NovelToon NovelToon
RAGA LANGIT

RAGA LANGIT

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:399
Nilai: 5
Nama Author: zennatyas21

Kisah sebuah pertemanan yang berawal manis hingga renggang dan berakhir dengan saling berdamai. Pertemanan yang salah satu diantara keduanya menaruh bumbu rasa itu terjadi tarik ulur. Sampai memakan banyak kesalahpahaman. Lantas, bagaimanakah kisah selanjutnya tentang mereka? apakah keduanya akan berakhir hanya masing-masing atau asing?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21. Adhara Aline

Sejak di sekolahan Adhara selalu aneh, seperti sedang menyembunyikan sesuatu yang orang lain tidak boleh tahu. Termasuk Langit. Langit juga merasa bingung dengan sikap Dhara yang diam terus sejak tadi pagi sampai kini pulang sekolah, ia melihat Adhara pulang mengendarai motor Scoopy nya sendiri.

Tumben, nggak berangkat pulang bareng sama Langit. Ada apa sebenarnya dengan Dhara?

"Ada yang kamu sembunyiin dari aku, Ra." lirih Langit menatap punggung gadis itu yang mulai menjauh.

Sekarang Langit harus pulang sendiri tanpa berbicara dengan Adhara. Sebenarnya ia ingin bertanya padanya, tetapi jelas seorang Langit tidak tega untuk melakukannya sebelum Dhara sendiri yang bercerita.

"Balik aja dulu, mungkin dia lagi butuh waktu buat sendiri." ucap Edgar di parkiran samping motornya Langit.

"Ada kalanya kita nggak ikut campur dulu soal dia kenapa, tunggu aja sampe dia mau cerita sendiri." ujar Rangga menepuk bahu Langit untuk menguatkan sahabatnya.

Langit menghela napas panjang. "Sebenarnya kamu kenapa sih, Ra." gumamnya meraup wajahnya pelan.

Hampir beranjak untuk pulang, tiba-tiba Riffa Cs datang menghampiri Langit dan kawan kawannya. "Perlu kita pantau pergerakannya si Ara, gue perhatiin kali ini dia punya masalah yang jelas gue lihat bener-bener nggak bisa dia ceritain." ucap Riffa bersidekap.

"Gue liat kayaknya dia punya luka lama, karena sejak dia masuk kita nggak pernah ngeliat dia aneh kayak sekarang kan?" sahut Kia.

"Cuma Langit yang bisa tanyain dia kenapa, gue yakin dia mau cerita sama Langit." ujar Rachel, si paling tau tentang Adhara.

Mendengar pendapat sahabatnya, Langit langsung menaiki motornya dan bergegas mencari Adhara yang entah pergi kemana. Pikirnya, gadis itu bukan pulang ke rumah.

"Jangan terlalu gegabah, Bro. Hubungin sepupunya dulu. Biar lo nggak sendirian cari dia, dan inget cuma sepupunya yang paling kenal sama Dhara." celetuk Gleen.

Langit merogoh saku celananya dan mendapati benda pipih yaitu ponsel. Dia mengetik nama Vano dan segera ia kirim pesan kepadanya.

Van,

Seharian Dhara aneh.

Gue ngerasa dia nggak pulang ke rumah.

^^^Pantau terus dia^^^

^^^Share lock titik arah dia pergi^^^

^^^Gue otw.^^^

^^^/Read^^^

Setelah mengirim pesan, Langit langsung kirim lokasi titik arah perginya Dhara.

"Thanks, gue cabut dulu." ucap Langit pada teman temannya.

"Hati-hati!" kompak teman-temannya.

•••••••

"Setiap dia lagi sedih, tempat yang selalu dia datangi adalah rumah jalan Cempaka nomer 3 masuk gang belok kiri." gumam Vano yang tengah ngebut mencari keberadaan Adhara seusai diberi kabar oleh Riffa Cs jika gadis itu belum sampai ke rumah.

Sementara Langit yang masih mencari Dhara, ia  berhenti sejenak untuk menenangkan pikirannya. Saya tidak ingin kamu terjadi apa-apa. batinnya.

