S 3
Jangan boom like/lompat baca /nabung bab
Diusahakan baca setiap kali update. 🙏🙏🙏
_________________________________________
Kehadiranmu dalam Takdirku adalah bagian dari skenario Tuhan. Aku tidak marah atau bahkan balas dendam kepadamu. Sebab aku tahu betul sebelum hari ini kau pernah menjadi penyebab bahagiaku. Sekarang mungkin waktunya saja yang telah usai. Perihal lukaku ini biar menjadi tanggung jawabku sendiri, sebab dari awal aku yang terlalu dalam menempatkanmu di hatiku. Doaku semoga hari-harimu bahagia tanpa aku. Dengan siapapun kamu semoga dia adalah wanita yang bisa memahamimu, menyayangimu dan membuatmu bahagia lebih dari apa yang pernah aku berikan untukmu." ~ Elmira...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9. HIPOTERMIA
"Mas, tadi aku dengar Mira teriak-teriak. Dia kenapa?" Tanya Bella berpura-pura tidak tahu. Jari-jari lentiknya bermain-main didada bidang sang suami, mereka baru saja selesai melakukan hubungan suami istri.
Saat kembali dari kamar Elmira usai memberi hukuman pada istri pertamanya itu, amarah Ramon seketika sirna saat melihat penampilan Bella yang begitu menggoda. Gairahnya seketika bangkit dan langsung menerkam istri keduanya itu.
"Aku memberinya hukuman karena sudah berani membangkang padaku." Jawab Ramon dengan santai. Diwajahnya sedikitpun tidak terlihat rasa sesal sudah menyiksa Elmira.
"Hem, yang Mas lakukan itu sudah benar. Mira memang pantas dihukum karena sudah berani bertemu laki-laki lain dibelakang Mas." Ujar Bella. Wanita hamil itu seakan tidak menyadari dirinya sendiri yang telah menikahi pria beristri.
"Sudahlah tidak usah membicarakan mereka, aku tidak mau membuat mood ku menjadi jelek memikirkan mereka. Sebaiknya sekarang kau mandi terus istirahat. Maaf ya, aku pasti membuatmu kelelahan. Tapi mau bagaimana lagi, aku tidak bisa menahan diri melihatmu tadi. Kau sangat seksi." Ramon mengerlingkan matanya sambil tersenyum. Tatapannya turun kearah dada Bella yang masih polos. Jika tidak ingat istri keduanya itu sedang hamil muda, mungkin ia sudah kalap dan terus membuat wanita itu tak berdaya melayani hasratnya.
"Mas, nakal ih." Bella membalas dengan tatapan genit, telapak tangannya yang mulus ia tuntun mengusap dada sang suami hingga membuat pria itu bergidik.
"Jangan menggodaku, Bella. Aku tidak mau sampai menyakiti bayi kita." Ramon menangkap tangan istrinya itu lalu mengecupnya.
Ramon menyibak selimut yang menutupi tubuh mereka, kemudian ia menggendong tubuh Bella kedalam kamar mandi. Pria itu memandikan istrinya dengan penuh perhatian layaknya memandikan anak kecil.
Setelah selesai mandi, Ramon kembali menggendong Bella masuk ke kamar. Dengan telaten ia membantu mengeringkan rambut wanita hamil itu, hingga memakai pakaian.
Bella yang diperlakukan seperti itu tentu merasa sangat senang, dalam hatinya bersorak penuh kemenangan. Dirinya dimanjakan bak ratu, sedang Elmira... Entah bagaimana keadaan wanita malang itu setelah disiksa oleh suaminya sendiri.
"Terimakasih, Mas." Ucap Bella yang baru saja berbaring dibantu oleh suaminya.
"Sama-sama," ujar Ramon seraya menarik selimut menutupi sebagian tubuh Bella. "Sekarang kau tidurlah, nanti setelah kau bangun aku pastikan makanan pasti sudah tersedia untukmu." Lanjutnya kemudian mencium kening istrinya itu.
Bella tersenyum senang kemudian perlahan memejamkan mata. Ia memang sudah merasa ngantuk sejak masih di restoran. Tapi karena tidak ingin melewatkan kesempatan, ia memaksa matanya tetap terjaga sampai berhasil menjerat Ramon kedalaman pelukannya.
Setelah memastikan Bella sudah tidur. Ramon pun bergegas untuk mandi, tadi ia hanya memandikan Bella saja. Setelah mandi dan berpakaian lengkap, sejenak ia duduk di tepi tempat tidur sambil menatap wajah lelap Bella. Rasanya sudah tak sabar menunggu istrinya itu melahirkan darah dagingnya.
Beberapa saat terus menatap Bella. Tiba-tiba ia teringat dengan Elmira, entah bagaimana keadaannya sekarang. Ramon bergegas keluar dari kamar Bella dan menuju kamar Elmira. Ia tahu perbuatannya sudah sangat keterlaluan, tapi itu harus ia lakukan agar Elmira menurut padanya.
"Mira...?" Panggilnya dengan suara yang cukup keras ketika telah berada didalam kamar istri pertamanya itu. Namun, tidak ada sahutan, didalam kamar pun tidak terlihat sosok istrinya itu.
