
Uhuk.. Uhuk..
Adit terbatuk dan matanya terbuka lebar karena foto yang Amanda kirim bukanlah foto anaknya yang sedang bermain melainkan foto anaknya yang sedang menyusu. Saat ia hendak memastikan foto itu kembali, ternyata sudah dihapus oleh Amanda dan gadis itu mengirim ulang foto Zyan yang sedang bermain.
Amanda [//foto. Hehe, maaf. Tadi ada kesalahan,]
[Tidak masalah. Apa pembantu Nona tidak risih difoto saat menyusui Zyan?]
Amanda [gdkshduhe]
Adit menaikkan sebelah alisnya saat melihat balasan tidak jelas dari Amanda.
Saya tidak mengerti bahasamu, Nona.]
Amanda [Lupakan. Aku mau makan siang dulu, kamu jangan lupa makan, bye..]
Adit mengangkat bahunya bingung, namun ia terkekeh karena menurutnya lucu. la memperhatikan foto anaknya lagi, di sana Zyan terlihat begitu senang karena dapat mainan baru. Sudah melihat foto anaknya, tiba-tiba foto yang di hapus Amanda tadi terlintas dalam pikirannya.
"Bukankah payudara tadi terlihat kencang? Apa benar itu milik pembantu Amanda yang notabene-nya udah tua?" batinnya bertanya-tanya.
***
"Huhu, Zyan, mama malu....." Amanda merengek sambil menenggelamkan wajahnya di bantal. la begitu malu karena salah mengirim foto pada Adit.
Bahkan saking malunya, tangannya bergetar saat mengetik sehingga mengirim pesan yang tidak jelas pada Adit.
"Mam.. Mam.. Mam,,," celoteh Zyan mengingatkan amandy untuk makan siang.
Mama malu lho... Gak bisa makan ini,,,"
"Nen,"
Amanda duduk tegak dan menatap dadanya. "Kalau kamu sama ayahmu nanti, jangan bilang kalau kamu nen langsung dari mama, ya? Mama tau kamu tidak bisa berbohong, tapi kamu harus berbohong demi mama, oke?" nasehatnya.
Zyan menatap polos pada Amanda. Ia tidak mengerti maksud dari ibu angkatnya itu. Biarpun paham, bagaimana ia bisa menceritakan semuanya pada sang ayah karena ia saja belum bisa bicara.
"Yeee, ni bayikk malah ngeliatin doang. lyain gitu apa yang dibilang mama," pungkas Amanda bersungut. la bahkan menganggukkan kepalanya untuk memberi contoh pada Zyan.
Zyan menurut, ia mengangguk dan membuat Amanda tersenyum senang. "Gitu dong,,"
🌸🌸🌸🌸🌸