Ponsel Langit berdering, ia pun mengangkat telepon dari seseorang yaitu Vano.

"Gak perlu nyari jauh-jauh, gue inget lokasi setiap dia lagi nggak baik-baik aja. Dateng aja ke rumah jalan Cempaka nomer 3 masuk gang belok kiri. Dan cat rumah itu warna putih, rumah tingkat dua." jelas Vano.

"Gue ke sana sekarang." jawabnya singkat.

Sesudah mendapat informasi keberadaannya Adhara, kini Langit memakai maps untuk sampai ke alamat yang di beri oleh Vano.

•••••

Tit tit...

Suara klakson motor Adhara sampai tepat di rumah yang akan dituju oleh Langit dan Vano. Ya, Jalan Cempaka nomor 3. Rumah lumayan mewah dengan bangunan tingkat dua. Dan variasi cat berwarna putih campur abu-abu.

"Eh, Non Dhara? Tumben banget ke sini? Udah setahun loh Non Dhara nggak main ke sini." ucap seseorang wanita paruh baya yang tengah menyapu di halaman rumah tersebut.

Dhara tersenyum tipis. "Iya, Bi. Cuma mau istirahat sebentar dari semuanya." ujar gadis tersebut salim pada Bi Salma.

"Kalo pengen cerita, cerita aja sama bibi, Nak. Bibi siap dengerin curhatan Non Adhara." ucap beliau tersenyum.

Dhara hanya senyum tipis. "Kalo gitu Dhara masuk dulu ya, Bii," katanya di angguki Bi Salma lalu ia masuk ke rumah yang terlihat mewah itu.

Sementara Vano dan Langit sudah sampai di jalan Cempaka. Namun, jika ingin menyusul Dhara harus melewati gang yang tidak terlalu lebar dan paling tidak hanya pas untuk kendaraan roda dua saja.

"Kita masuk ke gang ini, terus belok kiri ada rumah lumayan mewah. Catnya warna putih campur abu-abu." ucap Vano berhenti depan kompleks rumah warga.

"Kenapa Dhara pergi ke rumah itu?" tanya Langit yang melihat bangunan rumah cat warna putih itu terlihat paling tinggi dari perumahan warga yang lain.

Vano menatap Langit yang terus memikirkan keadaan Adhara. "Rumah itu adalah rumah asisten rumah gue. Namanya Bi Salma, beliau dikasih rumah segede itu sama papah gue, ketika beliau udah nggak punya keluarga dan cari kerja ke deket rumah gue. Ya karena dia terus mondar-mandir di jalanan yaudah gue ajak dia jadi asisten rumah tangga di keluarga gue. Dan bersyukurnya keluarga gue nerima beliau seperti keluarga gue sendiri." jelas Vano yang sudah berada di depan gerbang rumah tersebut.

Langit  menatap Bi Salma yang tengah menyiram tanaman depan rumah karena hari sudah sore. "Kenapa Bi Salma tinggal di sini? Beliau nggak kerja di rumah lo?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya.

Vano turun dari motor sportnya. "Keluarga gue itu baik, setiap satu bulan itu seluruh asisten di rumah gue dikasih libur. Dan libur itu nggak memotong gaji mereka. Jadi Bi Salma bisa kapan aja ke rumahnya selagi ngga terlalu di butuhin di rumah gue." detail Vano.

"Bi Salma di rumah selalu sendiri?" tanya Langit, kini ia baru melepas helm nya.

"Iya, setiap malem kalo gue nggak sibuk gue yang selalu nemenin dia. Dan nggak perlu heran kenapa Dhara pergi ke sini, karena cuma rumah ini yang bisa bikin dia tenang. Cuma ada Bi Salma yang selalu nanyain dia mau apa, dibuatin makanan kesukaannya. Intinya apapun itu Dhara lebih suka di sini." jelas Vano.

Vano membuka gerbang dan memanggil bi Salma. "Bi, Vano bawa temen nih." ucap Vano mendapati anggukan dari bi Salma.

