Seorang laki laki yang bekerja produser musik yang memutuskan untuk berhenti dari dunia musik dan memilih untuk menjalani sisa hidupnya di negara asalnya. dalam perjalanan hidupnya, dia tidak sengaja bertemu dengan seorang perempuan yang merupakan seorang penyanyi. wanita tersebut berjuang untuk menjadi seorang diva namun tanpa skandal apapun. namun dalam perjalanannya dimendapatkan banyak masalah yang mengakibatkan dia harus bekerjasama dengan produser tersebut. diawal pertemuan mereka sesuatu fakta mengejutkan terjadi, serta kesalahpahaman yang terjadi dalam kebersamaan mereka. namun lambat laun, kebersamaan mereka menumbuhkan benih cinta dari dalam hati mereka. saat mereka mulai bersama, satu persatu fakta dari mereka terbongkar. apakah mereka akan bersama atau mereka akan berpisah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Hartzelnut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep. 23
*****
Natalia berdiri dari kursinya, menyelipkan rambutnya yang jatuh ke samping telinga. Julia, yang sedang asyik berbicara dengan Jack, langsung menoleh ke arah Natalia. "Natalia, mau ke mana?" tanyanya dengan sedikit kebingungan.
"mau ke toilet sebentar," jawab Natalia sambil tersenyum tipis. Langkahnya kemudian dilanjutkan keluar dari private room, suara sepatu haknya terdengar jelas di koridor restoran, "Tok... Tok... Tok...". Setiap langkahnya penuh dengan ritme yang tenang, meski ada sesuatu di dalam pikirannya yang mengganggu, terutama tentang Brian. Namun, dia berusaha tetap tenang.
Di ujung koridor, dari arah berlawanan, tampak sosok yang familiar—Produser Zhang. "Tok... Tok... suara langkahnya terdengar mendekat, semakin jelas. Mereka berdua berpapasan, dan produser Zhang dengan cepat menyapa dengan senyuman ramah.
"Natalia?," ucap produser Zhang, senyum lebarnya terpasang.
Natalia membalas sapaan itu dengan anggukan sopan, meski dalam hatinya ada sedikit ketidaknyamanan. "Oh... produser Zhang." Suaranya lembut tapi terukur.
"Sedang apa kamu di sini?" tanyanya dengan sedikit rasa ingin tahu.
"Kebetulan Aku sedang makan siang bersama teman temanku," jawab Natalia sambil tersenyum, meski hatinya sedikit waspada. Namun, sejenak setelah itu, Zhang tampak semakin dekat, menatap Natalia dengan intensitas yang sedikit mengganggu.
"Bagaimana tawaranku kemarin... kapan kamu akan bergambung dengan kami?" tanyanya sambil tersenyum lebar. Wajahnya tampak penuh antusias, tapi di balik itu, ada tekanan yang tersirat.
Natalia menarik napas pelan, mencoba bersikap profesional. "Maaf Produser Zhang. Saya masih mempertimbangkannya," jawabnya sambil menahan diri agar tidak terlalu terkesan tergesa-gesa.
Mendengar jawaban itu, produser Zhang tak menyerah. "Natalia, kami sangat tertarik padamu. Kami siap menawarkan kontrak eksklusif selama lima tahun, dengan kompensasi sebesar lima kali lipat dari rata-rata artis kami. Selain itu, Heaven Music akan memberikan kebebasan penuh atas kreativitasmu. Kamu bisa memilih proyek mana yang ingin kamu garap, dan bahkan memiliki tim produser pribadi yang disediakan oleh kami. Tidak hanya itu, kami juga akan memberikanmu kesempatan untuk tampil dalam kolaborasi internasional dengan artis top dunia." Suaranya lembut tapi penuh tekanan, tangannya mulai terangkat, menyentuh kedua tangan Natalia dengan sedikit rayuan, "Ini adalah kesempatan besar, Natalia. Karirmu bisa melejit dengan cepat."
Natalia sedikit terkejut dengan penawaran yang fantastis itu, alisnya naik sedikit. "Lima kali lipat? Tim produser pribadi?" pikirnya dalam hati, hampir tak percaya. "Tapi kenapa terasa... terlalu mudah?" Sesuatu dalam dirinya mulai merasa curiga. Matanya bergerak cepat, melihat ke tangan Zhang yang mulai memegang tangannya dengan lembut namun penuh dorongan.
