Pengkhianatan Dalam Pernikahan

Darren menghembuskan nafasnya kasar. Ia segera meraih ponsel genggamnya, kemudian ia menghubungi seseorang yang ia suruh untuk mencari tahu tentang Evan, suami mantan kekasih tercintanya.

Menunggu beberapa detik, akhirnya panggilannya pun di jawab oleh orang suruhannya tersebut.

"Bagaimana? Apakah kau sudah berhasil?" tanya Darren dengan tidak sabaran.

"Baru saja saya akan menghubungi anda, bos. Ternyata anda sudah duluan menghubungi saya." Kekeh seseorang dari balik telpon sana.

"Cepat katakan! Jangan banyak basa basi!" seru Darren yang sudah tidak sabar ingin mendengar laporan tentang Evan.

"Evan Nugroho, dia bekerja di perusahaan Clone Group sebagai... "

"Aku butuh informasi tentang perselingkuhannya bukan tentang pekerjaannya, paham!" potong Darren kesal.

"Ah maafkan saya, bos. Saya kira anda butuh informasi yang detail. Jadi... "

"Astaga... Apa kau ingin aku menjahit mulutmu! Cepat katakan wahai mahluk Tuhan yang paling menyebalkan." Lagi, Darren menyela ucapan orang suruhannya. Ia benar-benar tidak sabar ingin mendengar informasi mengenai Evan yang di duga telah berselingkuh dari istrinya, Gladis.

"Benar, bos. Dia menang telah berselingkuh dengan seorang wanita bernama Amelia. Wanita yang tanpa sengaja ia tolong saat hendak di pukul oleh suaminya. Dan saya mendapat kabar bahwa sebentar lagi wanita itu akan resmi bercerai dengan suaminya. Apa perlu saya menyamar lagi untuk... "

"Tidak perlu. Kau hanya perlu mengambil bukti perselingkuhan mereka saja. Lalu kirimkan kepadaku. Lebih banyak bukti lebih bagus. Tetap awasi dia." Kata Darren yang kembali menyela ucapan orang suruhannya.

Darren memutuskan sambungannya. Ia tersenyum bahagia ketika mengetahui bahwa Evan benar-benar telah berselingkuh dari mantan kekasihnya itu. Dengan begitu, Darren bisa lebih mudah lagi untuk mendapatkan Gladis kembali.

"Sya. Kamu tenang saja, aku pasti akan membantumu lepas dari pria brengsek itu. Dan setelah itu, kita akan kembali bersama seperti dulu lagi. Aku akan menikahimu dan menyayangi putrimu. Aku bersumpah, Sya." Ucap Darren dengan tangan terkepal kuat, matanya menatap layar ponsel yang menampilkan sebuah photo seorang wanita cantik yang tak lain adalah Gladis. Sengaja Darren ambil dari album photo Gladis di Facebook.

Darren menarik nafas dalam, lalu membuangnya perlahan. Kemudian jari jemarinya mulai mengetik sebuah pesan, untuk ia kirimkan kepada seseorang.

Setelah selesai mengirimkan pesan itu, Darren pun meletakkan ponselnya di atas meja kerja, samping kanan tangannya. Segera ia kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda sedari tadi.

***

Seperti biasanya, setiap habis pulang dari tempat kerjanya, Evan akan langsung menuju ke tempat selingkuhannya. Pria brengsek itu bahkan membelikan bunga mawar merah untuk selingkuhannya tersebut.

Sesekali ia tersenyum dengan tetap fokus menyetir mobilnya. Ingin segera tiba di tempat selingkuhannya yang saat ini mungkin sudah mengenakan lingerie untuk menggoda dirinya. Membayangkan Amelia memakai lingerie, membuat tongkat saktinya mengeras, ingin segera masuk ke dalam lubang haram, namun sangat di nikmati pria brengsek itu.

Hanya membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit, akhirnya Evan pun sudah tiba di tempat selingkuhannya. Dengan segera ia memarkirkan kendaraannya, lalu mematikan mesin mobil juga melepaskan seatbeltnya.

