NovelToon NovelToon
Kontrak 365 Hari

Kontrak 365 Hari

Status: tamat
Genre:Tamat / duniahiburan / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta
Popularitas:14.2M
Nilai: 4.8
Nama Author: Clarissa icha

Jihan yang polos dan baik hati perlu mengumpulkan uang dalam jumlah yang besar untuk membayar tagihan medis ibunya yang sakit parah. Terpaksa oleh situasi, dia menandatangani kontrak pernikahan dengan CEO perusahaan, Shaka. Mereka menjadi suami istri kontrak.
Menghadapi ibu mertua yang tulus dan ramah, Jihan merasa bersalah, sedangkan hubungannya dengan Shaka juga semakin asmara.
Disaat dia bingung harus bagaimana mempertahankan pernikahan palsu ini, mantan pacar yang membuat Shaka terluka tiba-tiba muncul...

Bagaimana kisah perjalanan Jihan selama menjalani pernikahan kontrak tersebut.?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

Jihan lebih sering mengaduk-aduk makanannya daripada menyuapkannya ke dalam mulut. Wanita itu kelihatan kehilangan selera makannya. Beberapa kali ketahuan melamun, sampai di tegur teman di sebelahnya. Tapi Jihan hanya tersenyum tipis menanggapi teguran temannya itu. Pikirannya tidak fokus, tertinggal di perusahaan saat tanpa sengaja bertemu dengan Rafka.

2 tahun bukan waktu yang sebentar, kisah cinta mereka sudah mengarah ke jenjang serius. Bukan sekedar untuk main-main ataupun mencari kesenangan. Tapi mana tau kalau akhirnya harus berakhir karna terhalang restu. Disaat seluruh hatinya telah dikuasai oleh Rafka, Jihan harus rela melepaskan. Percayalah, melepaskan orang gang sangat kita cintai tidak semudah itu.

"Kamu sakit.?" Suara Arda membuyarkan lamunan Jihan. Wanita itu menoleh ke samping. Dia bahkan tidak menyadari kalau tempat duduk temannya sudah di gantikan oleh Arda. Entah sejak kapan pria itu duduk di sebelahnya.

Jihan menggeleng, lalu menyuapkan makanan ke dalam mulut. Berusaha bersikap biasa saja, walaupun kegelisahannya masih bisa di baca oleh Arda.

"Kamu cuma mengaduk-aduk makanan dan melamun dari tadi." Kata Arda. Secara tidak langsung Arda mengatakan kalau Jihan tidak baik-baik saja.

"Aku pikir kamu sakit. Atau ada masalah.?" Arda menatap teduh sekaligus menelisik raut wajah sendu Jihan.

Siapa yang tega melihat kesedihan di mata Jihan. Wanita yang biasanya ceria dan banyak bicara, tiba-tiba diam dan sering melamun. Padahal mereka masih ada di restoran untuk merayakan pernikahan Jihan. Bukankah harusnya Jihan menunjukkan kebahagiaan di depan semua orang.? Setidaknya agar mereka percaya kalau pernikahan itu benar-benar nyata, berjalan sebagaimana mestinya.

"Apa kelihatannya seperti itu.?" Jihan malah bertanya balik. Dari tadi dia tidak sadar sudah menunjukkan wajah sendu sekaligus gelisah. Apalagi kedapatan melamun beberapa kali. Makanya dia heran karna banyak rekan kerja yang menanyakan keadaannya.

Arda terkekeh kecil, tangannya reflek ingin mengusap kepala Jihan. Namun pria itu sadar kalau wanita di sampingnya sudah dimiliki orang lain. Jadi Arda menurunkan kembali tangannya yang sudah terangkat di belakang tubuh Jihan.

Arda tidak akan selancang itu dan cukup sadar diri.

"Kamu mikirin Pak Shaka yang nggak datang-datang.?" Tebak Arda, lalu mengulas senyum kecil.

"Kamu tau sendiri CEO kita itu sangat sibuk, maklumi saja. Lagipula teman-teman kita juga paham. Jadi nggak masalah kalau Pak Shaka nggak bisa gabung sama kita." Tuturnya mencoba mengurangi kegelisahan Jihan.

