Mimpi yang terus terulang membwa Leora pergi ke dimensi berbeda serta merubah kehidupannya.
Dia yang hanya seorang pemilik toko kecil di pusat kota justru di sebut sebagai ELETTRA (Cahaya) di dimensi lain dan meminta bantuannya untuk melenyapkan kegelapan.
Secara kebetulan, begitulah menurutnya. dirinya pergi ke dimensi berbeda bersama Aron yang menjadi sahabatnya melalui mimpi, namun siapa sangka persahabatnnya bersama Aron justru membawa dirinya pada situasi yang tidak biasa.
Sihir yang semula hanya dia tahu melalui buku secara ajaib bisa dia lakukan.
Dan ketika cinta bersemi di hatinya serta tugas melenyapkan kegelapan telah selesai, apa yang akan dia lakukan?
Akankah dia kembali ke dimensi aslinya atau akan tetap bersama pria yang dia cintai?
Ikuti kisahnya.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. LD (change dimensions) 27.
# Beberapa saat sebelumnya....#
"Tunggu, Aron," Leora menahan tangan pria itu ketika dia akan menariknya ke dalam rumah.
"Apa lagi yang kamu tunggu? Kita perlu bersembunyi," sahut Aron cemas.
"Dia datang untuk membawaku bukan?" tanya Leora.
"Kalau begitu, kita gunakan saja kesempatan ini untuk menangkapnya atau_,,,,"
"Melenyapkannya? Dan itu tidak mungkin di lakukan sekarang," potong Aron cepat.
"Erebus bukan manusia yang bisa dimusnahkan dalam satu jentikan jari,"
"Kelemahannya ada di jantung," ucap Leora lagi.
"Aku bisa melihatnya, cahaya merah di jantungnya,"
"Lalu, apa yang kamu harapkan?" tukas Aron
"Kekuatannya meningkat setelah ritual pengorbanan nyawa dilakukan, dan aku tidak bisa melakukan cara yang sama dengan apa yang sudah pernah aku lakukan,"
"Kita tidak bisa menghadapinya jika hanya mengandalkan kekuatan yang kita miliki sekarang,"
"Pemurnian tanpa bentuk sempurna dari Naga juga tidak akan berhasil selama_,,,"
"Selama kita tidak membuat dia melemah, dan aku bisa melihat kelemahannya, kita hanya perlu menyerang kelemahannya, apa lagi yang kita butuhkan?" potong Leora.
"Kekuatannya yang sekarang bisa membuat siapa saja yang dia inginkan berada dalam kendalinya, dan satu hal lebih buruk adalah dia tidak bisa di lukai menggunakan pedang biasa," Aron menjawab.
"Tapi dia tidak bisa melakukan hal itu padaku. Bukankah kamu sendiri yang mengatakan bahwa kekuatannya tidak bisa mempengaruhiku?" sambut Leora.
"Hal ini berlaku hanya jika kamu sudah bisa mengendalikan kekuatanmu sendiri," sahut Aron.
"Untuk sekarang, kita bersembunyi dulu,"
Sebelum Aron berhasil membawa Leora masuk ke dalam, kabut hitam telah menyelimuti seluruh pemukiman, membuat semua orang tidak bisa bergerak termasuk Aron.
"Tak ku sangka, ternyata kau benar-benar datang ke tempat ini," ujar Erebus.
"Raegan," imbuhnya.
Aron menggeser tubuhnya untuk berdiri di depan Leora dengan susah payah, berusaha melawan tekanan sihir yang membelenggu tubuhnya menggunakan sihir yang ia miliki, namun Erebus bergerak lebih cepat menghentakkan sabit di tangannya, membuat kabut hitam di sekitar menjadi lebih pekat hingga membuat semua orang berlutut seolah ada sesuatu yang menarik tubuh mereka ke bawah, memaksa semua orang untuk berlutut.
'Raegan? Siapa?' batin Leora.
"Terima kasih sudah membawa dia kembali," Erebus berkata lagi dengan pandangan tertuju pada Leora yang juga tengah berlutut.
"Aku sudah berulang kali datang ke tempat ini dan tidak menemukanmu, tapi hari ini kau justru mengantarkan nyawamu sendiri,"
Aron mengepalkan kedua tangannya dengan tak berdaya kala melihat Erebus mendekat dan berdiri tepat di depan Leora.
"Bagaimana mungkin kau berada tepat di depanku tapi aku tidak merasakan sedikitpun keberadaanmu. Kurasa Nona akan senang jika aku membawamu," ucap Erebus.
Leora membalas tatapan Erebus padanya, merasakan dingin menusuk yang mampu membuat tubuhnya terasa kaku. Namun, ketika Erebus akan menyentuh Leora menggunakan kabut hitamnya, benak wanita itu mengingat sesuatu,
'Pemurnian,,, Jika Naga yang pernah aku lihat hanyalah sebuah energi yang bisa memurnikan, itu artinya pedang yang aku ambil di gua suci juga memiliki efek yang sama,'
'Andai itu bukan untuk memurnikan, setidaknya pedang itu bisa digunakan untuk melukainya. Aron juga pernah mengatakan padaku tentang perisai, jika hal itu benar ada, itu artinya aku bisa menggunakannya,'
Leora mempertahankan perhatian Erebus untuk tetap tertuju padanya sementara satu tangannya bergerak seakan ia tengah menggenggam sesuatu.