"bukankah Ini terlalu berlebihan," pikir Natalia dalam hati, perasaannya mulai gelisah. "Kenapa aku menjadi ragu?"
Di tengah kebingungan Natalia, Brian yang sedang berjalan kembali dari toilet tiba-tiba memperhatikan situasi itu. Dari kejauhan, ia melihat Natalia dan Zhang berbicara, dengan Zhang yang kini mulai memegang tangan Natalia dengan gerakan yang terlalu intim untuk seorang profesional. Mata Brian menyipit, mengenali wajah Zhang sebagai pria yang ia temui di toilet sebelumnya. "Orang itu?," gumamnya dalam hati, kilatan kesal muncul sejenak.
"Itu bukan urusanku......" pikir Brian, memaksakan dirinya untuk tidak terlibat. Tapi hatinya memberontak. "aku tak boleh terlibat," pikirnya keras, mencoba meyakinkan dirinya untuk mengabaikan.
Namun, setiap detik yang berlalu, matanya tak bisa lepas dari pemandangan itu. Natalia yang mulai tampak canggung, Zhang yang semakin intens, dan bagaimana situasi itu tampak sedikit salah di matanya. Brian mengepalkan tangannya dengan kuat, hingga terdengar suara "Krekk... Krekk..." dari persendian jarinya. Ada pertempuran batin yang terjadi di dalam dirinya. "Sial....." pikirnya sambil menghela napas panjang, wajahnya menegang, tetapi kakinya tetap tidak bergerak.
*****
Saat Brian masih memandangi dari kejauhan, suasana di koridor restoran tiba-tiba berubah drastis. Terdengar suara langkah berat dan cepat, "Tok! Tok! Tok!" diiringi suara teriakan yang membuat semua orang terkejut. "Natalia!" Suara wanita itu memekik, penuh dengan kemarahan. Suara itu menusuk udara, membuat semua orang di sekitar menoleh, termasuk Brian, yang langsung mengernyitkan dahi.
Seorang wanita berjalan cepat menuju Natalia, wajahnya merah penuh amarah. Itu Angelina. Dengan langkah penuh kebencian, dia terus memaki. "Dasar wanita murahan! Aku tak akan membiarkanmu!" teriaknya dengan nada tinggi. Suaranya bergema di koridor.
Natalia yang awalnya sedang berbicara dengan Zhang terkejut, matanya membelalak lebar melihat Angelina mendekat. "Angelina? Apa yang terjadi?" pikirnya panik. "Kenapa dia di sini?" Wajahnya berubah pucat, sementara Zhang yang berdiri di sampingnya segera melepaskan genggamannya dari tangan Natalia, takut terlibat lebih jauh. "Srekk..." tangan Zhang meluncur turun, meninggalkan Natalia dalam ketegangan.
Angelina semakin mendekat, tatapannya penuh kebencian. Brian yang menyaksikan dari kejauhan melihat situasi semakin memanas. Wajahnya yang dingin perlahan berubah serius. "Ini buruk...," pikirnya sambil mempercepat langkahnya. Kakinya bergerak tanpa sadar, "Tok! Tok! Tok!" bunyi sepatu nya bergema saat ia berjalan cepat menuju arah Natalia.
Sementara itu, di depan Natalia, Angelina mengangkat tangannya, bersiap menampar wajah Natalia. "Srekk!" Suara baju Angelina saat lengannya bergerak cepat. Natalia yang melihat itu terdiam, matanya terpejam rapat seolah menerima nasib. napasnya tersendat. Dia pasrah, terlalu bingung untuk bergerak.
Angelina mengayunkan tangannya, "Whoosh!" udara terasa bergerak cepat saat tangannya meluncur ke arah wajah Natalia. Namun, detik-detik terakhir sebelum tamparan itu sampai, sebuah tangan kuat tiba-tiba menangkap pergelangan tangan Angelina dengan tegas, "Plakk!" Suara benturan tangan dengan tangan menggema di sekitar mereka. Suasana menjadi hening seketika.
Brian datang tepat waktu. Tangan kirinya menggenggam kuat tangan Angelina, sementara tangan kanannya melingkar, memeluk bahu Natalia dengan erat, "Brukk..." suara pelukan itu memberikan kenyamanan yang mendadak. Dalam hitungan detik, tubuh Natalia terasa ditarik masuk ke dalam perlindungan Brian. Ia merasakan kehangatan tubuh Brian yang kokoh di sampingnya.
