Vherolla yang akrab disapa Vhe, adalah seorang wanita setia yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk kekasihnya, Romi. Meski Romi dalam keadaan sulit tanpa pekerjaan, Vherolla tidak pernah mengeluh dan terus mencukupi kebutuhannya. Namun, pengorbanan Vherolla tidak berbuah manis. Romi justru diam-diam menggoda wanita-wanita lain melalui berbagai aplikasi media sosial.
Dalam menghadapi pengkhianatan ini, Vherolla sering mendapatkan dukungan dari Runi, adik Romi yang selalu berusaha menenangkan hatinya ketika kakaknya bersikap semena-mena. Sementara itu, Yasmin, sahabat akrab Vherolla, selalu siap mendengarkan curahan hati dan menjaga rahasianya. Ketika Vherolla mulai menyadari bahwa cintanya tidak dihargai, ia harus berjuang untuk menemukan jalan keluar dari hubungan yang menyakitkan ini.
warning : Dilarang plagiat karena inti cerita ini mengandung kisah pribadi author
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jhulie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebahagiaan Mungil
Vherolla merasa senang karena belakangan ini dia tidak lagi melihat Romi berkomentar pada unggahan perempuan lain di media sosialnya. Bahkan, Romi kini jarang memposting apapun. Hal ini membuat Vherolla yakin bahwa Romi benar-benar telah berubah dan sepenuhnya mencintainya. Mereka pun menjadi lebih sering menghabiskan waktu bersama, mengobrol, tertawa, dan menikmati momen kebersamaan dengan lebih santai dan intim.
Pada hari Minggu pagi, Romi menjemput Vherolla untuk berjalan-jalan. Mereka pergi ke taman kota, menikmati angin sejuk dan keindahan pohon-pohon rindang. Romi tampak sangat perhatian, bahkan sesekali mengecup kening Vherolla dengan lembut sambil menggenggam tangannya.
"Seneng nggak, kita kayak gini aja, nggak perlu ada orang lain, cuma kita," ujar Romi tersenyum ramah.
Vherolla tersenyum malu. "Iya, Rom. Aku seneng banget. Udah lama nggak jalan-jalan santai begini."
Romi tersenyum nakal "Mungkin karena aku sekarang jadi lebih fokus sama kamu, ya. Nggak kayak dulu yang main-main terus di sosmed."
"Jujur, aku lega sih, Rom. Rasanya beda banget dibanding dulu," sahut Vherolla.
Romi menatap Vherolla dalam-dalam, mengusap pipinya dengan lembut, dan berkata dengan nada serius.
"Aku janji, Vhe, aku bener-bener serius sekarang. Aku nggak mau main-main lagi. Kamu itu beda. Aku bahkan udah nggak peduli lagi sama sosmed. Yang penting aku bisa bahagiain kamu."
Vherolla mengangguk perlahan "Makasih ya, Rom. Aku juga ngerasa jadi lebih percaya sama kamu."
Seharian itu, Romi dan Vherolla menghabiskan waktu bersama dengan penuh canda dan tawa. Mereka menikmati kebersamaan yang tanpa gangguan dari dunia luar. Romi juga sesekali mengajak Vherolla berfoto bersama, seolah ingin mengabadikan momen bahagia mereka.
Saat makan siang, Romi membawa Vherolla ke sebuah restoran kecil. Setelah memesan makanan, Romi mengeluarkan sebuah kantong kecil berisi hadiah.
"Ini buat kamu, Vhe."
Vherolla kaget saat membuka kantong itu dan menemukan sebuah kalung dengan liontin berbentuk hati. Matanya berkaca-kaca, tak menyangka Romi begitu perhatian.
"Rom, aku... nggak nyangka kamu bakal kasih aku ini."
"Kamu pantas dapet yang terbaik, Vhe. Aku tahu aku belum bisa kasih banyak, tapi setidaknya aku ingin kamu merasa dihargai."
Vherolla tersenyum haru. "Kamu tuh selalu bikin aku jatuh cinta lagi dan lagi, Rom."
Mereka kemudian menikmati makan siang dengan perasaan bahagia. Setelah itu, Romi membawa Vherolla ke sebuah toko pakaian dan membelikannya sepasang baju yang dia pilih sendiri untuknya.
---
Malam harinya, ketika mereka sudah kembali ke kos Vherolla, Romi membantu Vherolla merapikan baju barunya, dan mereka pun saling memeluk di atas ranjang. Vherolla merasa hangat dan nyaman berada di pelukan Romi, seolah-olah tidak ada lagi yang perlu ia khawatirkan.