Ramon pun menuju kamar mandi, meski tidak yakin Elmira masih berada dikamar mandi karena sudah terlalu lama, tapi ia tetap memeriksanya untuk memastikan jika istrinya itu tidak pergi lagi tanpa sepengetahuannya.
Kedua mata Ramon seketika terbelalak ketika membuka pintu kamar mandi, mendapati Elmira telah tergeletak tak sadarkan diri dilantai tepat dibawah shower yang masih menyala.
"Mira...!" Dengan perasaan yang tidak karuan Ramon berlari menghampiri istrinya itu, ia mematikan shower kemudian mengangkat kepala Elmira sambil menepuk-nepuk pipinya. Seluruh tubuh Elmira terasa sangat dingin, wajahnya sudah memucat dan bibirnya terlihat membiru.
"Mira, ayo bangun." Ramon terus menepuk pipi Elmira menyuruhnya bangun, namun wanita itu tak memberi respon sedikitpun.
Ramon pun seketika dilanda ketakutan. Dengan perasaan yang benar-benar cemas ia bergegas menggendong Elmira menuju kamar. Dibaringkan tubuh istrinya diatas tempat tidur, kemudian mengganti seluruh pakaiannya yang basah kuyup.
"Mira ayo bangun," Ramon terus berusaha membangunkan istrinya, tapi Elmira tidak memberi respon sedikitpun.
Ketakutan pun menyeruak di hati Ramon. Karena cemburu melihat Elmira bersama Farzan, ia jadi gelap mata dan melakukan kekerasan pada istrinya itu.
"Mira, ayo bangun. Maafkan aku, aku janji tidak akan melakukan ini lagi padamu. Ayo bangun." Kedua mata Ramon berkaca-kaca, tanpa sadar air matanya menetes melihat keadaan istrinya. Ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika sampai terjadi sesuatu yang buruk pada Elmira karena perbuatannya.
Melihat keadaan Elmira semakin memburuk, Ramon pun dengan cepat menggendong istrinya menuju mobil. Ia harus membawanya ke rumah sakit agar segera mendapat pertolongan.
"Mira, bertahanlah, sekarang kita akan ke rumah sakit." Setelah membaringkan istrinya di kursi belakang. Ramon pun masuk kedalam mobil dan bergegas melajukan mobilnya menuju rumah sakit dengan kecepatan penuh. Ia tidak mempedulikan pakaiannya yang basah karena saat dikamar mandi menggendong Elmira dalam keadaan basah kuyup.
Sesampainya di rumah sakit. Elmira langsung dibawa ke ruang instalasi gawat darurat. Ramon menunggu di luar ruangan dengan perasaan yang tidak karuan. Ia benar-benar cemas sekaligus takut terjadi sesuatu pada Elmira. Ia juga marah pada dirinya sendiri karena sudah memperlakukan Elmira dengan tak berperasaan hanya karena cemburu.
Beberapa saat kemudian, pintu ruangan instalasi gawat darurat terbuka. Ramon pun bergegas menghampiri dokter yang baru saja keluar dari ruangan itu.
"Dok, bagaimana keadaan istri saya?" Tanyanya tak sabar, raut wajahnya benar-benar terlihat cemas.
Dokter pria yang sudah setengah baya itu menghela nafasnya, "Sebenarnya apa yang terjadi pada istri Anda?" Dokter itu malah balik bertanya.
Ramon terlihat gugup, mana mungkin ia mengatakan dirinya yang sudah membuat Elmira seperti ini. "Istri saya tercebur di kolam renang, Dok. Dan dia tidak bisa berenang." Jawabnya asal.
Dokter tersebut menatap Ramon dengan intens. Jawaban yang diberikan pria itu sedikit meragukan. Jika hanya tercebur di kolam renang lalu bagaimana bisa ditubuh pasiennya itu terdapat beberapa bagian yang lebam. Lagipula apa yang sedang dialami oleh pasiennya didalam sana, itu bisa terjadi jika seseorang berada terlalu lama didalam air atau berada di ruangan dengan suhu dingin yang tinggi. Jika hanya tercebur, tidak mungkin sampai separah ini. Namun, ia tidak mempunyai wewenang untuk menginterogasi lebih jauh suami dari pasiennya itu.
"Istri Anda terkena Hipotermia, suhu tubuhnya menurun drastis. Untuk beberapa hari dia harus dirawat dulu di rumah sakit."
Ramon terperangah, wajahnya seketika pias. Sungguh biadab perbuatannya itu yang membuat Elmira harus mengalami keadaan ini.
"Tidak masalah, Dok. Pokoknya tolong lakukan apapun yang terbaik untuk istri saya."
"Baik, kalau begitu silahkan ke bagian administrasi untuk melakukan pendaftaran dan lainnya." Ujar dokter.
Ramon pun bergegas menuju bagian administrasi. Sedang dokter tersebut kembali masuk kedalam ruang instalasi gawat darurat untuk menyuruh dua suster yang ada didalam sana agar segera memindahkan pasiennya ke ruangan perawatan intensif.