Kecelakaan sang kakak membuat dirinya tidak punya pilihan lain selain menikahi calon kakak iparnya sendiri.Pernikahan tanpa cinta yang dia jalani ternyata harus melatih kesabarannya.Dan itulah yang harus dia lakukan.Ali bin Abi Thalib pernah berkata:"Yakinlah,ada sesuatu yang menantimu setelah sekian banyak kesabaran yang kau jalani,yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit."
Azalea itulah namanya,wanita berkerudung panjang dengan kecantikan luar biasa yang dia sembunyikan dari balik cadarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11 : Dia itu ibumu atau bukan?
Magnolia Residence.
Suara gaduh mulai memenuhi dapur besar itu,jam masih menunjukkan pukul setengah empat dini hari,namun Azalea sudah sibuk berkutat dengan berbagai macam peralatan memasak.
Setelah semua selesai,Azalea membersihkan dirinya,lalu menjalankan kewajiban sebagai umat muslim yang taat.
Jam dinding menunjuk di angka enam,Azalea menyiapkan sarapan seadanya untuk Adam,dia belum tau apa makanan kesukaan pria yang baru beberapa hari menjadi imam untuknya.
Adam turun dari lantai dua,dan sudah terlihat siap untuk berangkat ke rumah sakit.
"Sarapan dulu mas."
Adam berjalan ke arah meja makan,lalu duduk dan mengambil piring yang sudah di siapkan Azalea.
Tidak banyak bicara,Adam menghabiskan makanan yang di buat Azalea.
"Kamu tidak makan?"Tanya Adam karena melihat hanya ada satu piring di atas meja.
"Saya sedang puasa mas."
Adam tidak lagi bertanya.
"Mas,boleh aku mengunjungi mbak Lily?"Pinta Azalea.
"Tentu saja,aku sudah bilang sebelumnya,kamu mau ke mana saja silahkan,jangan merasa terikat dengan ku."Ujar Adam kembali mengingatkan.
"Meski seperti itu,namun aku tetap harus meminta ijin mu mas, bagaimana pun aku sekarang adalah tanggung jawabmu."
Adam menatap Azalea,hal yang jarang dia lakukan,bukan tidak mau,hanya saja,dia takut terpikat dengan wanita bercadar itu dan mulai melupakan Lily.
Deg,,,
Sesuai dugaan,Adam tidak akan sanggup menatap mata Lea.Hanya sepersekian detik hingga akhirnya dia kembali melihat ke arah lain.
"Kalau kamu sudah siap,kita berangkatnya bersamaan saja,kebetulan aku ada operasi pagi ini."Ajak Adam.
"Iya mas,aku sudah siap."
Dan mereka pun berangkat ke rumah sakit bersama.
***
Brawijaya Hospital.
"Selesai operasi,aku akan datang dan melihat kondisi Lily."Ucap Adam begitu mobil terparkir cantik di pelataran rumah sakit.
"Iya mas."Singkat Lea lalu membuka sabuk pengaman dan membuka pintu mobil.
"Mama Irene,,,"Ucapan Adam terhenti sesaat begitupun dengan Lea yang sudah hampir keluar.
"Bagaimana hubungan mu dengan mama Irene?"Adam akhirnya melanjutkan ucapannya, sebenarnya dia tidak ingin menanyakan pertanyaan bodoh itu,tapi ada rasa penasaran yang menghantui Adam beberapa hari terakhir ini.
"Pertanyaan mas sangat aneh,tentu saja hubungan kami baik baik saja,dia adalah ibu yang melahirkan ku mas."Tegas Lea,namun kedua tangannya di tautkan bersama menandakan jika dia sedang gelisah.
Adam melihat itu dan mulai mempelajari sifat Azalea,jika kedua tangan wanita bercadar itu dalam posisi yang di lihatnya sekarang,itu menandakan kalau ia sedang dalam keadaan gugup.
"Aku pergi dulu mas, assalamualaikum."Azalea tidak ingin tinggal terlalu lama dan mendapatkan pertanyaan pertanyaan aneh dari Adam.
***
Satu hari sebelum ijab kabul.
Adam menghela nafas berat,dia berada di dalam kamar Lily,memeriksa kondisi sang kekasih yang tak kunjung menunjukkan perubahan yang signifikan,semua sama,masih stagnan.
Mama Irene yang baru saja datang melihat Adam yang sedang duduk di samping sang putri tercinta.
"Ini kesempatan ku,terima kasih Tuhan." Batin mama Irene kemudian menghampiri calon menantunya.
"Sudah lama nak?"Tanya mama Irene sekedar basa basi.
"Baru saja ma."
Mama Irene duduk menghadap Adam yang masih terhalang tempat tidur Lily.
"Kamu belum menghubungi Lea?"Selidiknya.
Adam menggeleng.
"Memangnya dia kemana ma?"Ujar Adam terlihat bingung.
Mama Irene menelisik ekspresi Adam,mencari jangan jangan Adam hanya berbohong padanya jika tidak pernah berkomunikasi dengan Lea.
"Dia kembali ke pesantren,sudah satu minggu."Lanjut mama Irene,dia bisa memastikan kalau Adam memang sama sekali tidak mengetahui keberadaan Azalea.
Mendengar penjelasan mama Irene,Adam kembali fokus pada Lily,menatap wajah cantik yang terlihat sangat pucat itu.
"Nak Adam."Panggil mama Irene.
"Iya ma."