"Aku seneng banget bisa bahagiain kamu, Vhe. Kamu tahu nggak, aku pinjem uang ke temen cuma buat bisa beli ini semua buat kamu."
Vherolla tersenyum terharu. "Kamu serius, Rom? Kamu nggak perlu repot-repot gitu buat aku."
"Nggak apa-apa, Vhe. Kamu itu berharga buat aku. Aku nggak keberatan melakukan ini semua," kata Romi.
Vherolla tersenyum bahagia, merasa semakin yakin bahwa Romi benar-benar mencintainya. Mereka saling berpandangan dengan penuh kasih, dan dalam sekejap, Romi mendekatkan wajahnya ke wajah Vherolla, memberikan kecupan lembut di bibirnya. Mereka berdua pun bergumul. Ciuman itu pun berlanjut menjadi momen yang penuh keintiman, membuat Vherolla semakin meleleh dalam pelukan Romi.
Vherolla merasakan detak jantungnya berdegup kencang, sementara Romi tampak semakin berani. Tangannya perlahan-lahan meraih wajah Vherolla, mengelus pipinya dengan lembut. Vherolla tidak bisa menolak, malah dia terbuai dalam kehangatan Romi yang semakin intens. Ciuman itu semakin dalam, seolah-olah mereka berdua tidak ingin momen ini berakhir.
Romi pun berbisik. "Kamu tau nggak, Vhe? Aku nggak pernah ngerasain hal seperti ini sebelumnya."
Sedangkan Vherolla hanya bisa tersenyum malu. "Rasanya aneh ya, Rom? Tapi aku seneng... seneng banget."
Mereka terus bercumbu dengan hangat, menciptakan momen yang membuat keduanya merasa begitu dekat satu sama lain. Romi memeluk Vherolla erat, mencurahkan perasaannya dengan cara yang mungkin tidak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata.
Obrolan ringan dan canda kembali mewarnai malam itu, hingga mereka berdua tertawa lepas. Setiap tatapan dan sentuhan membuat Vherolla merasa bahwa Romi benar-benar peduli dan tulus padanya. Bagi Vherolla, kehangatan Romi seperti obat bagi hatinya yang dulu sempat terluka karena sikap Romi.
Tak lama kemudian, Romi menggenggam kedua tangan Vherolla dan berkata dengan serius.
"Aku pengen kamu tau, Vhe... Aku sadar, aku mungkin nggak sempurna, dan aku masih banyak kekurangan. Tapi aku benar-benar serius sama kamu. Aku nggak mau kehilangan kamu," ungkap Romi.
Vherolla tersenyum lembut. "Aku ngerti, Rom. Aku juga sayang kamu, dan aku harap hubungan kita bisa bertahan."
Romi kembali memeluk Vherolla erat, lalu membelai rambutnya dengan penuh kasih. Saat itu, Vherolla benar-benar merasa aman dalam pelukan Romi, seakan tidak ada hal buruk yang bisa menyentuhnya.
"Hari ini tuh bener-bener hari yang berkesan buat aku. Makasih ya, Rom, udah nemenin aku," kata Vherolla.
"Aku juga ngerasa gitu, Vhe. Kamu bener-bener bikin aku tenang. Maaf kalo dulu aku bikin kamu sakit hati," jawab Romi.
"Sudahlah, Rom. Yang lalu biarlah berlalu. Yang penting sekarang kita berdua ada di sini," pasrah Vherolla.
Romi tersenyum penuh makna, lalu tanpa ragu ia kembali mencium Vherolla. Ciuman itu semakin dalam, seolah-olah keduanya ingin menandai malam itu sebagai malam spesial yang hanya milik mereka. Mereka saling berpelukan, merasakan kedekatan yang membuat keduanya merasa terhubung dengan cara yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Ketika malam semakin larut, Romi akhirnya berpamitan untuk pulang. Sebelum pergi, dia menggenggam tangan Vherolla sekali lagi, seolah-olah ingin meyakinkannya bahwa semua yang mereka rasakan malam itu adalah nyata dan tulus.
"Aku bakal inget malam ini, Vhe. Makasih ya buat semuanya," bisik Romi.
"Aku juga, Rom. Hati-hati di jalan ya," sahut Vherolla.
Vherolla mengantar Romi hingga ke pintu, lalu melihatnya pergi dengan perasaan hangat dan bahagia. Setelah pintu kos tertutup, Vherolla kembali ke kamarnya dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Semua momen indah yang baru saja mereka lewati terasa seperti mimpi baginya.