"Bagaimana cara mendapatkan mu?"
Yigon yang didesak ayahnya untuk segera menikah pun merasa kebingungan. Tak lama kemudian, dia jatuh cinta dengan seorang gadis SMA yang baru pertama kali di temuinya. Berawal dari rasa penasaran, lama-lama berubah menjadi sebuah obsesi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anak Balita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 Lamaran lewat jalur paksaan
Dihari itu, Fairy bangun lebih awal dari biasanya. Tidurnya tidak nyenyak sama sekali, dia terus memikirkan Yigon yang semalaman kemarin tidak ada menghubunginya.
Bahkan chat yang dia kirim sesaat setelah Yigon mengantarnya pulang, masih belum dibaca oleh Yigon. Fairy terus menatap layar ponselnya, sembari mengharapkan balasan pesan dari Yigon.
Cukup lama dia menunggu sambil terus menebak-nebak, apa yang sebenarnya Yigon lakukan kemarin malam?
"Paman itu tidak sedang berkencan dengan wanita lain kan semalam?" pikirnya negatif.
Berkali-kali Fairy melihat ponselnya guna memastikan status Yigon sedang online atau tidak. Fairy galau, dia terus berpikir macam-macam tentang Yigon. Padahal dia mulai mempercayai pria dewasa itu, tapi kini ia dibuat bimbang olehnya. Hingga matahari pun mulai menampakkan sinarnya.
TOK! TOK! TOK!
Suara ketukan pintu terdengar dari luar. Fairy yang malas pun dengan terpaksa berjalan dan membuka pintu kamarnya. Bibi Anna yang sudah siap dengan segala persiapan tempurnya itu, langsung menerobos masuk dan mempersiapkan pakaian untuk Fairy pakai di hari itu.
"Nona baru bangun? Sudah pukul berapa ini? Cepatlah bersiap! Sarapan sudah menunggu anda di bawah!" kata bibi Anna yang selalu bersemangat di pagi hari.
"Dosennya ngajar sekitaran jam 8 lebih bik. Kenapa begitu gawat? Lagian sesekali telat juga tidak masalah," sahut Fairy yang membuat bibi Anna keheranan.
Biasanya Fairy paling semangat jika ada kuliah pagi, karena saat kuliah pagi, dia akan dijemput oleh Yigon dan di antar ke kampus oleh Yigon juga.
"Apa nona ada masalah?" tanya bibi Anna merasa khawatir.
"Tidak apa-apa, Riri hanya merasa sedikit malas saja hari ini," sahut Fairy yang kemudian mengambil handuknya dan pergi ke kamar mandi.
Bibi Anna yang selalu berfikir positif pun tidak begitu menanggapi sikap Fairy yang tiba-tiba berubah menjadi malas dan tidak bersemangat.
"Tuan dan Nyonya sepertinya ada urusan yang mendesak dihari ini. Saya lihat tadi, mereka berdua pergi bersama, dan menitip pesan kepada anda jika mereka mungkin akan pulang larut," kata bibi Anna menjelaskan.
Fairy yang tidak perduli dengan apa yang dilakukan kedua orang tuanya itu pun tidak menanggapi perkataan bibi Anna. Dia menghidupkan shower dan melanjutkan mandi paginya tanpa menghiraukan bibi Anna yang sepertinya ada mengatakan sesuatu kepadanya.
...----------------...
Di rumah Yigon. Cahaya matahari masuk menembus kaca jendela kamarnya Yigon, dia terbangun gara-gara cahaya matahari yang menyengat dan menyilaukan matanya.
"Uhh... Jam berapa ini?" erangnya.
Yigon mengecek ponselnya, banyak pesan dan telepon dari nomornya Fairy. Tapi, dengan tenang Yigon mengabaikan pesan gadis yang dicintainya itu.
Apakah Yigon sedang melakukan teknik tarik ulur? Entahlah, yang dia rasakan saat itu hanyalah pusing dan rasa sakit di kepalanya, gara-gara kemarin ia meminum banyak alkohol bersama Hiden.
Pelan-pelan Yigon berjalan ke dapur sambil terus meraba tembok di sampingnya. Dia kesulitan berjalan karena semua hal yang dia lihat terlihat berputar sangat kencang.
"Rimon! Tolong buatkan kakak air madu, sial... Kepalaku sakit sekali, sebenarnya minuman apa yang bapak itu berikan kepadaku?" kata Yigon yang berteriak memanggil Rimon, adiknya.
Tapi karena tidak ada jawaban dari Rimon, Yigon pun tahu jika adiknya itu telah pergi ke resto pagi-pagi sekali. Untungnya, Linnon datang tepat waktu, sebelum Yigon ambruk, Linnon hadir bagaikan seorang hero.
"Tuan! Anda kenapa tuan muda?" Linnon berteriak saat Yigon ambruk tapi masih dalam keadaan sadar.
"Jangan berteriak... Kepalaku sakit," kata Yigon sangat pelan.
Menghadapi situasi yang seperti itu, dengan cepat Linnon membawa Yigon ke rumah sakit.
...----------------...
"Hmmm! Ini enak sekali!" kata Keiya yang sangat senang memakan tahu buatan Rimon.
