sebuah notifikasi pesan masuk dari reno "sayang, kamu tolong bayarin dulu apartment aku bulan ini ya!"
lalu pesan lainnya muncul "sekalian transfer juga buat aku, nanti aku mau main sama teman teman, aku lagi gak ada duit"
jangan dibawa serius plies 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dhyni0_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 22
Di kamar rawat Keira, awalnya Keira tampak tersenyum dengan perhatian yang diberikan oleh Reno. Reno, yang duduk di samping tempat tidurnya, dengan lembut menyuapkan makanan sambil mengelus rambutnya. Keira merasa ada seberkas kehangatan dari sikap Reno, meski dalam hatinya masih terselip keraguan.
Namun, senyum di wajah Reno perlahan berubah. Selesai menyuapi Keira, Reno duduk lebih dekat, wajahnya tampak lebih serius. "Sayang," Reno berbisik sambil menatap dalam-dalam ke arah Keira, "aku tahu kamu nggak bakal ninggalin aku, kan?" Nada suaranya lembut, tapi ada ketegangan yang terasa di antara kata-katanya.
Keira diam sejenak, merasa cemas. "Aku nggak akan ninggalin kamu, Ren," jawabnya pelan.
Reno menarik napas panjang, senyum samar muncul di bibirnya. "Bagus. Soalnya, kamu tahu, kan? Kalau sampai kamu ninggalin aku atau bilang ke orang-orang tentang apa yang kita lalui, nggak cuma foto dan video kamu yang bakal aku sebar. Aku bisa bikin hidup kamu jauh lebih sulit dari yang kamu kira." Wajah Reno mendekat ke arah Keira, suaranya berbisik, namun ancamannya jelas.
Keira merasakan dingin merambat di punggungnya, tubuhnya kaku. Ancaman Reno begitu nyata, dan ia tak tahu harus bagaimana. Pikirannya dipenuhi ketakutan, dan tiba-tiba perhatian yang tadi diberikan Reno terasa seperti perangkap. Namun, ia tak berani mengungkapkan perasaannya. Reno kembali tersenyum, mengelus rambut Keira dengan lembut seolah tak ada yang terjadi.
"Kamu ngerti, kan, sayang? Aku cuma mau kita baik-baik aja," kata Reno sambil mengusap pipi Keira. Keira mengangguk pelan, meskipun hatinya hancur berkeping-keping. Ketakutan yang ia rasakan tak mampu ia ungkapkan. Ia hanya berharap waktu segera berlalu.
Beberapa lama setelah itu, tiba-tiba pintu kamar terbuka dan Luna serta Shinta masuk ke dalam ruangan. Kedatangan mereka membuat Reno terkejut. Dia menatap Keira dengan senyum tipis yang membawa pesan mengancam. Keira, yang awalnya cemas, langsung mengusap air matanya dan berusaha tersenyum ke arah Luna dan Shinta.
Luna dan Shinta mendekat, tapi Shinta langsung emosi melihat Reno berada di sana. "Lo ngapain di sini, Ren! Pergi sana!" seru Shinta dengan nada tinggi. Ia tahu betul bagaimana Reno memperlakukan Keira, dan amarahnya tak bisa dibendung lagi.
Keira, yang mendengar itu, malah merasa panik. Ingatan akan ancaman Reno membuatnya takut, dan tanpa sadar ia justru membela Reno. "Shin, lo apaan sih? Reno nggak ngapa-ngapain. Dia cuma nemenin gue di sini," ujar Keira dengan nada rendah tapi terdengar jelas di ruangan itu.
Shinta menatap Keira dengan bingung dan marah. "Ra, dia itu jahat sama lo! Lo nggak inget apa yang udah dia lakuin sama lo? Lo mau terus disakitin sama orang kayak dia?"
Luna, yang selama ini selalu bersikap tenang, juga ikut angkat bicara. "Keira, lo gak perlu takut. Kita di sini buat lo. Reno udah kelewatan, dan lo harus lepas dari dia sebelum semuanya makin parah."
Reno, yang dari tadi hanya diam mendengarkan, tertawa kecil. "Lo berdua ngapain sok ikut campur urusan orang? Ini masalah gue sama Keira, gak ada hubungannya sama kalian. Kalau Keira mau gue di sini, ya gue di sini."
Shinta semakin marah mendengar Reno berbicara seperti itu. "Lo pikir lo bisa ngancem dia terus? Lo pikir kita bakal diem aja liat temen kita disiksa sama lo?"