Natalia, yang awalnya menutup matanya rapat, merasakan pelukan itu. "Perasaan apa ini?" pikirnya, masih dalam kebingungan. Perlahan-lahan, dia membuka matanya, jantungnya berdegup kencang. Saat dia menoleh ke samping, pandangannya bertemu dengan wajah Brian yang dingin tapi penuh dengan kemarahan. Matanya yang biasanya tenang sekarang menatap tajam ke arah Angelina, penuh dengan aura mengintimidasi.
Natalia terperangah, tubuhnya kaku seketika. "Brian...?" pikirnya terkejut, matanya membesar menatap wajah Brian yang begitu dekat dengannya. Detik itu, waktu terasa melambat bagi Natalia. Semua terjadi begitu cepat, dan kini Brian berada di sana, melindunginya.
Angelina, yang terkejut karena tangannya ditahan, menoleh ke arah Brian dengan wajah marah. Tapi begitu bertemu dengan tatapan dingin Brian, kemarahannya seperti tiba-tiba meredup. Tatapan Brian seperti pedang tajam yang menusuk ke dalam hatinya. Ada kilatan amarah dan ketegasan dalam mata Brian yang membuat Angelina tersentak.
Sementara itu, Zhang yang melihat kejadian ini hanya diam terpaku. Dia tidak menyangka Brian akan ikut campur dalam situasi ini. Tangannya gemetar sedikit, tapi dia berusaha menjaga ketenangannya. Namun, suasana tegang membuat Zhang merasa tidak nyaman, bibirnya sedikit bergerak tapi tak ada kata yang keluar.
"Bukk... Bukk..." napas Brian terdengar berat, tapi dia tetap diam. Tubuhnya masih dalam posisi melindungi Natalia, menatap Angelina tanpa sedikitpun mengendurkan pegangan di tangannya. Natalia melihat tangan Brian yang kuat memegang tangan Angelina dengan begitu tegas, dan dia teringat bagaimana tubuhnya tadi terasa hangat dalam pelukan Brian.
"Dia...... Apa yang dia lakukan?," pikir Natalia dengan hati yang bergejolak. Dia masih merasa tidak percaya dengan apa yang terjadi. Seluruh tubuhnya sedikit gemetar, tapi dia merasa aman dalam pelukan Brian.
Brian tak mengucapkan sepatah kata pun. Namun, dia tahu tak ada gunanya bertanya pada dirinya sendiri sekarang. Hatinya sudah memutuskan untuk bertindak, entah kenapa.
Angelina tetap diam, bibirnya bergetar, tapi dia tidak berani melawan tatapan Brian. Situasi itu membuat semua orang terdiam, suasana terasa begitu tegang. Tidak ada yang berani bergerak atau berbicara.
Brian, setelah beberapa detik, melepaskan genggaman tangannya dari pergelangan tangan Angelina, tapi masih menatapnya tajam. Angelina segera mundur satu langkah, terkejut dengan kekuatan Brian, dan perlahan menurunkan tangannya.
*****
Angelina menatap tajam ke arah Brian, amarahnya semakin memuncak. "Siapa kau?! Kenapa kamu melindungi wanita murahan ini?!" bentaknya dengan nada tajam. Suaranya bergetar karena emosi, tangannya yang baru saja ditahan oleh Brian kini mengepal kuat.
Brian, yang masih berdiri kokoh, tidak langsung menjawab pertanyaan Angelina. Tatapannya tetap dingin, ekspresinya datar seperti tidak terganggu oleh hinaan yang dilontarkan. Suara desahan napasnya yang berat terdengar jelas, "Hfff...", seolah menahan dorongan amarah yang mendidih di dalam dirinya.
Setelah beberapa detik keheningan yang menegangkan, Brian akhirnya angkat bicara. Suaranya rendah, penuh dengan ketegasan yang sulit dibantah. "Dengar baik-baik!!" dia menatap mereka berdua dengan tajam, seperti mengiris udara di antara mereka. "Mulai sekarang jangan pernah kalian mengganggunya lagi. Jika kalian berani mengusiknya lagi... aku tak akan ragu menghancurkan kalian berdua." Setiap kata yang dia ucapkan terasa berat, seperti ancaman yang tidak bisa diabaikan. Suasana terasa semakin dingin, hampir seperti udara di sekitar mereka membeku.