"Mmm,,bisa mama bicara sebentar dengan mu?"Mama Irene sangsi,namun tak urung dia harus menyampaikan apa yang menjadi keinginannya.
"Tentu saja ma."Adam menjauh dari tempat tidur Lily dan duduk berhadapan dengan mama Irene.
"Nak,apa kamu sangat mencintai Lily?"Tanya mama Irene hati hati.
"Iya ma,kenapa mama menanyakan itu?"Adam kembali melontarkan pertanyaan, sebenarnya dia pun tidak yakin dengan hatinya mengenai jawaban yang ia berikan pada mama Irene.
"Tidak ingin kah kamu menikahinya nak?"Tatapan mama Irene berubah sendu.
Adam tidak langsung menjawab.Di telinga Adam,itu bukan sebuah pertanyaan melainkan permintaan yang sangat memaksakan kehendak.
"Maksud mama,setelah kamu menikah dengan Lea,maukah kamu menikahi Lily juga?"
Adam terperanjat.Dia tidak pernah menyangka mama Irene akan memikirkan hal gila itu.
"Ma..aku memang mencintai Lily.Bahkan di awal pun aku ingin sekali menikah dengannya meski kondisinya seperti sekarang,tapi semua menginginkan aku untuk mencari pengganti agar martabat keluarga tetap terjaga.Jadi dengan saran dari keluarga besar mama Irene,aku setuju untuk menikah dengan Azalea."
"Di keluarga besar Arkananta,,tidak ada seorang pria pun yang memiliki istri lebih dari satu dan insyaallah,aku pun akan seperti itu.Maaf kan Adam ma."Lanjut Adam.
"Tapi nak,jika suatu hari nanti,Lily terbangun,bagaimana kita akan menjelaskan semua ini padanya?"Mama Irene gundah,susah sekali untuk membujuk Adam.
"Mama tidak usah hiraukan masalah itu,itu akan jadi tanggung jawab Adam."
"Apa kau sudah mencintai Azalea?"Dari penekanan bahasanya,terdengar jika sekarang,mama Irene sudah tersulut emosi.
"Tidak."
"Lalu kenapa kamu tidak ingin menikah dan memperjuangkan cintamu?Nak Adam kan paham agama,dan setahuku nabi saja memiliki beberapa istri.Kenapa nak Adam tidak bisa melakukan itu?Tolonglah pikirkan baik baik,ini semua demi Lily."Mama Irene nampak putus asa.
"Aku bukan nabi ma,Nabi Muhammad SAW adalah manusia pilihan yang jelas jelas kita ketahui bersama ke mana dan di mana beliau akan berada.Bagaimana akhlak beliau,kita semua tau.Sedangkan aku...aku bukan siapa siapa,hanya manusia pendosa yang terlalu banyak menginginkan hal agar semua berjalan sesuai dengan kemauannya."Adam kesal,dia tidak menyangka mama Irene akan memberikan sebuah majas asosiasi padanya,memberikan perumpamaan yang tidak akan mungkin akan sama,apa pun,bagaimana pun dan sampai kapanpun itu tidak akan pernah bisa di samakan.
Mama Irene terdiam,dia marah,marah karena adam tidak mau menuruti keinginannya,padahal menurutnya itu adalah hal yang wajar.
"Baiklah mama akan mencoba memahami jalan pikiran mu,tapi apa yang akan kau lakukan setelah menikah dengan Azalea?"
"Tentu saja bertanggung jawab ma,dia akan hidup dan tinggal bersamaku.Mama dan papa menitipkan Azalea pada Adam,tentu Adam harus menjaganya."
"Bagaimana mungkin kamu bisa hidup bersama jika tidak ada cinta di antara kalian?Apalagi Azalea tidak seperti Lily yang pintar merawat diri.Ujung ujungnya kalian akan berpisah juga."
Adam mencerna konteks dari pertanyaan mama Irene,bagi Adam,itu terdengar seperti sebuah kalimat sindiran.Sindiran yang lebih tepatnya di tujukan untuk Azalea.
"Kenapa aku merasakan hawa ketidak adilan kasih sayang di sini?" Batinnya tanpa melepas pandangannya dari mama Irene.Dia tidak serta merta merespon pertanyaan yang menurutnya tidak penting untuk di jawab.
***
Masih di Brawijaya Hospital.
Azalea berjalan tergesa memasuki ruang perawatan Lily.
Baru saja menutup pintu setelah mengucap salam,Azalea sudah kena semprot dari mama Irene.
"Kau masih ingat jalan ke sini?Mama pikir kau sudah lupa."
"Kenapa baru datang?Apa kau kelelahan mencari perhatian Adam atau kau malah sibuk melepaskan pakaian mu sendiri agar di tiduri olehnya hhh?"Serang mama Irene seperti beribu anak panah yang langsung menancap sempurna di jantung Azalea.
Sakit,,hatinya sakit sekali,Azalea hanya mampu beristighfar sebanyak yang ia mampu.
"Ma,,apa yang mama bicarakan?"Suara Azalea bergetar.
Di balik pintu,seorang pria sudah mengepalkan kedua tangannya,ingin masuk dan mengeluarkan wanita yang sedang di caci dan di fitnah di dalam sana,namun ada hal penting yang juga harus segera dia lakukan.
"Selama ini,,apa kau di perlakukan buruk oleh ibumu sendiri?Dia itu ibumu bukan sih?!." Batinnya geram lalu meninggalkan tempat itu dengan wajah memerah dan tangan yang masih terkepal kuat.
...****************...