Erika gadis biasa yang harus bekerja keras untuk menyambung hidup karena dia menjadi tulang punggung keluarga.
Namun karena parasnya yang cantik membuat gadis seumurannya iri terhadapnya karena banyak pemuda desa yang ingin mendekatinya.
Hingga suatu hari Erika harus terjebak dalam situasi yang membuat dirinya harus terpaksa menikahi seorang pria asing yang tidak di kenalnya karena kecerobohannya sendiri dan di manfaatkan oleh orang yang tidak menyukainya.
Tara, nama pria itu yang bekerja di salah satu proyek perumahan di desa Erika.
Bagaimanakah kisah Erika dan Tata menjalani kehidupannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astri Reisya Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
"Erika" panggil bang Tara pagi ini saat aku baru selesai membereskan tepat tidur.
"Apa bang? " jawab ku tanpa melihat ke arahnya.
Bang Tara mendekati ku dan membuat aku menghentikan pekerjaan ku.
"Masalah di proyek sudah selesai" ucapnya.
"Ya bagus dong bang" balasku dengan senang.
"Jika sudah selesai tugas ku disini juga selesai dan aku harus balik ke Jakarta" lanjutnya dan membuat aku kaget.
Bang Tara memegang kedua tanganku lalu berkata "Abang berharap kamu ikut ke Jakarta dengan abang".
Aku terdiam tidak membalas ucapan bang Tara karena aku bingung. Aku ingin ke luar dari kampung ini tapi aku ingin membawa dua orang tua ku.
" Abang gak akan paksa kamu, jika kamu gak mau ikut, abang bisa pulang satu minggu sekali ke sini"lanjutnya dengan lembut.
"Aku minta waktu untuk berpikir bang" pinta ku dan bang Tara hanya mengangguk menyetujui permintaan aku.
Bang Tara pun langsung pamit pergi kerja dan aku langsung membantu mama membereskan rumah. Setelah selesai aku melihat mama sedang duduk di halaman belakang sambil memotong sayuran.
"Ma" panggilku dan duduk di hadapannya.
"Ada apa sayang? " tanya nya dengan lembut.
"Bang Tara ngajak aku tinggal di Jakarta" beritahu ku.
Mama langsung terkejut karena aku bisa melihat dari raut wajahnya.
"Mama gimana kamu saja, mungkin ini saat nya kamu keluar dari kampung ini" ucap mama.
"Tapi, aku gak tega ninggalin kalian" lirih ku.
Mama menarik tangan ku dan memegangnya.
"Denger, sudah kewajibannya seorang istri ikut kemana saja suaminya pergi" nasehat mama.
"Tapi" ucapku.
"Mama disini ada Alma jadi kamu jangan khawatir" lanjutnya.
Aku pun mengangguk dan aku putuskan untuk ikut bersama bang Tara ke kota.
Hari itu pun tiba dan aku sudah siap dengan barang bawaan ku sambil menunggu bang Tara yang sedang menerima telpon entah dari siapa. Kami menunggu mobil yang sedang di ambil sopir kantor. Mobil pun tiba dan kami langsung pamit pada semua orang disini. Sedih itu yang saat ini aku rasakan karena ini pertama kalinya aku pergi dari kampung ini, kampung yang banyak kenangannya.
Bang Tara yang menyetir dan aku hanya menemaninya saja. Perjalanan kami tak butuh waktu lama hanya tiga jam saja dari kampung ku menuju kota. Saat sudah memasuki kota aku melihat sekeliling, namun aku di buat kaget saat memasuki sebuah komplek perumahan yang mewah semua rumah terlihat mewah.
"Bang rumah mu daerah sini? " tanya ku tanpa meliriknya.
"Iya" jawab bang Tara.
Aku di buat kagum lagi saat mobil masuk ke sebuah rumah mewah dan halamannya luas.
"Sudah sampai" ucapnya "Ayo keluar" ajaknya sambil membuka pintu.
Aku pun ikut turun dan di depan rumah kami sudah di sambut oleh bunda dan mbak Melda yang tersenyum hangat pada ku.
"Apa kabar Erika? " tanya bunda setelah memeluk ku.
"Baik bun, bunda sehat? " membalas bunda.
"Sehat sayang, ayo masuk"ucap bunda sambil merangkul ku.
Aku senang karena dapet mertua yang baik. Saat masuk kedalam ternyata anggota kelurga yang lain menunggu bahkan di sana aku melihat seorang pria paruh baya yang sepertinya ayah dari bang Tara karena wajah mereka mirip.