Meraih pintu mobil, kemudian ia pun langsung turun dengan tidak sabaran. Tak lupa ia juga membawa buket bunga mawar yang akan ia berikan kepada selingkuhannya.

Evan berjalan dengan langkah kakinya yang lebar menuju pintu rumah yang sederhana milik selingkuhannya itu. Evan sama sekali tidak menyadari jika ada sebuah mobil yang sedari tadi mengikutinya. Di dalam mobil itu ada dua orang pria mengenakan kacamata hitam serta masker masker yang serupa.

Mengawasi Evan seusai dengan perintah bosnya. Pria itu mengeluarkan sebuah ponsel ketika ia melihat seorang wanita bertubuh montok membukakan pintu, lalu memeluk dan mencium Evan dengan ganas.

"Dasar pria brengsek. Masa selingkuh sama perempuan buntet seperti itu. Sungguh menggelikan." Ucap pria yang mengambil bebrapa gambar Evan bersama selingkuhannya, Amelia.

"Hahah... Kau tahu kalau pria brengsek sepertinya yang di cari itu hanya kepuasan dan kenyamanan. Tidak perduli selingkuhannya buntet atau tidak, yang penting dia merasa puas," sahut temannya di iringi dengan gelak tawanya.

"Sama seperti kau,"

"Sialan lo Jo, gue jelas berbeda. Gua cuma setia sama istri gue." Ucap pria itu tidak terima di samai dengan Evan yang jelas-jelas brengsek. Sedangkan dirinya, tidak.

Pria bernama Jo itu hanya mencebikkan bibirnya. Ia kembali fokus pada pasangan sialan yang masih berciuman di luar pintu. Mungkin merasa rumah wanita itu jauh dari rumah lainnya, makannya mereka berani berciuman di luar. Sungguh menjijikkan.

Evan melepaskan ciumannya, lalu memberikan buket bunga pada Amelia. "Untukmu," ucapnya lembut.

Amelia menerimanya dengan senang hati, "terima kasih, sayang. Kamu pria terbaik. Sebagai balasan aku akan memberikanmu service yang lebih memuaskan daripada biasanya. Dan aku juga sudah memakai sesuatu yang pastinya kamu bakalan suka." Kata Amelia sambil mengedipkan sebelah matanya dengan nakal, lalu membawa Evan masuk ke dalam rumahnya. Tak lupa, ia juga menguncinya dari dalam.

Tiba di dalam rumah, Amelia segera melepaskan pakaian luarnya, menampilkan lingerie berwarna merah yang sangat menerawang. Begitu seksi dan menggoda. Bahkan Amelia sengaja tidak memakai bra atau celana dalam, membuat Evan langsung meneguk salivanya dengan susah payah.

"Oh sayang, kenapa kamu begitu seksi sekali. Astaga... Aku sungguh menyukainya," Evan berjalan, ia langsung memeluk Amelia, lalu memberikan ciuman pada wanita itu.

"Sengaja, biar kamu senang. Aaah... Jangan sekarang, sayang. Kita harus makan dulu untuk menambah tenaga kita." Amelia mendorong pelan tubuh Evan, ia sengaja ingin membuat Evan sedikit tersiksa dengan mempermainkannya seperti itu. Ia ingin melihat bagaimana Evan akan memohon untuk memasuki dirinya.

"Nanti saja makannya. Karena aku sudah tidak kuat lagi untuk menahannya. Lihatlah, dia ingin segera memasukimu," ucap Evan terdengar berat. Tatapan matanya begitu gelap, nafsunya sudah mencapai ubun-ubun. Jika dia tidak melepaskannya saat itu juga, maka dia akan tersiksa setengah mati.

Evan menarik kembali tubuh Amelia, menghujaninya dengan ciuman. Amelia tersenyum, ia membiarkan Evan melakukan apa pun yang Evan mau. Karena ini memang sudah menjadi rencana Amelia, membuat pria itu tergila-gila dengan tubuhnya yang montok itu.