Wanita berparas ayu itu tampak mengukir senyum teduh pada Arda, dia cukup menghargai usaha Arda yang ingin menenangkannya. Meski bukan itu permasalahan Jihan yang sebenarnya. Sebab, Jihan juga tidak mempersalahkan ketidak hadiran Shaka.

"Maaf terlambat,," Suara maskulin itu mengejutkan Jihan. Lebih terkejut lagi saat pemilik suara itu mencium kepalanya tiba-tiba. Jihan reflek mendongak, pria yang baru saja mendaratkan kecupan itu terlihat tersenyum lebar. Detik berikutnya, sebuah buket mawar merah di letakkan di depan wajah Jihan. Posisi kedua tangan Shaka melingkar dari belakang karna memegang buket bunga itu.

Suasana di restoran mendadak riuh. Banyak yang iri dengan keromantisan CEO mereka terhadap istrinya. Mereka menyoraki Jihan dan saling membisikkan kata so sweet. Beberapa orang mengambil ponsel untuk mengabadikan momen romantis itu.

Sadar bahwa posisinya cukup mengganggu, Arda kemudian beranjak dan pergi dari sana. Pria itu bahkan meninggalkan restoran. Kepergian Arda sempat menjadi pusat perhatian Shaka. Dia memang sempat melihat interaksi Jihan dengan pria itu.

Jihan tersenyum kikuk menatap Shaka. Wanita itu bingung sendiri harus bersikap seperti apa. Dia kemudian menerima buket bunga dan mengucapkan terimakasih pada suaminya yang sikap dan tindakannya sulit di tebak.

20 menit yang lalu baru saja mengabari kalau dia sibuk. Jihan pikir, Shaka tidak akan datang. Tapi siapa yang bisa menebak kalau tiba-tiba pria itu muncul dengan buket mawar di tangannya. Bahkan berani mendaratkan kecupan di pucuk kepala Jihan.

"Lanjutkan saja makan siangnya." Ujar Shaka pada karyawannya yang kedapatan sibuk memperhatikan interaksinya dengan Jihan.

"Baik Pak." Jawab mereka sopan.

Masih dalam keterkejutan, Jihan bengong menatap buket bunga di tangannya. Kemudian menoleh pada Shaka. Pria itu sudah duduk di samping Jihan. Menempati kursi yang baru saja di tinggalkan oleh Arda.

"Kenapa makananmu hanya di acak-acak.?" Shaka menatap makanan di piring Jihan yang tidak berbentuk. Semua makanan bercampur jadi satu, sudah mirip gado-gado. Padahal makanan western.

Jihan hanya menanggapi dengan senyum samar.

"Saya pikir Pak Shaka benar-benar sibuk." Ujarnya mengalihkan pembicaraan.

"Seharusnya nggak perlu di paksakan datang kalau memang masih banyak pekerjaan." Sambungnya. Shaka hanya diam, pria itu malah menatap intens wajah Jihan. Entah apa yang sedang diperhatikan oleh Shaka. Jihan sampai mengalihkan pandangan karna risih di tatap sedekat dan seintens itu oleh Shaka.

"Kamu nggak berniat mengambilkan saya makan siang.?" Tanya Shaka. Jihan menoleh, keningnya tampak berkerut.

"Memangnya Pak Shaka belum makan.?" Tanyanya heran. Melihat sudah jam 12, Jihan pikir Shaka sudah makan dengan relasi bisnisnya.

Namun pertanyaan itu di jawab gelengan kepala oleh Shaka. Tak perlu menunggu perintah dua kali, Jihan beranjak dari duduknya dan mengambilkan makanan untuk Shaka.

"Sekali terimakasih. Waktu Pak Shaka sangat berharga, tapi rela di buang sia-sia untuk menyempatkan datang ke restoran." Ucap Jihan ketika Shaka mulai melajukan mobilnya.

Shaka hanga diam, pria itu fokus menyetir tanpa merespon perkataan Jihan. Sikapnya kembali dingin dan cuek. Membuat Jihan menarik nafas dalam-dalam.

