NovelToon NovelToon
Pilihan Hati Di Sekolah

Pilihan Hati Di Sekolah

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Sistem / Kehidupan Tentara / Perperangan / Persahabatan / Harem
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: AYANOKOUJI

Di sebuah SMA ternama di kota kecil, siswa-siswi kelas 12 tengah bersiap menghadapi ujian akhir. Namun, rencana mereka terganggu ketika sekolah mengumumkan program perjodohan untuk menciptakan ikatan antar siswa. Setiap siswa akan dipasangkan dengan teman sekelasnya berdasarkan kesamaan minat dan nilai akademis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AYANOKOUJI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 7

Waktu berlalu dengan cepat. Dua tahun telah lewat sejak pertemuan terakhir kami di Jerman. Putri masih sibuk dengan proyeknya di sana, sementara aku semakin tenggelam dalam pekerjaanku di Jakarta. Meskipun kami berusaha keras untuk mempertahankan komunikasi, ada saat-saat di mana jarak terasa semakin menganga di antara kami.

Suatu malam, setelah video call mingguan kami, aku merasakan kegelisahan yang tak biasa. Putri tampak lelah dan agak murung. Ia berbicara tentang tekanan pekerjaannya dan betapa ia merindukan Indonesia. Namun ada sesuatu yang tak terucap, sesuatu yang menggantung di udara.

"Put," aku memulai dengan hati-hati, "ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan?"

Putri terdiam sejenak, matanya menerawang. "Andi... aku... aku tidak tahu bagaimana mengatakannya."

Jantungku berdegup kencang. "Katakan saja, Put. Ingat perjanjian kita untuk selalu jujur?"

Ia menghela napas panjang. "Andi, aku merasa... kita semakin menjauh. Maksudku, kita masih berkomunikasi, tapi kadang aku merasa kita seperti dua orang asing yang kebetulan saling mengenal."

Kata-katanya menghantamku seperti ombak. Aku tahu ada saat-saat sulit, tapi aku tidak menyangka Putri merasakannya sejauh ini.

"Aku mengerti, Put," aku mencoba untuk tetap tenang. "Aku juga kadang merasakan hal yang sama. Tapi bukankah ini normal dalam hubungan jarak jauh?"

"Mungkin," Putri menjawab pelan. "Tapi apa kamu tidak lelah, Andi? Apa kamu tidak pernah berpikir bahwa mungkin... mungkin kita harus mengakhiri ini?"

Kata-kata itu menghantamku seperti pukulan telak. Aku terdiam, mencoba mencerna apa yang baru saja kudengar.

"Putri," akhirnya aku bersuara, "apa kamu serius ingin mengakhiri hubungan kita?"

Putri menggeleng cepat, air mata mulai menggenang di matanya. "Bukan itu maksudku, Andi. Aku hanya... aku takut. Aku takut kita hanya bertahan karena terbiasa, bukan karena kita masih saling mencintai."

Aku menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. "Put, dengarkan aku. Aku akui, hubungan jarak jauh ini tidak mudah. Ada saat-saat di mana aku merasa lelah dan frustrasi. Tapi satu hal yang tidak pernah berubah adalah perasaanku padamu."

Putri terdiam, mendengarkan dengan seksama.

"Aku masih mencintaimu, Put. Sama seperti hari pertama kita memutuskan untuk menjalani hubungan ini. Mungkin kita perlu memperbaiki cara kita berkomunikasi, mungkin kita perlu lebih banyak kejujuran dan keterbukaan. Tapi aku tidak ingin menyerah pada hubungan ini."

Air mata Putri akhirnya jatuh. "Andi... aku juga masih mencintaimu. Aku hanya takut... takut kalau suatu hari nanti kita akan kehilangan perasaan ini."

"Kalau begitu,

"Kalau begitu, mari kita perjuangkan bersama, Put," aku berkata dengan penuh keyakinan. "Kita sudah melewati dua tahun ini. Aku yakin kita bisa melewati lebih dari ini."

Putri mengangguk pelan, senyum kecil mulai terbentuk di bibirnya. "Kamu benar, Andi. Maafkan aku sudah ragu. Mungkin aku hanya lelah dan stress dengan pekerjaan."

"Tidak apa-apa, Put. Aku mengerti. Bagaimana kalau kita coba sesuatu yang baru? Mungkin kita bisa membuat rencana untuk bertemu lebih sering?"

Mata Putri berbinar. "Itu ide bagus! Aku akan coba mengatur cuti lebih banyak tahun depan."

Kami menghabiskan sisa malam itu merencanakan pertemuan berikutnya dan membicarakan cara-cara untuk membuat hubungan kami lebih kuat. Ketika akhirnya kami mengucapkan selamat malam, ada perasaan lega dan optimisme baru yang menghangatkan hatiku.

Minggu-minggu berikutnya, kami benar-benar berusaha untuk memperbaiki komunikasi kami. Kami mulai berbagi lebih banyak tentang keseharian kami, tidak hanya hal-hal besar tapi juga detail-detail kecil yang sebelumnya mungkin kami anggap tidak penting. Kami juga mulai mengirim surat dan paket kejutan satu sama lain, menambahkan sentuhan fisik pada hubungan digital kami.

Tiga bulan kemudian, aku mendapat kesempatan untuk menghadiri konferensi di Berlin. Tanpa pikir panjang, aku mengatur jadwalku agar bisa mampir ke kota Putri setelah konferensi.

Ketika akhirnya kami bertemu di stasiun kereta, semua keraguan dan ketakutan yang pernah kami rasakan seolah lenyap. Putri berlari ke arahku, memelukku erat seolah tidak ingin melepaskan. Aku bisa merasakan air matanya membasahi bahuku.

"Andi," bisiknya, "aku sangat merindukanmu."

"Aku juga, Put," balasku, mengeratkan pelukanku.

Kami menghabiskan akhir pekan itu dengan penuh kebahagiaan. Berjalan-jalan di taman, menikmati kopi di kafe favoritnya, dan berbincang sampai larut malam. Setiap momen terasa berharga, setiap detik terasa istimewa.

Pada malam terakhirku di sana, kami duduk di balkon apartemen Putri, memandangi langit malam yang dipenuhi bintang.

"Andi," Putri berkata pelan, tangannya menggenggam tanganku, "terima kasih sudah berjuang bersamaku. Aku tahu ini tidak mudah, tapi aku bersyukur memilikimu."

Aku tersenyum, mengecup lembut keningnya. "Aku juga bersyukur memilikimu, Put. Dan aku berjanji, aku akan terus berjuang untuk kita."

Saat itu, memandang mata Putri yang berbinar di bawah cahaya bulan, aku tahu bahwa semua perjuangan kami selama ini tidak sia-sia. Hubungan kami mungkin tidak sempurna, mungkin masih akan menghadapi banyak tantangan ke depannya. Tapi aku yakin, selama kami terus berjuang bersama, tidak ada yang tidak bisa kami lewati.

1
sakura
....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!