Tak berlama-lama Vano mengajak Langit untuk masuk ke rumah Bi Salma. Kedua lelaki itu masuk ke dalam rumah yang lumayan mewah. "Ra, ini ada Langit." ujar Vano melihat Adhara yang tengah menonton film di laptopnya.

Film yang tengah ditonton Dhara itu genre romantis lalu film itu memperlihatkan adegan bahwa seorang cowok kecelakaan setelah satu hari dicuekin oleh sang cewek. Hal itu bersamaan dengan Langit yang tiba-tiba batuk.

Uhuk uhuk

Seketika mata Adhara membulat mendengar Langit batuk. Yang ada dalam pikirannya sekarang adalah adegan yang sedang ia tonton itu.

Gadis itu meletakkan laptopnya asal lalu memeluk Langit dengan erat. Langit awalnya terkejut bingung melihat sikap Adhara seperti itu. "Maafin aku ya, Lang. Dhara seharian cuekin semua orang termasuk Langit juga." katanya polos.

Langit menundukkan kepalanya menatap Dhara. "Nggak apa-apa, Ra. Aku ngerti kamu lagi nggak baik- baik aja. Aku hargain kamu cuekin aku seharian ini." jawab Langit lembut.

Vano sebal dengan tingkah Dhara yang seperti manja pada Langit. Ia pun berjalan menghampiri laptop milik Dhara karena ia merasa sikap aneh sepupunya itu berasal dari apa yang tengah di lihatnya.

Vano pun membawa laptop itu ke hadapan Langit dan Dhara. "Eh, udah-udah! Ngapain masih peluk pelukan lo berdua! Belum muhrim! Main seenaknya peluk-peluk sepupu tersayang gue!" protes lelaki itu menampakkan wajah galaknya.

Dhara hanya cengingisan setelah di omeli oleh Vano. "Dasar tukang iri! Huh, sepupu posesif!" ketus gadis tersebut mengata ngatai Vano.

Kok Adhara jadi manja ya? Nggak nggak nggak enggak! Tapi maaf ... Jiwa penulis Dhara yang kalem itu seketika berubah ketika ia bersama Langit.

Vano memicingkan matanya kesal, "Untung sayang, kalo nggak udah gue usir lo dari hidup gue!" ketusnya garang.

"Bodo!" ketus Dhara kesal.

Langit merasa tak enak pada Vano karena dirinya membuat Adhara menjadi manja seperti itu padahal bukan salahnya.

"Van, maaf gue bikin Dhara jadi manja." ucap Langit merasa bersalah.

"Bukan salah lo Bro, dia emang manja aslinya. Cuma kalo lagi di luar nggak pernah mengeluarkan sifat aslinya. Makanya dia terkenal penulis yang ramah, padahal mah nggak segitunya juga." jelas Vano merasa puas membongkar semua tentang Dhara.

Dhara melotot tajam pada Vano. "Pano mulai ya ..."

"Dhara nggak boleh kayak gitu sama Vano, dia kan kakak sepupu kamu. Nggak baik kayak gitu apalagi kamu perempuan. Biasakan lemah lembut jangan suka teriak-teriak." nasehat Langit yang sepertinya menyindir gadis itu.

"Kok lo ikut-ikut sih? Lo nggak tau gue sama Vano itu siapa. Ya kalo dipublik emang sepupuan tapi kita punya privasi keluarga, Lang." nada bicara Dhara sedikit tegas.

Hal itu membuat Langit jadi merasa bersalah. "Maaf, Ra. Mungkin aku pulang aja takut kamu nggak tenang kalo ada aku di sini." ucapnya.

Loh? Kok jadi Langit yang merasa salah terus ya? Ini sih karena Adhara yang moodnya lagi nggak baik jadi emosian sama kasar deh.

"Nggak perlu minta maaf, Bro, Ara itu adek kandung gue."

Jleb!

Kalimat itu sungguh membuat Langit tak menyangka bahkan tak pernah sampai memikirkan hal itu.

"Jadi, Adhara itu adik lo? Bukan sepupu?"