...******...

Pukul 8 malam, Jihan sibuk memasukkan baju-bajunya ke dalam koper. Honeymoon dadakan ini benar-benar membuat Jihan kewalahan. Dia harus menyiapkan baju-baju yang sesuai dengan musim dingin di Swiss. Untungnya dia punya suami kaya, jadi bisa memiliki baju untuk musim dingin dalam hitungan jam saja.

Di ruangan yang sama, Shaka juga mengemasi baju-bajunya ke dalam koper. Pria itu tidak terlalu banyak membawa baju. Mungkin berniat membeli di sana jika kekurangan baju.

"Pesan hotelnya yang dua kamar kan.?" Tanya Jihan penasaran. Shaka menoleh sekilas, lalu fokus kembali menata bajunya.

"Memangnya kenapa kalau satu kamar.? Bukannya belakangan ini kita tidur satu ranjang." Jawab Shaka tanpa menatap Jihan.

"Pokoknya di Swiss harus pisah kamar." Tegas Jihan. Wanita itu sedang berusaha melindungi diri. Khawatir di terkam Shaka di saat suhu di Swis sedang dingin-dinginnya. Karna disaat dingin seperti itu, pasti ada yang butuh kehangatan. Bagaimana kalau Shaka khilaf. Jihan sendiri yang akan rugi. Dia bisa jadi janda dalam keadaan sudah tidak pe-rawan.

"Lihat nanti saja." Sahut Shaka enteng. Jihan langsung mencebikan bibir dan buru-buru menutup kopernya karna sudah selesai memasukkan semua keperluan yang akan di bawa.

"Nggak masalah kalau satu kamar, asal Pak Shaka jangan menyentuh saya.!" Gerutu Jihan sembari menarik koper untuk diletakkan di dekat pintu.

"Ckk,,, seperti masih pe rawan saja." Cibirnya. Walaupun sebenarnya Shaka sudah tau kalau Jihan masih suci. Pria itu hanya ingin memancing kekesalan Jihan saja.

"Memang.! Saya bukan Pak Shaka yang udah nggak per jaka lagi." Jawab Jihan berani.

"Kamu mau cobain yang udah nggak per jaka.?" Tawar Shaka seraya memberikan tatapan mesum. Jihan tampak bergidik ngeri dan memilih kabur dari walk in closet.

"Dasar mesum.!!" Teriak Jihan sambil setengah berlari.

Shaka mengulum senyum geli, lalu menyelesaikan pekerjaannya.

1
Refi Mardiana
Luar biasa
Mbak Pur
kan dari awal memang penuh perjanjian yg saling menguntungkan
Ni Ketut Patmiari
Luar biasa
Tini Pelawiten
kabar juna??
Elicia Yeung
Luar biasa
Hyuna❤️Aditya
lanjut
Mama lilik Lilik
cuma fiksi lihat yg komen pedes banget ,sabar buuuu, dunia halu nya author jangan emosi,,maaf ya,saya baca di atas komen nya pedes melebihi pedesnya bon cabe level 10/Facepalm/
Ari Satria
Luar biasa
Ari Satria
Biasa
salmah asri
Ternyata sekretaris barunya annelise, apakah bisa menaklukkan hati Bryan🤔🤔
Dayu Evy
Kecewa
Dayu Evy
Buruk
salmah asri
😄😄😄😄
bromocorah92
sdh dibantu perobatan ibunya saja seharusnya bersyukur, masih mau minta kompensasi, dasar etnol sok jual mahal
bromocorah92
kok dia kliatannya sama dgn lon**, sgala sesuatu dihitung dgn uang
Lindra Wati
Luar biasa
Utayi🌿
dia yang ngelakuin aku yang malu jantungku udah kayak orang lagi lari maraton
Utayi🌿
nggak papa juga didalam biar Jihan cepat hamidun ada shaka junior
Utayi🌿
gak ada romantis romantis nya sih
Utayi🌿
laki laki emang gitu bilangnya diluar ehh malah di dalam🤣🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!