"Erika, kenal kan ini papa" bunda mengenalkan papa dan aku langsung mencium tangannya.
Lalu bunda mengenalkan suaminya mbak Melda dan kedua anaknya yang satu bernama Keyla dan yang kedua Sakti. Lalu bunda juga mengenalkan satu wanita lagi yang memakai hijab dia kakak tertua bang Tara bernama Elisa dan anak nya yang bernama Davin yang sudah besar. Namun mbak Elisa sudah tidak punya suami karena suaminya meninggal dan dia merupakan menantu di rumah ini. Setelah acara perkenalan aku dan bang Tara naik ke atas untuk istirahat. Saat masuk kamar aku di buat kagum lagi karena kamarnya luas dan tempat tidurnya bagus, aku langsung saja menjatuhkan tubuhku di atas tempat tidur.
"Bang empuk banget" ucapku namun tiba-tiba bang Tara ikut berbaring lalu menarik tubuhku untuk di peluknya.
"Kamu jangan merasa malu karena keluarga ku orang kaya, kamu harus bangga" ucapnya.
Aku hanya tersenyum, karena kami datang sudah sore saat aku sudah selesai mandi dan membereskan barang bang Tara langsung mengajak ku untuk turun karena waktunya makan malam. Di meja makan semuanya sudah hadir kami pun langsung duduk namun di sana ada seorang pria yang berada di samping suami mbak Melda dan entah siapa namun orang itu aku merasa tidak asing.
"Erika, kamu pasti merasa gak asing ya sama dia? " tanya mbak Melda yang sepertinya mengerti dari tatapan ku.
Aku hanya tersenyum karena malu juga.
"Dia juga sama dari kampung kamu, namanya Marwan keponakan suami mbak" ucap nya memberitahu ku dan aku langsung kaget.
"Kang Marwan? " tanya ku.
Kang Marwan pun mengangguk dan berkata "apa kabar Erika? ".
" Baik kang"jawab ku.
Kang Marwan itu mantan nya kakak Bella jadi aku kenal.
Semua orang pun makan dan setelah makan kami semua berkumpul di ruang kelurga untuk berbincang karena bunda bilang jarang berkumpul seperti ini. Apalagi mbak Melda sudah punya rumah sendiri. Bahkan bang Tara juga sudah menyiapkan rumah untuk kami jadi kemungkinan akan jarang berkumpul seperti ini. Setelah cukup lama berada di bawah aku dan bang Tara naik ke kamar untuk istirahat.
"Erika, gimana kelurga ku? " tanya bang Tara saat kami hendak tidur.
"Semuanya baik dan kelurga abang tidak melihat dari status sosial kita" jawab ku.
"Ya karena bunda juga sama kaya kamu dulu orang biasa bahkan dia karyawan papa" balas bang Tara.
"Masa, boleh dong cerita" pinta ku.
"Suruh bunda cerita saja" balas nya.
"Ya sudah besok aku minta bunda untuk cerita" ucapku lalu berbalik memunggunginya namun bang Tara malah meminta ku berbalik dan dia langsung menarik ku untuk di peluk nya dan kelanjutannya mungkin kalian tau.
Paginya setelah melakukan kewajiban ku sebagai muslim aku turun ke dapur namun saat di dapur sudah ada asisten rumah ini aku pun mendekatinya.
"Eh neng udah bangun, mau di buatkan apa? " tanya nya dengan sopan.
"Engga bi, aku mau bikin sarapan buat bang Kian" jawab ku.
Bang Tara di rumah ini di panggil Kian nama aslinya.
"Jangan neng biar bibi saja" larangannya namun aku tidak bias,sampai tiba-tiba mbak Elisa datang.
"Biarkan saja bi, dia ingin buat sarapan untuk suaminya" beritahu mbak Elisa.
Aku pun meliriknya dan tersenyum, mbak Elis mendekati ku.
"Kamu harus biasakan jadi nyonya di rumah ini" ucapnya dan membuat aku kaget.
"Dulu juga mbak gitu tapi suami mbak melarang harus ikuti aturan bunda jika tinggal di rumah ini" lanjutnya lalu pergi dan membuat aku bingung.
"Gitu ya kalau jadi orang kaya" gumam ku.
jangan Aku lebih baik Nama Tokohnya jadi ceritanya semakin menarik 🙏✌️👍
Ck ck...