Ivana sudah berlari sejauh mungkin untuk menghindari Aston Harold, namun dunia seperti begitu sempit untuk pria itu. Sampai di kehidupan Ivana yang paling terpuruk Aston tetap mampu menemukannya.
"Jadilah simpanan ku, ku pastikan hidupmu akan baik-baik saja," ucap Aston.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SSP Bab 25 - Berharap Pada Dirinya Sendiri
Pagi tadi tanpa sadar Ivana justru menunggu kepulangan Aston, sampai tidak sadar Jika waktu terus berjalan.
Keluar dari area apartemen dia sampai berlari untuk menuju halte bus karena tidak ingin datang terlambat ke kantor. Namun Tiba-tiba ada sebuah mobil mewah yang menghampiri dan Gio keluar dari sana.
Pertemuan mereka memang seperti tak sengaja bagi Ivana, tapi karena ada Gio pulalah dia Jadi tidak terlambat datang ke kantor.
Pagi tadi Ivana berulang kali mengucapkan terima kasih pada pria tersebut, dan sebagai gantinya Gio ingin Ivana mentraktirnya makan siang hari ini.
Jadi siang nanti Ivana telah memiliki janji temu dengan pria itu dan sekarang saat Aston menghubungi justru membahas pula tentang Gionino.
"Apa? Kamu pergi ke kantor dengan Gio?" tanya Aston, sumpah dia benar-benar merasa terkejut dengan jawaban Ivana.
Ternyata Gio memang tidak main-main dengan ucapannya semalam, pagi ini Gio langsung melancarkan aksi untuk mendekati wanitanya.
"Iya, Kenapa suaramu terdengar seperti tidak suka?" balas Ivana.
"Gio adalah sahabatku Vana, tidak bisakah kamu mencari teman pria yang lain?" balas Aston.
Sementara Ivana jadi terdiam.
"Apa kamu ingin Gio sampai mengetahui tentang hubungan kita? mengetahui bahwa kamu hanyalah wanita yang kujadikan sebagai pemmuas nafssu? Hah?" balas Aston lagi.
Amarahnya jadi makin tidak terkendalikan. Mungkin dia memang tidak bisa menghentikan Gio, karena tidak memiliki alasan yang tepat. Tapi setidaknya Ivana harus bisa menolak segala hal yang menyangkut tentang Gio.
Dan mendengar semua hinaan Aston tersebut, Ivana pun menghela nafasnya dengan kasar. "Apa kamu masih mabuk?" tanya Ivana kemudian.
"Gio sudah menceritakan semuanya padaku tentang semalam, kalian pergi ke Paradise Club dan kamu mabuk parah. Gio mengantarmu pulang ke rumah Gloria," jelas Ivana kemudian.
"Aku tahu aku memiliki banyak hutang padamu, Aston. Tapi kamu tidak berhak merendahkan statusku seperti ini. Jika kamu tidak terima aku hidup, maka bunuh saja aku," kata Ivana pula.
Sekarang Dia sedang berada di persimpangan hidupnya sendiri, antara memperbaiki hidup atau mati. Kemarin dia sudah menganggap Aston sebagai dewa penolongnya, sekarang secara mendadak pria itu kembali berubah jadi iblis.
Entahlah, Ivana memang tak pernah mampu memahami Aston.
Terkadang dia merasa begitu dicintai, lalu terkadang dia merasa begitu direndahkan seperti ini.
"Kamu Sudah berani melawanku?" tanya Aston, "Apa Gionino juga mengatakan bahwa dia akan jadi pelindungmu mulai sekarang? mengatakan bahwa dia bersedia mengambil alih semua hutang yang pernah aku ambil?" balas Aston, kalimat panjang lebar yang membuat Ivana tidak mengerti kemana arah pembicaraan pria ini.
Karena sungguh, dia dan Gionino tadi pagi tidak membicarakan hal tersebut. Mereka hanya bicara ringan, Gio bahkan berhasil membuatnya tertawa di pertemuan yang singkat tersebut.
Tapi sekarang pikiran Aston sudah kemana-mana, sampai Ivana makin tidak bisa memahami.
"Cukup As, Sepertinya kamu benar-benar masih mabuk. aku akan matikan teleponnya sekarang," balas Vana, lalu tanpa pikir panjang dia mengakhiri panggilan telepon mereka berdua. Ivana bahkan tanpa ragu mematikan ponselnya agar Aston tidak bisa kembali menghubungi.
"Astaga," gumam Vana, coba menenangkan dirinya sendiri yang mendadak merasa berantakan. Sekarang dia masih bersembunyi di salah satu sudut kantor, agar pembicaraannya dengan Aston tidak didengar oleh siapapun.
Namun siapa sangka, tempat sepi ini justru membuatnya merasa begitu hancur, seperti hidup sendirian di dunia yang kejam.
Kemarin Ivana sempat berharap bahwa Aston benar-benar bisa dia jadikan sebagai sandaran hidup, tapi sekarang Ivana sadar berharap pada manusia adalah sebuah kesalahan besar.
Ivana hanya boleh berharap pada dirinya sendiri.
Dan benar saja, setelah panggilan itu terputus Aston segera coba untuk menghubungi Ivana kembali, tapi ternyata nomor wanita itu sudah tidak aktif.
"Siallan!" maki Aston. Sejak awal dia memang hanya menjadikan Ivana sebagai pemmuas nafshunya.
Dan sekarang Aston marah juga karena tidak ingin kehilangan wanita yang selalu membuatnya candu.
Aston ingin Ivana kembali hidup seperti dulu dengan kepercayaan diri yang penuh, dan hanya ingin Ivana dimiliki oleh dirinya sendiri.
Namun tak mungkin mengatakan semuanya dengan jujur pada Gio. Karena hubungannya dengan Ivana seperti aib baginya.
Dan Aston benci sekali saat wanita yang dia pandang rendah justru terlihat istimewa di mata sang sahabat.
"Shhitt!" umpatnya tak habis-habis.
Detik itu juga dia langsung menuju kamar mandi dengan tubuhnya yang terhuyung. Sebisa mungkin mendapatkan semua kesadarannya dan segera pergi ke perusahaan.
Apalagi tujuannya jika bukan bertemu secara langsung dengan sang wanita simpanan.
nyimak 🙏
semuanya aku suka..
di kisah kali ini merupakan spin off kisah Aylin dan Aland ya kak..
di sana Ivana jadi antagonis, tapi akhirnya di sini berubah jadi protagonis nya..
cukup sepadan hukuman yg diterima Ivana..
akhirnya dia bisa berubah menjadi lebih baik lagi..
begitu pula Aston, akhirnya dia sadar jg kalau sebenarnya dia mencintai Ivana..
finally happy ending, saya suka.. saya suka..
lanjut kisah Gionino..
semoga sehat selalu ya kak..
tetap semangat dalam berkarya dan semoga sukses selalu.. 💪🏻😘😍🥰🤩