Cinta, apakah sungguh-sungguh ada di dunia ini, Zea nyaris tak percaya, menikah apakah akan menjadikan kebahagiaan? Zea pun nyaris tak percaya, pernikahan hanya pintu untuk seruntutan peristiwa yang memusingkan dan mengecewakan. Lelah berpikir tentang cinta, jodoh dan pernikahan Zea justru sibuk dengan berkebun dan berkuda, baginya hal ini lebih menyenangkan.
Namun siapa sangka hadirnya pemuda yang jauh dari usianya itu mampu mengacaukan pondasi dan perasaanya. Lalu bagaimana kah kisah selanjutnya? Akankah dirinya bisa merasakan indahnya cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
penyesalan
Zea bertemu Kak Intan dan Zia di stable selepas Al Jovano pergi dari tempatnya, Zea ingin meminta saran dari saudara-saudaranya.
Zea bercerita semua tentang Al Jovano dan bagaimana status tidak jelas antara keduanya, Zea juga bercerita bagaimana dirinya berkali-kali menolak Al Jovano dan bagaimana juga Al Jovano mengajaknya menikah berkali-kali pula.
"Aku sih Yes. Kamu jauh lebih beruntung dari pada Kakak dan Zia dalam percintaan." Kata Kak Intan sembari membalas pesan suaminya.
"Kak dulu menerima lamaran Mas Reihan justru karena kami sama-sama tak mempercayai cinta. Malah kita lebih parah membuat kesepakatan di atas pernikahan." Lanjut Kak Intan lagi.
"Aku juga tidak seberuntung kamu Zea. Aku terpaksa menikah karena permintaan alma, aku malah belum merasakan cinta saat awal pernikahan. " Tambah Zia menasehati Zea.
"Kamu malah dari awal justru di cintai dan di perjuangkan, jarang loh ada laki-laki yang tulus." Kata Zia lagi.
"Ya emang sih, awalnya aku tidak setuju sama Al, kamu taulah, dulu dia mengejar aku. Aku sempat takut kamu hanya sebagai pelarian rasa kecewanya. Namun setelah aku pastikan perasaanya padamu yang tak goyah sama sekali saat di Korea. Aku yakin dia tulus." Imbuh Zia lagi.
Zea masih diam mendengar semua nasehat dari saudara-saudaranya, memang benar dirinya jauh lebih beruntung di cintai sedalam itu di banding kembaran dan kakaknya.
"Minusnya tu anak hanya usia... tapi masalah kedewasaan dan tanggung jawab aku rasa bagus... " Tutur Kak Intan menambahi.
Semua diam mereka merenungi nasib percintaan yang masing-masing, bagaimana penulis takdir melukiskan kisah cinta untuk mereka semua.
"Kak!! " Semua orang menoleh saat Kean tiba-tiba masuk tanpa permisi.
"Kean!! Astaghfirullah, ngagetin tau! " Tegur Intan.
"Maaf." Kean nyengir sambil berlalu duduk di hadapan saudara-saudaranya.
"Ada apa?" Tanya Zia
"Aku mintanya sama kak Zea. " Jawab Kean lalu menatap Zea dalam dan penuh permohonan.
"Kenapa?" Tanya Zea bingung.
"Please, menikahlah kak, pumpung ada yang mau." Kata Kean.
"Ckkk Asem, maksudnya apa bilang gitu? aku gak laku?" Zea tersinggung dengan adik laki-lakinya itu.
"Bukan, Aku tuh gak ingin jadi Jaka tua, karena nungguin Kakak tidak segera menikah." Jelas Kean menjelaskan.
"Emang udah ada calon? " Tanya Zia penasaran.
"Udah." Jawab Kean mantap.
"Makanya Kak Zea. Please pikirkan masa depan Kean, jangan sampai aku melangkahi kamu, itu pasti tidak sopan dan Ayah juga Bunda pasti sedih." Mohon Kean lagi.
"Ckkk.Ya udah sih jangan nikah dulu, baru juga usia 24 tahun." Kata Kak Intan.
"Iiih,gak bisa Kak. Dosa, Kean sudah wajib karena sudah memiliki sahwat dan perasaan." Protes Kean.
"Astaghfirullah. Kamu udah sejauh apa?" Tanya Kak Intan dan Zea bersamaan.
"Kami udah tinggal bareng. " Kata Kean jujur.
"Apa????"
"Kean!!!!!!! " Kompak semua perempuan itu berteriak dan menaruh tangan di pinggang karena marah pada adik laki-lakinya itu.
"Ya kan dia asisten rumah tangga aku kak di apartemen. " Jujur Kean.
"Aku belum ngapa-ngapain dia tapi aku sering gak bisa tidur bayangin dia bagaiman tidurnya, bayangin dia kalau hidup bersamaku bagaimana." Lanjut Kean jujur.