Vano dan Dhara hanya bisa saling melempar pandangan. "Gue juga baru tau semalem, Lang. Jadi gini ..."

Rumah Vano.

Malam ini Vano baru saja pulang dari tongkrongan biasa. Ia pulang jam 12 malam. Tubuhnya yang lelah membuatnya ingin cepat tidur. Namun, ketika ia akan pergi ke arah dapur untuk mengambir air minum ia mendengar seseorang sedang ribut di dalam kamar.

Ya. Orangtuanya Vano. Karena keributan itu terdengar mengganggu akhirnya Vano memutuskan untuk menguping pembicaraan kedua orangtuanya di depan pintu kamar mereka.

"Mas, kenapa kita harus pindah ke Amerika sih? Kamu tega ninggalin anak kita di Indonesia sendirian? Dia masih anak SMA!" ketus Nadira, mamanya Vano.

"Aku mau perbaiki hubungan keluarga kita, mah. Aku minta maaf karena selama Vano SMA aku selingkuhin kamu." jawab Arga, papahnya Vano.

Suasana itu hening kemudian keributan itu kembali lagi. "Terus kenapa Vano harus kita tinggalin di sini?!" tangis Nadira menahan sesak di dadanya.

"Sekali lagi aku minta maaf, mah. Papah udah ambil keputusan ini. Lagian si Vano juga sudah dewasa. Dia sebentar lagi lulus, dan pasti dirinya biayai kuliahnya sendiri. Kamu tau kan? Vano pintar menabung?" ujar Arga tegas.

"Meskipun begitu kita tetap harus membiayai kehidupannya mas, karena dia anak kita!"

"Iya anak kita, tapi bukan kandung, Mah. Mamah sadar ... Kamu harus inget kejadian delapan belas tahun yang lalu." ucap Arga nadanya semakin melirih.

Nadira hanya bisa menangis terisak-isak sambil membayangkan bagaimana nantinya jika dirinya tanpa seorang Vano. Anak lelaki satu-satunya yang kuat.

Mendengar kalimat dari papahnya Vano, lelaki itu langsung mendobrak pintu kamar orangtuanya.

Brak

"Jadi selama ini Vano bukan anak kandung kalian? Selama ini kalian orangtua sambung aku? Terus siapa orangtua kandung Vano, Mah, Pah?" ucapnya sambil mengeluarkan air matanya kecewa.

Kedua orang tua tersebut terkejut melihat Vano yang ternyata sedari tadi mendengar percakapan mereka. "Mamah bisa jelasin sayang-"

"Cukup, Mah! Em, maaf. Maksudnya maaf, Bu." ujar Vano merubah panggilannya ke mamahnya.

Seketika wanita itu pun terkejut tak percaya. "Vano kenapa manggil Mamah jadi ibu?" tanyanya dengan mata yang sudah sembab.

"Kan Vano bukan anak kandung kalian. Kalo emang Papah, eh Bapak bisa menjaga Ibu di Amerika sana Vano ikhlas kok. Bener juga kata Bapak, Vano udah dewasa bisa biayain hidup Vano sendiri. Vano nggak apa-apa ditinggal di sini sendiri. Kan masih ada Adhara, yang jadi support system Vano selama ini." jelas lelaki itu menghapus air matanya untuk menguatkan dirinya.

Sebenarnya mereka tidak ingin meninggalkan Vano namun kesepakatan mereka dengan orangtua kandung Vano sudah waktunya untuk mengungkapkan yang sesungguhnya.

"Kamu nggak boleh sedih! Kamu percaya sama Papah? Papah nggak selingkuhin Mamah, tapi waktu itu Papah terkena pelet sama pelacur itu. Dan bulan kemarin Papah udah sadar, Papah tinggalkan pelacur tak berguna itu." tegas Arga menepuk bahu Vano kuat.

"Suatu saat kamu bisa ketemu Mamah sama Papah lagi, sekarang yang bisa kamu lakukan adalah kamu pulang ke keluarga kandungmu." ujar pria tersebut tersenyum tipis.

Vano tak bisa membendung air matanya lagi. Ia pun menangis sejadi jadinya. Sosok Vano yang di kenal sebagai cowok cuek, ngeselin dan kuat kini semuanya berubah.