"Keluarlah,,,, Alsneta,,,," Leora memanggil melalui benaknya.
Dalam sekejap, cahaya hijau bersinar terang dari telapak tangan Leora, menurunkan tekanan sihir yang di sebarkan Erebus, lalu mengarahkan pedang di tangannya ke depan.
"Dalam mimpimu!" dengus Leora.
'JLEBB,,,,!?!'
Leora menghunuskan pedang yang sudah berada di tangannya pada jantung Erebus di mana ia melihat cahaya merah, menghentikan pergerakan Erebus yang akan menyentuh dirinya.
"Grrrr,,,,"
Erebus menggeram, namun Leora memperdalam tusukan pedang pada jantung Erebus yang membuat kepulan asap hitam perlahan mulai menyelimuti tubuhnya.
"Lakukan sekarang, Aron!" seru Leora.
Aron memejamkan mata, berusaha melepaskan diri dari belenggu yang membuat tubuhnya tidak bisa bergerak, lalu mengarahkan telapak tangannya ke atas.
"Agasthya,,,"
Panggilan yang dilakukan Aron menghadirkan pusaran cahaya di langit, memunculkan kembali Naga hitam pada tengah-tengah pusaran yang segera menyemburkan api ke arah Erebus.
Suara geraman Erebus memekakan telinga tatkala semburan api yang di berikan Naga hitam membakar tubuh Erebus sebelum kabut hitam menyelimuti seluruh tubuhnya, lalu menghilang tanpa bekas bersamaan dengan kabut hitam yang menyelimuti pemukiman.
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
# Keesokan Harinya....
Leora terbangun dari tidurnya, menegakkan punggung dengan gerakan tiba-tiba, lalu mengedarkan pandangan.
"Ini,,,, Di mana?" gumamnya pelan.
Leora mendapati dirinya berada di dalam sebuah kamar luas yang memiliki dekorasi hampir sama seperti ketika ia bertemu Aron untuk pertama kali dengan penampilan berbeda.
Sebelum ia memiliki kesempatan untuk mencerna apa yang terjadi, pintu kamar terbuka diikuti Aron yang melangkah masuk dengan sebuah nampan berisi makanan dan segelas air di tangan serta kelegaan luar biasa terlukis di wajahnya.
"Sudah bangun?" Aron bertanya sembari menarik satu kursi ke sisi tampat tidur untuk dirinya duduk.
"Ini di mana? Bagaimana dengan orang-orang? Erebus?" cecar Leora.
"Tenanglah!" Aron berkata sembari menyodorkan segelas air.
"Minumlah,"
"Jawab dulu pertanyaanku!" pinta Leora.
"Akan ku katakan, tapi kamu juga perlu makan," sahut Aron.
Leora menurut, makan makanan yang di bawa sahabatnya meski ia tak berselera untuk melakukannya. Sementara Aron menceritakan tentang apa yang terjadi ketika Erebus lenyap.
"Erebus tidak sepenuhnya lenyap. Alasannya karena Estrella masih hidup," Aron memulai.
"Erebus bisa kembali muncul jika Estrella kembali melakukan ritual yang membutuhkan nyawa manusia, selama hal itu belum terjadi, kemungkinan kita akan menjadi buronan kerajaan,"
"Apa maksudmu?" sela Leora menghentikan gerakan tangan ketika akan menggigit roti lapis di tangannya.
"Lenyapnya sosok Erebus bisa dirasakan oleh Estrella. Tentu saja dia tidak ingin ritual selanjutnya terganggu," Aron menjawab.
"Satu-satunya cara untuk menghentikan kita adalah dengan menangkap kita dan membawa ke kerajaan untuk dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah," lanjutnya.
"Berapa lama waktu sampai ritual itu kembali dilakukan?" tanya Leora.
"Aku tidak tahu pasti perjanjian yang disepakati oleh Estrella pada orang yang telah membebaskan segelnya, namun dia bukan orang yang akan memegang janjinya," jawab Aron.
"Jika tebakanku tidak salah, ritual akan dilakukan satu bulan lagi," imbuhnya.
"Kalau begitu, kamu memiliki waktu satu bulan untuk melatihku lagi," jawab Leora.
"Untuk sekarang, tubuhmu perlu istirahat," sahut Aron.
"Aku baik-baik saja! Kita latihan sekarang!" tukas Leora.
"Tidak!" tolak Aron.
"Jika kamu tidak mau, aku akan berlatih sendiri," ancam Leora.
"Jangan keras kepala di saat seperti ini, Lea," sergah Aron tanpa sadar meninggikan suaranya.
"Tapi aku harus," jawab Leora.
"Aku melihat semua yang dilakukan Erebus pada orang-orang yang tak bersalah, Aron,"
"Mereka memanggilku, meminta bantuanku, tapi aku tidak bisa mendekat. Jika aku terus seperti ini, apakah aku mampu untuk membantu jika apa yang aku lihat kembali terjadi?"
"Tunggu,,," Aron mengangkat satu tangannya dengan kedua mata melebar.
"Kamu bilang apa,,,,??"
. . . .
. .. .
To be continued...
produktif sekali thorrr/Drool//Drool/
why/Curse//Curse//Curse//Curse/
terasa horor /Joyful//Joyful//Facepalm/