"Astaghfirullah. " Kata Zea mengelus dada.
"Itu sih fiks wajib nikah,kamu udah parah!!! " Kata Zia.
"Ya makanya Kak Zea nikah duluan, nanti gantian Kean." Mohon Kean pada saudara-saudaranya itu.
"Zee. Nasib dua laki-laki di tanganmu. semua terserah kamu,bisa jadi Al Jovano juga seperti Kean. " Tegur Zia.
Zea makin menutup wajahnya, apa iya memang dirinya harus menikahi brondong muda itu, rasanya takdir begitu aneh mengatur cinta di hidupnya.
***
Hari yang di tunggu-tunggu pun tiba, semalam Al Jovano maupun Zea sama-sama tak bisa memejamkan matanya dengan tenang.
Keduanya menuju lokasi yang mereka sepakati dengan perasaan yang tak menentu. Al Jovano memilih memakai motornya untuk mempercepat sampai di sana, sementara Zea menaiki mobil seperti biasa.
Zea tiba lebih awal karena lokasinya lebih dekat dengan rumahnya, Zea memesan minum terlebih dahulu dan meminumnya untuk menghilangkan rasa gugupnya.
Masih ada waktu sepuluh menit dari jam yang di sepakati Zea berharap Al Jovano tidak terlambat dan tidak kenapa-kenapa, karena bocah itu biasanya paling on time.
Brakkkkkk
Derrrrrrrrr
Ciiittttttttt
Tinnnnnn
Bunyi motor jatuh dan suara mobil mengerem mendadak, juga riuh orang di depan Kafe, mendadak perasaan Zea menjadi tidak enak.
"Ada apa? " Semua orang bertanya dan berlari keluar kafe untuk melihat kecelakaan tadi.
Zea pun ikut penasaran dan memutuskan untuk keluar, di sana korban sudah di krumuni banyak orang, Zea harap-harap cemas dengan belum datangnya Al Jovano, jangan-jangan bocah itu naik motor kebut-kebutan pikir Zea.
"Astaghfirullah,Kasian sekali."
"Iya,mana ganteng gitu."
"Kakinya kayaknya parah deh. "
"Iya serem tadi keseret motornya mana sempat kelindes motor lain."
"Duh, sayang banget kalau ganteng-ganteng lumpuh."
Suara orang-orang yang berkata setelah melihat kondisi korban kecelakaan, Zea tertegun sesaat saat mengenali motor lanang yang di dorong orang untuk di pinggir kan itu, itu motor orang yang saat ini di tunggu kehadirannya.
"Al."
"Al!!!! " Zea berlari menerobos kerumunan itu, dan benar saja laki-laki yang masih memakai helem itu terkapar di atas jalan dengan kaki yang berdarah-darah.
Zea yakin jaket itu milik Al, Zea rengkuh kepala itu dan membuka kaca helem itu, dan benar saja Al Jovano terpejam dengan wajah pusatnya.
"Alll.!!!!! Please bangun!!!! "
"Tolong! Dia calon suami saya!!!! "
Zea berteriak sambil menangis, sakit saat melihat tubuh lemah itu tak merespon ucapnya.
"Al.Bangunnnn! Jangan tinggalin aku! "
"Hayyy. Iya aku mau nikah sama kamu."
"Ku mohon bangunnnn. "
Zea berkata dengan di iringi derai air matanya, orang-orang pun membantu Zea membawa tubuh itu ke dalam mobilnya.
Zea memacu mobil itu menuju rumah sakit yang terdekat dengan di bantu oleh beberapa orang yang menjaga Al Jovano di kursi belakang.
"Ya Allah, please selamatkan Al, Ku mohon. "
"Ya Allah. Maafkan aku. Maafkan dia. maafkan kami."
"Ku mohon Al, bangun, jangan tinggalkan aku." Batin Zea terus menangis sambil mengemudi mobilnya menuju rumah sakit.
Tiba di rumah sakit Al Jovano langsung di bawa ke rumah tindakan, Zea menunggu dengan cemas, Zea menyalahkan dirinya sendiri.
Zea memeluk lututnya dengan rasa menyesal yang luar biasa, seandainya kemarin langsung memberi jawaban tanpa berpikir lama-lama, seandainya tidak perlu bertemu di tempat tadi, pasti ini tidak akan terjadi pikirnya.
Zea menghubungi keluarganya juga keluarga Al Jovano meski dengan perasaan takut serta menyesal yang luar biasa.
"Ya Allah, tolong selamatkan dia, bagaimanapun keadaanya aku akan menikah dengannya. " Doa Zea masih terus terisak di ruang tunggu.
***
Yuk jangan lupa jejaknya ya kak. Besok hari senin jangan lupa Vote nya.
Terimakasih banyak yang udah dukung dan ikuti cerita Zea. 🙏🙏🙏🙏😍😍😍