"Syukurlah anda menyukainya," sahut Rimon bahagia karena kliennya merasa senang memakan masakannya.
"Kakak koki, siapa namamu? Apa kau sudah punya pacar? Bagaimana tipe wanita yang kakak sukai? Apa kakak menyukai wanita yang lebih tua atau lebih muda?" tiba-tiba Keiya menanyakan hal itu, hal yang tidak berhubungan dengan masakan yang dibuatnya.
Rimon terdiam karena Keiya menanyakan hal yang bersifat pribadi kepadanya. Dia hanya ingin memberitahukan namanya dan statusnya saat ini.
"Nama saya Rimon Moera, nona. Dan... Saya tidak sedang memiliki seorang pacar," sahut Rimon canggung.
Keiya tersenyum lebar saat mengetahui Rimon tidak memiliki pacar. Kaizen, Ami, Xiaodi, para koki, dan semua pekerja yang ada disana merasa tegang, karena seperti nya Keiya sangat menyukai Rimon. Mereka bersiap untuk memperlakukan Rimon dengan sangat baik.
"Papa!" Keiya menoleh dan menatap ayahnya yang dengan berat menganggukkan kepalanya.
Keiya yang sudah mendapatkan izin dari ayahnya pun langsung berdiri dan berjalan mendekati Rimon yang masih berdiri kebingungan. Semua mata tertuju kepadanya, Rimon yang bingung pun tidak tau harus berbuat apa.
"Kak Rimon," Keiya datang sambil memegang kedua tangannya Rimon.
"Y-ya?" tanya Rimon gagap.
"Kak Rimon, nikah yuk! Yaya menyukaimu! Ayok!" kata Keiya sontak membuat Rimon terkejut parah.
Anak berumur 15 tahun tiba-tiba melamarnya! Bagaimana tidak terkejut? Semua orang yang ada di rumah itu menatap Rimon dengan tatapan harap-harap cemas, bahkan Kaizen, ayah kandungnya Keiya juga tidak mengatakan apapun.
"A-apa yang anda katakan? Jangan bercanda soal pernikahan, belajar dulu ya benar ya, siapkan masa depanmu dengan baik. Dan jangan nakal!" kata Rimon malah menasehati Keiya sambil menepuk-nepuk pundak gadis kecil itu.
Semua orang yang melihat Rimon melakukan itu pun langsung memberikan kode dengan menggelengkan kepada mereka dengan pelan. Rimon yang tidak memahami maksud mereka pun hanya bisa tersenyum dan merasa sangat canggung dengan tatapan semua orang kepadanya.
"Hiks... Huhuhu...Jadi Yaya ditolak? Kak Rimon tidak mau menikah dengan Yaya karena Yaya masih kecil? Jadi, kalau Yaya sudah besar, apakah kak Rimon mau menikah dengan Yaya?" kata Keiya sambil menangis, tangannya mungilnya terus memegang erat tangan Rimon.
Tidak ada yang melakukan apapun, semuanya diam, mereka seakan menunggu Rimon menerima lamaran gadis kecil itu.
"Hmm ini sulit, tapi aku penasaran, memangnya apa yang nona sukai dariku?" tanya Rimon yang mencoba mengobrol dengan Keiya yang masih berada di hadapannya.
"Semuanya, terutama dengan masakanmu hari ini. Yaya akan menandai mu terlebih dahulu sebelum nanti keburu dimiliki oleh orang lain. Saat besar nanti, Yaya akan tumbuh menjadi lebih cantik. Jadi, ayo menikah denganku!" ajak Keiya kembali.
"Padahal itu cuma tahu, memangnya harus sampai seperti ini? Baiklah, maka dari itu, tumbuhlah dengan cepat!" sahut Rimon yang tidak ingin masalah ini terus berlanjut dan menyita banyak waktunya.
Keiya dan semua orang yang mendengar jawaban dari Rimon langsung bersorak kegirangan, sedangkan Kaizen hanya sedikit tersenyum kepada calon menantunya itu.
"Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Apa aku sedang dijebak oleh keluarga ini?" batin Rimon bertanya-tanya.
Ami yang bersemangat langsung datang membawakan surat perjanjian yang harus Rimon tandatangani sebagai pihak B, Keiya sebagai pihak A, dan Kaizen sebagai saksinya.
"Silakan ditandatangani Tuan," kata Ami sembari memberikan sebatang pena mahal kepada Keiya dan Rimon.
"Tunggu! Apa kalian sudah gila? Bagaimana bisa kalian melakukan hal ini kepadaku? Ini bukan hanya sekedar lelucon! Ini sudah kelewatan! Aku tidak mau! Surat perjanjian apa ini? Apakah ini sudah dipersiapkan dari awal? Apa kalian mencoba menjebak ku?" kata Rimon marah dengan apa yang sedang keluarga Ester lakukan kepadanya.
Semua orang diam seakan hal itu bukanlah masalah bagi mereka. Rimon bingung, marah, dan berencana pulang sendiri, tapi tentunya pelarian dirinya tidak akan berjalan mulus. Keluarga Ester tidak akan membiarkannya pergi, sebelum menandatangani surat perjanjian pernikahan itu, karena jika sudah Keiya Ester bersabda, semua orang tidak bisa menolak nya.
Apa yang akan Rimon lakukan?