Lelaki itu segera menghapus air matanya. Ia juga menarik napas panjang supaya lebih tenang. "Siapa orangtua kandung Vano?" pertanyaan itu sedang di tunggu tunggu oleh Nadira dan Arga.

"Adhara Aline itu adik kandung kamu." ungkap Nadira dan Arga bersamaan.

Deg.

Adhara?

"Jadi Ara itu adik kandung Vano? Berarti selama ini?" ucap Vano masih berpikir tak percaya.

"Iya, om Surya dan tante Sarah itu orangtua kandung kamu. Maaf, kita rahasiakan ini dari kamu dan Dhara." permintaan maaf dari Nadira berhambur memeluk Vano erat.

Vano membalas pelukan itu. "Gimana ceritanya?" bukan malah di jawab, Vano malah disuruh pulang ke rumah Adhara.

"Pulang ke rumah Adhara, dia juga pasti kangen kamu." ucap Nadira.

Vano sudah mengerti perintah itu, ia pun segera berpamitan pada Arga dan Nadira.

"Bu, Pa, makasih ya, udah pernah jadi orangtua buat Vano. Makasih banget atas jasa kalian yang nggak bisa Vano bales dengan kata-kata. Vano cuma bisa doain kalian semoga sehat terus dan selalu diberikan rezeki yang lancar." tutur lelaki itu tersenyum tulus.

Nadira menatap Vano dengan sendu, ia benar-benar sedih ketika anak yang selama ini di anggap seperti anak sendiri sudah memanggil namanya dengan sebutan yang berbeda.

"Vano? Apa boleh kami meminta kamu buat manggil kami dengan panggilan seperti biasanya?" tanya wanita tersebut tersenyum miris.

Vano menunduk sejenak lalu mendongak kembali, "Meskipun kalian bukan orangtua kandung Vano, aku akan terus selamanya manggil kalian seperti yang aku panggil sejak kecil, Mama sama Papa." balasnya tersenyum manis.

Arga tak bisa membendung air matanya, melihat anak tirinya itu masih mau memanggil diri dan istrinya seperti semula. Yaitu dengan sebutan Mama dan Papa.

"Kamu benar-benar anak yang baik, Vano." ujar pria itu memeluk Vano erat.

Vano pun membalas pelukan itu. "Vano nggak akan lupain kalian."

Nadira tampak ingin memeluk Vano, "Sayang ..." kodenya memanggil putranya agar ia dapat memeluknya.

Vano langsung berhambur memeluk Nadira dengan erat. Malam ini benar benar mengandung bawang. Eh, bukan. Maksudnya benar benar membuat terharu.

"Mama tenang aja, Vano sayang sama Mama dan Papa." kemudian lelaki itu melepas pelukan dan menarik napas panjang untuk menenangkan.

"Yang namanya orangtua, entah kandung atau sambung jika mereka telah merawatku dengan baik maka aku akan terus menyayangi mereka. Dan untuk orangtua kandungku, aku bukan anak yang seperti di film-film membenci orangtua kandung hanya karena merasa kecewa baru diberitahu bukan sejak dari awal. Aku akan terus berusaha adil kepada kalian dan orangtua kandungku." ucapan Vano sungguh benar benar membuat Nadira dan Arga bangga.

"Mama sayang sama kamu Vano,"

"Yaudah, Vano mau beres-beres dulu ya Ma, Pah. Udah jam setengah dua malem."

"Sebaiknya kamu tidur dulu Nak, nanti subuh baru kamu ke rumah Adhara. Kasian dia, pasti dia sudah tidur." nasehat Arga di angguki Vano.

"Terus baju baju Vano gimana, Ma?" tanya Vano bingung.

Nadira dan Arga tersenyum. "Kan ada Bi Salma sama pak Abdul." jawab Nadira.

Tanpa berlama lama Vano pun pergi ke kamarnya untuk beristirahat sebentar walau hanya tinggal beberapa jam lagi ia harus ke rumah Adhara.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!