Menikahi laki laki kaya raya, ceo dan sangat tampan berkharisma bukanlah impian Retana Utami, seorang dokter internship.
Davendra Arkatama anma laki laki itu. Dia merasa dikhianati setelah melihat perempuan yang dua minggu dia nikahi, tidur dengan laki laki lain.
Lima tahun kemudian mereka bertemu. Davendra yang sudah punya calon pendampung tidak tau kalo ada anak diantara mereka
semoga suka ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi
"Aku minta maaf," ucap Retania pada Lingga yang masih terbaring di ranjang rumah sakit.
Sebentar lagi orang tua Lingga akan datang untuk menjemputnya.
Lingga tersenyum hangat.
"Kamu ngga salah."
"Gara gara aku, kamu juga kena apesnya." Wajah Retania tampak menyesal.
Lingga melebarkan senyumnya.
"Aku mungkin ngga cocok jadi dokter."
Retania menatap Lingga heran. Ngga cocok bagaimana? Lingga selalu berhasil menarik perhatian dokter dokter senior dengan kepintarannya.
Seakan memahami yang jadi bahan pikiran Retania, Lingga tersenyum.
"Orang tuaku ingin aku mengurus bisnisnya. Mungkin ini akibatnya setelah selalu menolak permintaan mereka," senyum Lingga sedikit melebar.
Retania tersenyum mendengarnya.
"Setelah ini kamu mau kemana, Reta?"
"Pindah dari kota ini. Mas Dipra sedang mengurus pengunduran dirinya. Kami akan memulai hidup baru."
"Oooh...." Agak kecewa Lingga mendengarnya.
Keduanya sama sama terdiam.
"Aku dengar dia sudah.... Emm.... menjatuhkan talak....," ucap Lingga ragu.
Ini terlalu cepat untuk dikatakan, momennya kurang tepat, putusnya membatin.
"Ya, aku akan memulai hidupku yang baru," ucap Retania berusaha tegar. Dia ngga bisa pungkiri kalo hatinya saat ini sangat sakit.
"Memang harus. Aku yakin kamu bisa," senyum Lingga berusaha menguatkan.
Retania memganggukkan kepalanya.
Ngga lama kemudian dia pun pamit, Lingga hanya bisa mengatakan 'hati hati', tanpa bisa mengungkapkan apa yang ada di hatinya.
Lingga bisa melihat luka yang menganga di sepasang mata sedih rekannya.
Mungkin nanti, setelah Retania bisa melupakan laki laki ba ji n gan itu, dia akan mengatakan isi hatinya.
"Retaa....," panggil Elza saat melihat sahabatnya yang baru keluar dari kamar perawatan dokter Lingga.
Retania tersenyum melihat dokter Elza bersama suster Tiwi sedang berjalan beriringan mendekatinya.
'Mau pergi sekarang?" tanya Elza sedih. Setelah beberapa bulan selalu bersama, ini bukanlah hal yang mudah.
Retani menggenggam tali tas punggungnya erat.
"Iya."
Elza dan Suster Tiwi pun mendekat, dan mereka pun berpelukan.
Isak kecil kembali terdengar mengiringi perpisahan mereka.
*
*
*
"Dokter itu sudah pergi?" tanya Ivy Oktavia pada asisten yang selalu bersamanya. Nadanya terdengar tak peduli.
"Sudah, nyonya." Walau hatinya berontak dengan ketakadilan ini, dia ngga bisa berbuat apa.
Dia ngga mau dipecat apalagi sampai diblacklist hingga sulit mendapatkan pekerjaan.
"Baguslah. Coba hubungi putra bungsuku. Katakan aku mau bertemu dengannya."
"Baik, Bu."
Asisten pribadinya pun segera menelpon putra mahkota yang sudah menghebohkan rumah sakit seharian ini.
Keningnya berkerut. Beberapa kali dia menelpon, jangankan diangkat. Telponnya malah ngga aktif.
"Bu, telpon tuan muda ngga aktif," lapornya cepat.
Nyonya Ivy Oktavia terkejut. Rencananya bisa berantakan kalo putranya melarikan diri.
"Anak kurang ajar," desisnya kesal. Dia pun menelpon dengan gusar. Ternyata asistennya benar.
Beliau pun menelpon putra keduanya Farros. Kemarahannya memuncak ketika Fartos ngga mengangkat telponnya. Tiga kali dia menelponnya, tapi tidak dipedulikan.
Akhirnya dia menelpon putra pertamanya. Untungnya diangkat. Beliaupun mengeluarkan semua ledakan kemarahannya.
"DEKHA! KENAPA ADIK ADIKMU NGGA MENGANGGKAT TELPON MAMI!"
Asistennya sampai berjengit mendengar bentakan keras itu.
Dia harus mengingatkan nyonyanya untuk memeriksa tensinya.
Hening.
Dekha memang terkejut mendengar suara kencang maminya sampai dia hampir saja melemparkan ponselnya.
"Adik adikku, mam?" Dekha menahan tawanya.
