Di jual oleh Bapak dan di beli Dosen tampan.
Kinayu, gadis berumur 22 tahun di jadikan sebagai alat penebus hutang. Menjadi istri dari Yudha Prasetya, yang ternyata adalah seorang dosen serta anak dari pemilik kampus tempatnya menimba ilmu.
Kenyataan pahit harus kembali ia terima saat dirinya mengetahui fakta jika ia bukan yang pertama. Bahkan harus tinggal satu atap dengan istri pertama.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka?
Apakah Kinayu kuat saat ia tau tujuan Yudha menikahinya?
Ig: weni0192
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Pagi ini Kinayu telah rapi dan siap berangkat ke kampus. Tapi gangguan selalu saja datang di saat semangatnya mulai tumbuh. Belum lama bibi meminta dia untuk segera ke kamar utama menyiapkan keperluan Yudha.
Ia lupa jika Silvi tak pulang, sudah pasti paginya tak semulus yang di bayangkan. Kinayu masuk ke kamar Yudha dengan perlahan, semalam memang pria ini tak menyambangi kamarnya lagi setelah mereka makan malam. Hingga ia tertidur nyenyak dan bangun pagi-pagi.
Kinayu melihat sekitar tapi tak ia temukan pria itu, kemudian melangkah menuju ruang ganti untuk mengambil kemeja serta celana kerja dan semua yang dibutuhkan.
Kinayu buru-buru keluar sebelum Yudha selesai, melangkah lebar setelah meletakkan baju ganti di atas ranjang.
"Mau kemana kamu!"
Langkah kakinya terhenti dengan mata terpejam, dalam hati ia merutuki dirinya yang kalah gesit dengan Yudha.
Kinayu membalikkan tubuhnya, menatap ragu Yudha yang kini hanya memakai handuk yang melilit di pinggang. Dada bidangnya sungguh menggiurkan hingga Kinayu kembali tertunduk takut akan tergoda.
"Kenapa? kamu menginginkan nya?"
deg
Kinayu berdiri dengan mengaitkan kedua tangannya, Yudha benar-benar menguji iman. Menginginkan apa maksudnya? Apa dia tau yang ia lirik tadi itu apa.
"Cepat pakaian baju ku!"
Kinayu tercengang mendengar perintah dari Yudha. Yang benar saja, dia sudah tua bahkan memiliki istri dua bukan bayi yang mengharuskan dirinya mendapat perhatian lebih.
"Tapi_"
"Apa salah jika istri melayani suami dengan baik?"
Kinayu selalu saja salah dan kalah berdebat dengan Yudha. Tak pernah ada celah untuk melawan dosen itu.
"Aku harus berangkat pagi karena hari ini ada kuis!" Kinayu dengan lantang dan cepat berusaha berucap agar Yudha tak kembali menyelak.
Mendengar itu Yudha tersenyum miring, melangkah mendekati Kinayu yang tiba-tiba mundur. Tapi bukan Yudha namanya jika tak bisa menaklukkan Kinayu, dengan mudah Yudha menarik pinggul Kinayu hingga wanita itu tak bisa lagi bergerak dan menghindar. Bahkan dadanya sudah menantang Yudha, menempel dengan begitu menggoda.
"Kamu lupa jika dosennya saja masih disini dan butuh di layani! atau kamu mau nilaimu aku kurangi!"
Mata Kinayu membola menatap sang suami yang kini tersenyum tipis menatapnya. Dia yang semangat mencari nilai, dengan belajar giat dan bangun pagi buta. Tapi belum sampai kampus nilai sudah berkurang sebelum ia menjawab soal yang di berikan.
Kinayu menggelengkan kepala, untuk berucap saja serasa berat karena posisi yang begitu membuatnya sesak.
"Bagus! jangan lagi membantah perintah ku!" bisik Yudha yang kini sudah membungkukkan tubuhnya hingga jantung Kinayu kembali berdebar kencang.
Kinayu segera meraih kemeja, memasangkan dengan perlahan. Sesekali ia membuang muka saat tak sengaja beradu pandang dan tertangkap basah melihat tubuh Yudha dengan mata terpanah.
"Ini celana daalamnya bisa pakai sendiri kan Pak?" tanyanya ragu, ia mengumpat di dalam hati. Mana mungkin hingga bagian sakral harus ia yang membungkusnya.
"Pakaikan!"
"Pak...." keluh Kinayu menyerah, rasanya ia ingin kabur dan tak mau kembali ke kamar ini lagi.
Hal ini pun tidak pernah Yudha lakukan bersama Silvi, ntah mengapa mengerjai Kinayu tampak seru membuat mood di pagi hari kembali membaik.
Yudha memakai bagian bawah sendiri dengan Kinayu yang masih berdiri di dekatnya dengan menutup mata. Mata Yudha pun tak lepas dari wajah polos wanita di depannya. Jika itu Silvi atau wanita lain pasti sudah semangat 45 tapi ini Kinayu, keringat di keningnya saja sudah mulai timbul padahal AC cukup sejuk.