Zhang yang berdiri di sebelah Angelina hanya bisa terpaku. Wajahnya terlihat ketakutan, mulutnya terbuka sedikit namun tak ada kata-kata yang keluar. Tangannya yang tadi mencoba merayu kini gemetar di samping tubuhnya. Dia tidak menyangka bahwa situasi akan berubah menjadi seintimidasi ini.
Angelina, yang awalnya terlihat penuh percaya diri, sekarang mulai goyah. Matanya berkedip cepat, terlihat bingung dengan ancaman yang dilontarkan oleh Brian. Dia tahu bahwa Brian tidak sedang bercanda, dan ada sesuatu dalam tatapan Brian yang membuatnya merasa kecil dan tidak berdaya. "Siapa sebenarnya dia...?" pikirnya, masih belum percaya dengan apa yang terjadi.
Sementara itu, Brian perlahan melepaskan pelukan perlindungannya dari tubuh Natalia. Tubuh Natalia yang awalnya sedikit kaku kini perlahan rileks. Namun sebelum benar-benar menjauh, Brian melakukan sesuatu yang membuat Natalia terkejut—tangan kanannya bergerak cepat dan menggenggam tangan kiri Natalia dengan lembut tapi tegas. "Srekk..." suara jemari mereka bersentuhan, rasa hangat dari tangan Brian terasa di kulit Natalia, membuat jantungnya berdegup lebih cepat.
Natalia yang awalnya masih shock karena situasi tiba-tiba ini, hanya bisa menatap tangan mereka yang kini saling menggenggam. "Dia... menggandeng tanganku?" pikirnya, penuh kebingungan. Dia tak bisa berkata-kata, terlalu terkejut untuk merespons. Namun, hatinya terasa sedikit lebih tenang, seolah-olah kehadiran Brian memberi rasa aman yang tak bisa dijelaskan.
Dengan satu tarikan lembut, Brian menarik Natalia untuk berjalan bersamanya, menjauh dari Zhang dan Angelina. Langkah mereka teratur, namun aura yang mereka bawa begitu mengintimidasi, membuat suasana sekitar seolah bergetar. "Tok... Tok... Tok..." suara langkah kaki mereka berdua terasa berat, seakan menyiratkan keberanian dan kekuatan di setiap hentakannya.
Namun, sebelum benar-benar pergi, Brian tiba-tiba berhenti. Natalia yang masih digandeng olehnya ikut berhenti, terkejut dengan gerakan mendadak itu. Matanya menatap wajah Brian yang menoleh kembali ke arah Zhang dan Angelina, kali ini dengan tatapan yang lebih tajam.
"Dan untuk kau," suara Brian terdengar lagi, lebih rendah namun penuh ancaman, "Aku tidak akan membiarkan Natalia masuk ke Heaven Music."
Zhang menelan ludah, jantungnya berdegup kencang mendengar ancaman itu. Sementara Angelina yang awalnya siap menyerang kini hanya bisa berdiri diam, tatapan tajamnya berangsur mengendur.
"Natalia bukan barang yang bisa kau manfaatkan." lanjut Brian tanpa mengalihkan pandangannya dari produser itu. "Dan dia bukan sesuatu yang bisa kau buang setelah tidak berguna lagi." Ucapan Brian mengiris tajam, meninggalkan suasana tegang yang semakin pekat. Zhang tak mampu berkata apa-apa, dan wajah Angelina mulai memucat, menyadari bahwa situasi telah lepas dari kendalinya.
Selesai dengan peringatannya, Brian kembali menggandeng tangan Natalia, membawanya keluar dari situasi penuh ketegangan itu. Langkah mereka berdua semakin cepat, meninggalkan Zhang dan Angelina yang terdiam tanpa bisa membalas.
Natalia masih merasa bingung dengan semua yang terjadi. Di satu sisi, dia merasa terkejut dengan tindakan Brian yang begitu melindunginya, namun di sisi lain, hatinya mulai penuh dengan pertanyaan. "Kenapa Brian begitu marah untukku? Siapa dia sebenarnya? Dan kenapa dia tahu begitu banyak tentang Heaven Music?" pikirnya dalam kebingungan, sementara tangannya masih erat digenggam oleh Brian.
Brian tetap diam, tapi tangannya menggenggam dengan tegas, seolah memberi sinyal bahwa dia tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti Natalia. matanya menatap lurus ke depan tanpa melihat ke belakang lagi.
*****