Keira mulai merasa sesak, ketegangan di antara mereka membuatnya semakin bingung. Hatinya terjepit di antara ketakutan akan ancaman Reno dan rasa bersalah terhadap teman-temannya. Dia tahu apa yang Reno lakukan salah, tapi ia terlalu takut untuk berbuat apa-apa. Ancaman yang menggantung di kepalanya membuatnya merasa tak punya pilihan.
"Gue... gue baik-baik aja," ucap Keira akhirnya, meski suaranya terdengar bergetar. Ia berharap kata-kata itu cukup untuk menghentikan pertengkaran.
Luna menatap Keira dengan kecewa. "Keira, lo nggak baik-baik aja. Lo cuma takut. Lo tahu kita di sini buat bantuin lo, kan?"
Tapi sebelum Keira bisa merespon, Reno berdiri. "Udah cukup, gue nggak mau denger ceramah dari kalian lagi. Keira udah bilang dia baik-baik aja, jadi kalian nggak usah campur tangan," kata Reno dengan nada tegas, mencoba mengambil alih situasi.
Luna dan Shinta tidak mau menyerah, tapi mereka tahu Keira masih terlalu takut untuk melawan Reno sekarang. Mereka saling bertukar pandang, dan Shinta akhirnya bicara lagi. "Lo gak bisa terus-terusan ngancem dia, Ren. Kita bakal cari cara buat nolongin Keira, meskipun lo mau ngapain pun."
Reno hanya tersenyum sinis. "Gue tunggu aja," katanya dengan nada penuh kesombongan, lalu kembali duduk di samping Keira. Ia meraih tangan Keira dan menggenggamnya erat, seolah ingin menunjukkan bahwa ia masih mengendalikan semuanya.
Keira diam, hanya bisa menatap Luna dan Shinta dengan tatapan kosong. Meski teman-temannya ada di sana, ancaman Reno masih menghantui pikirannya. Ia merasa terperangkap, seolah tak ada jalan keluar.
Setelah beberapa saat, Luna dan Shinta akhirnya memutuskan untuk pergi. Mereka tahu bahwa tidak ada yang bisa mereka lakukan sekarang, setidaknya tidak saat Reno masih di sana. Namun, mereka bertekad untuk mencari cara lain. Mereka tak akan membiarkan Keira terus terjebak dalam hubungan yang penuh ancaman ini.
Saat Luna dan Shinta keluar dari ruangan, Reno kembali tersenyum pada Keira. "Lihat? Mereka nggak bisa ngapain-ngapain, Ra. Mereka nggak bisa bantu lo. Cuma gue yang bisa bantu lo, inget itu."
Keira hanya mengangguk pelan, hatinya terasa hampa. Di satu sisi, ia tahu bahwa teman-temannya benar, tapi di sisi lain, ancaman Reno begitu nyata, membuatnya tak berani melawan.
Setelah beberapa waktu, Reno akhirnya memutuskan untuk pulang. "Gue harus pergi sebentar, tapi gue bakal balik lagi nanti. Jangan khawatir ya, sayang," katanya sambil mengelus rambut Keira sekali lagi. Keira mengangguk tanpa kata, menatap Reno pergi dengan perasaan campur aduk.
Saat pintu kamar menutup di belakang Reno, Keira merasa kesunyian yang aneh. Ia sendirian lagi, tapi ada sedikit rasa lega karena Reno sudah pergi. Namun, ketakutan akan apa yang akan terjadi jika ia melawan Reno masih membebani pikirannya.
Di luar rumah sakit, Luna dan Shinta sudah berdiskusi. "Kita harus lakukan sesuatu, Shin. Gue nggak mau Keira terus-terusan kayak gini," kata Luna dengan tekad.
"Ya, gue juga gak bisa tinggal diam. Tapi kita harus hati-hati. Reno itu bahaya," jawab Shinta. Mereka berdua tahu bahwa ini tidak akan mudah, tapi demi Keira, mereka siap melakukan apa pun untuk menyelamatkan temannya.
Di kamar rumah sakit, Keira menatap keluar jendela dengan tatapan kosong. Ia berharap, di suatu tempat, ada jalan keluar dari kegelapan ini. Ia hanya ingin merasa aman lagi, tapi entah bagaimana, perasaan itu terasa semakin jauh.
hampir mirip dengan hidupku
Semangat terus Authot
Jangan lupa mampit ya 💜