"Buka matamu!"
Kinayu tak menjawab tak juga lekas membuka mata. Hingga Yudha yang gemas kembali menyentak.
"Buka!"
Kinayu terjingkat dengan mata yang semakin terpejam tapi setelahnya perlahan mata lentik itu terbuka. Ia takut Yudha hanya memakai celana daalam saja dan memintanya memakaikan celana kerja.
"Pakaikan ikat pinggang ku!" Yudha kembali bertitah.
Kinayu dengan cepat meraih ikat pinggang yang telah ia siapkan, kemudian memasukkan nya di setiap lubang yang mengelilingi pinggul Yudha hingga tanpa sadar tubuhnya memeluk pria itu.
"Ehemmm....." Yudha berdehem, sentuhan Kinayu membangkitkan sesuatu yang sejak tadi sudah mulai resah. Bahkan posisinya saat ini sangat mengusik ketenangan adiknya yang sejak semalam begitu nyenyak.
Kinayu menatap wajah Yudha dengan posisi yang sama. Memeluk dengan sedikit merendah. Menatapnya penuh tanya takut jika ada yang salah dengannya.
"Kerjakan dengan cepat jika tidak ingin kamu yang aku kerjai pagi ini!" tegasnya dengan suara berat dan mata mulai berkabut.
Kinayu masih diam mencerna ucapan Yudha, hingga ia dapat merasakan sesuatu yang keras mendesak tepat di dadanya.
Dengan gerakan cepat Kinayu segera mengaitkan dan berdiri kembali dengan sempurna.
Setelahnya Yudha membiarkan Kinayu segera keluar kamar. Bisa berbahaya jika terus berdekatan dan ia tak yakin akan mampu menahan. Walaupun kejahilannya mengharuskan ia menahan sesuatu yang mulai pegal di bawah sana.
Setelah sarapan, Kinayu segera pamit berangkat lebih dulu. Ia menyalami Yudha kemudian segera berangkat dengan motor matik nya.
Yudha pun tak banyak perintah dan tak banyak aturan, ia diam dengan wajah menahan. Kemudian segera beranjak untuk berangkat setelah melirik jam tangannya. Melajukan mobil keluar komplek hingga netranya dapat melihat Kinayu yang menghentikan motornya paling depan saat lampu merah.
Yudha terus memperhatikan hingga tanpa sadar lampu merah sudah berganti hijau dan Kinayu dengan cepat melesat hingga ia tak dapat kembali menjangkau wanita itu.
"Cepat juga!"
Yudha mengernyitkan dahi saat keluar dari mobil melihat Kinayu yang jalan ke kelas dengan sedikit terpincang, kemudian melihat motonya yang mulus tak ada tanda-tanda habis terjatuh.
"Ceroboh!" ia yakin efek terburu-buru membuat nya tak fokus hingga kakinya terkilir.
Kelasnya hari ini cukup ramai, memang jika Yudha yang mengisi sudah di pastikan semua hadir khususnya kaum hawa.
"Kin! kemarin kenapa lama?" tanya Novi yang penasaran.
"Tidur!" ucapnya jujur tapi justru mendapat pukulan dari kedua sahabatnya.
"Kalo ngomong mbok ya yang benar, jangan ngadi-ngadi. Untuk apa kamu tidur di ruang dosen, yang nggak-nggak aja!" keduanya menggelengkan kepala, menatap jengah Kinayu yang menurut keduanya sedang bercanda.
"Terserah kalian!" jawabnya santai, jujur tak di percaya, berbohong pun ia dosa.
Hingga kelas di mulai dan semua tampak antusias, menjawab salam dengan semangat hingga terus memberi senyuman pada dosen tampan yang kini berdiri di depan.
Kuis hari ini begitu seru, banyak yang dapat menjawab dan menandakan keberhasilannya dalam mengajar.
"Nilai tertinggi dari kuis hari ini adalah Kinayu Primaningtyas.
Dan untuk materi lusa saya akan kirim tugas pada Kinayu melalu email agar dapat di share ke kalian semua. Harap di kerjakan dan di siapkan dengan benar materinya, cari referensi dari buku lain dan juga melalui internet. Saya harap lusa makalah sudah siap di kumpulkan!"
"Ada yang ingin di tanyakan lagi?"
"Sudah cukup Pak," jawab mereka serempak.
"Untuk hari ini sampai di sini dulu dan selamat siang!"
"Siang Pak.."
"Siang bapak ganteng..."
"Siang calon imam halu gue!"
Para mahasiswi sahut menyahut memuji Yudha, hanya Kinayu yang tampak acuh hingga tak perduli akan kepergian Yudha.
terima kasih
saat membacanya aqu 😭😭😭
karna samaa