"Maukah kau menikahi ku, untuk menutupi aib keluarga ku?" tanya Jisya pada seorang satpam yang diam menatapnya datar.
Kisah seorang gadis yang lebih rela di nikahi oleh seorang satpam muda demi tidak menikah dengan seorang pengusaha angkuh dan playboy.
Sanggupkah satpam datar itu bertahan di tengah-tengah keluarga istrinya yang sering menghinanya? atau dia memilih pergi saja? dan siapa kah sebenarnya satpam muda itu?
Mari ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsabilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ancaman dari Ryan
"Tidak usah, Ma. Jisya sarapan di luar saja," tolak Jisya mengusap air matanya yang jatuh karena tak menyangka keluarganya sanggup melakukan itu sengaja menyakiti perasaan suaminya dan merendahkan suaminya sampai sebegitunya.
"Mas, aku beli sarapan dulu ya buat kamu, sekalian aku antar ke tempat kerja kamu," kata Jisya naik ke mobilnya.
"Aku jalan kaki saja. Dan tidak usah repot-repot untuk membelikan ku sarapan," tolak pria itu melangkah meninggalkan istrinya yang sudah berada di atas mobil.
Jisya turun dari mobil dan menahan lengan kokoh pria itu.
"Ikut aku saja, Mas. Lagi pula kan aku mau keluar juga," kata Jisya menahan suaminya untuk pergi.
"Nanti orang-orang akan merendahkan mu kalau kau terlihat pergi bersama ku yang hanya seorang satpam," ucap pria itu menatap Jisya ingin melihat seperti apa respon wanita itu.
Jisya tersenyum mengerat pegangannya pada lengan suaminya. "Kenapa aku harus peduli dengan tanggapan orang lain," ucap Jisya menarik lengan Arga.
Tanpa Jisya sadari. Ternyata Arga melengkung senyuman tipis di wajah datarnya.
Kau memang pilihan yang terbaik. Tapi aku masih ingin melihat, sejauh mana kau mampu bertahan.
,,,
Setelah mengantar sarapan untuk suaminya. Jisya langsung berangkat ke toko kosmetik miliknya.
Tiba di toko. Ia melihat ada laki-laki yang tempo hari pernah menawarkan diri untuk menikahinya.
"Hai, nona angkuh," sapa Ryan mengelilingi wanita itu sembari memperhatikan penampilannya dari atas sampai bawah yang membuat Jisya risih dengan pria itu.
"Ada perlu apa anda datang kemari?" Tanya Jisya menunjukkan rasa tak suka pada pria itu.
Tersenyum miring dan ingin memegang dagu Jisya yang langsung di tepis oleh gadis itu.
"Jaga sikap anda, tuan." Jisya melangkah ke kasir dan mendudukkan diri di sana.
"Kau tahu? Kau wanita pertama yang menolak ku. Tak ada seorang wanita pun yang pernah menolak pesona seorang Ryan," ucap pria itu angkuh sembari mengedar pandangannya dalam toko Jisya.
"Hanya wanita bodoh yang tertarik dengan mu." Gumam Jisya.
"Anda sudah selesai, tuan?" Tanya Jisya tiba-tiba.
"Kau mengusirku?"
"Saya tidak mengusir anda. Tapi mungkin anda melihat pintu yang luas di sana itu, jadi silahkan anda keluar, karena ada banyak pelanggan yang ingin datang kemari. Dan saya juga sangat sibuk." Tersenyum tapi dengan bibir yang mengucap kan pengusiran secara halus.
Rahang pria itu mengeras saat wanita di depannya terang-terangan menolaknya.
"Lihat saja! Kau pasti akan menyesal karena sudah berani menolak ku!" Ancam pria itu bergegas pergi dari 'Jisya Kosmetik' nama yang di berikan untuk toko itu.
Jisya hanya membuat wajah tak bersalah. "Sombong." Gumam Jisya.
Tanpa sadar sudah menunjuk kan setengah 7, dan Jisya baru pulang. Pulangnya gadis itu dia tidak pulang ke rumah papa nya. Tapi dia malah ke rumah suaminya.
Tiba di sana Jisya melihat seorang wanita yang sedang berbicara dengan suaminya sembari tersenyum manis. Jisya juga tidak mengenali wanita itu, karena ini pertama kali Jisya melihat wanita itu.
Melihat Jisya datang. Wanita itu langsung menghentikan pembicaraan dan beredar pergi.
Bola mata Jisya mengikuti langkah kaki wanita itu karena menyadari wanita itu sangat seksi dan mempunyai tubuh yang bohay.
"Siapa dia Mas? Sepertinya dia bukan penghuni kompleks ini?" Tanya Jisya pada suaminya.
"Dia hanya mencari seseorang yang aku sendiri tidak tahu." Jawab pria itu berbohong ingin membuka pintu karena dia juga baru pulang bekerja.
"Mas, kita pulang ke rumah papa saja ya, Mas. Karena mama pasti akan datang kemari saat aku terlambat pulang lagi," ajak Jisya pada pria itu.
"Aku belum mandi." Jawabnya melangkah masuk ke dalam rumah.
"Mandi di kamar aku saja nanti, Mas," ujar Jisya takut kalau sampai mamanya datang dan membuat masalah lagi.
Pria itu tak menjawab dan melangkah masuk ke dalam mengambil pakaian ganti miliknya dan kembali melangkah keluar.
"Ayo." Ajaknya melewati istrinya itu.
Mereka pun langsung pulang ke rumah keluarga Jisya.
Tiba di sana ternyata drama sudah terjadi di dalam rumah itu.
Plak!
Tamparan keras mendarat di pipi kakak kedua Jisya.
Jisya terperanjat kaget dan ingin menghampiri kakaknya untuk mengantikan sang papa yang sedang di selimuti amarah.
Tapi tangan kokoh suaminya langsung menghentikan wanita itu.
"Jangan mencampuri urusan mereka." Ucap Arga.
bukan bintang tujuh,puyer 16,..
yg masuk akal dikit dong yg seperti kehidupan nyata gitu lho jadi malas bacanya