"Iya! Farros dan Daven."
"Mungkin lagi meeting."
Hening.
Mungkin juga. Kenapa dia ngga kepikiran? Batinnya
Tapi kemudian dia menggelengkan kepalanya.
"Ponsel adikmu Daven tidak.aktif. Sedangkan adikmu Farros sengaja tidak mengangkat telpon mamimu," keluhnya kesal.
Dekha ngga bisa lagi menahan tawanya yang kini mulai terdengar berderai derai.
"Kenapa kamu tertawa....!" semprot maminya.
"Itu ulah mami, kan," sahut Dekha di sela derai tawanya.
"Ulah apa? Mami ngga ngerti?' kilah maminya ngga mau ngaku.
Diam diam asisten pribadinya berdecak pelan.
"Biarkan Daven menenangkan pikirannya. Mami, sih, kalo berbuat ngga memikirkan apa yang akan dilakukan Daven nantinya," masih tertawa Davendra seolah memberikan maminya nasehat
"Kamu ngomong apa! Mami beneran ngga ngerti," kilahnya lagi, ngga mau kepancing kata kata putra tertuanya.
Dia tau kelihaian putranya dalam menebak suatu hal sangat jitu.
"Sekarang mami maunya apa?" tanya Dekha mengalah.
"Cari dimana adikmu Davendra berada. Mami mau mempersiapkan pernikahannya dengan Anya."
Hening.
"DEKHA!"
"Mam, jangan buru buru. Aku masih belum bisa mencari keberadaannya."
"Coba hubungi Roger. Bukannya orang itu teman dekatnya? Malah sekretarisnya kurang ajar, mau menipu adikmu, Davendra," cerita maminya menggebu gebu.
"Ya, mam. Nanti aku telpon Roger."
"Telpon secepatnya."
KLIK
Dekha tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
Kemudian dia pun menelpon Roger.
"Ya, Bang Dekha." Di dering pertama sudah diangkat Roger dan langsung terdengar suaranya menyapa.
"Roger, sesiapa pun yang namya Daven dimana, bilang aja ngga tau, ya."
"Loh, Daven ngga ngasih tau mau kemana bang?" Suara Roger terdengar kaget.
"Ya, begitulah. Rahasiakan, ya. Terutama dari tante," kekeh Dekha.
Beberapa saat kemudoan terdengar suara tawa Roger yang mulai mengerti.
*
*
*
"Mas udah turun dari kapal." Suara dan wajah Pradipta tampak riang, terlihat jelas saat melakukan video call dengan adikmya.
Retania pun mengembangkan senyumnya. Hatinya terhibur melihat wajah masnya. Apalagi saat ini dia dalam keadaan sangat terpuruk.
"Jangan khawatir. Mas udah dapatkan rumah baru untuk kita tempati. Laki laki tu ngga akan bisa menyakitimu lagi." Ada kemarahan yang dalam dari nada intonasi Pradipta.
Retania hanya bisa mengangguk dengan mata basah.
"Maaf, mas. Reta sudah mengecewakan mas."
"Tidak, Reta. Mas lah yang salah. Terlalu mempercayai naluri mas kalo dia laki laki baik. Tapi ternyata dia benar benar brengsek." Rahang Pradipta terlihat mengeras, apalagi dilihatnya air mata adiknya yang turun, mengalir di kedua pipinya.
Untunglah hari ini kapal memang sedang bersandar karena ada anak pejabat yang menyewanya untuk pesta pernikahan putrinya. Jadi memudahkannya untuk bertemu adiknya
*
*
*
Retania yang sedang dalam perjalanan ke luar kota, tempat janjinya dengan masnya, terkejut mendapat kabar kalo masnya mengalami kecelakaan.
Temannya mengabarinya, setelah kapal bersandar, masnya memutuskan naek ojek online, tapi di tengah jalan mengalami kecelakaan akibat adanya tabrakan beruntun.
Dengan jantung berdebar keras ngga karuan, Retania mengganti arah tujuannya menuju rumah sakit.
Teman teman mas nya sudah berkumpul di depan rumah sakit saat taksi onlinenya berhenti di sana.
Seorang perempuan yang Retania kenal bernama Bela menghampiri dan memeluknya.
Tangisnya pecah membuat Retania merasakan degupan jantungnya semakin keras dan kencang. Firasat buruknya seakan makin mendekat.
"Mas Dipta, Reta..... Dia sudah tiada."
Retania terpaku. Suara itu menyusup jauh ke dalam gendang telinganya. Menyusup lama di dalam hatinya.
Nggak lama kemudian air matanya mengalir deras. Isaknya mulai terdengar.
Om Ocong vs Mbak Kunti ngasih iklan
mana Devan blom minta maaf dg benar sekarang dtng lagi ulat bulu...
padahal Lingga dan keluarga menerima Reta
Reta dan Alma hrs hati2 mama Deva itu jahat
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
dasar nenek lampir /Angry//Angry//Angry/
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan